03

1.1K 129 11
                                    

Aomine  benar. Hujan terus menerus turun disertai petir yang menggelegar membuat Tetsuya bersembunyi di balik selimut dengan resah. Dia suka hujan, tapi tidak dengan petir. Kilat dan bunyinya selalu sanggup membuat badannya gemetaran.

Ketukan pelan dari balik pintu kamar  terdengar. Tetsuya berpikir mungkinkah Aomine benar-benar datang ke kamarnya ?

"Tidak mungkin "  Gumamnya sendiri. Sekalipun itu dia, Tetsuya tidak akan membukakan pintu. Dia lebih baik tidak tidur semalaman daripada harus ditemani Aomine. Membayangkannya saja Tetsuya merinding .

Namun semakin lama ketukan di pintu terdengar semakin keras. Jika terus dibiarkan akan mengganggu orang lain yang sedang istirahat. Mau tak mau Tetsuya beranjak meninggalkan selimut menuju pintu dan membukanya..

Dia sudah siap menyerang Aomine dengan pukulan telapak tangan ajaib miliknya. Namun dia dikejutkan dengan sesuatu yang lain .

"Akashi-sama ?” Setelah mengejutkankan Tetsuya dengan kedatangannya, Pria berambut merah itu seenaknya masuk ke kamar  Tetsuya sambil menggeret serta sekotak besar koper.  “Akashi-sama apa yang anda lakukan di sini ?”

Akashi  menutup pintu kamar kemudian menatap Tetsuya, mengernyit sinis. “Kenapa kaget? Berharap Daiki yang datang?”

Tetsuya  menghela napas sudah lelah dan ngantuk untuk mendebatnya. “Bukan seperti itu. Saya hanya kaget anda tiba-tiba datang ke kamar saya.” Akashi masih diam saja, tidak terganggu dengan Tetsuya dia  berjalan lebih ke dalam. “Akashi-sama, anda mau pergi kemana dengan membawa koper seperti itu ?”

Si bos itu masih belum menjawab, kali ini dia mengeluarkan seluruh isi kopernya membuat Tetsuya tambah bingung tapi kemudian memekik ketika Akashi menaruh pakaian-pakaiannya ke dalam lemari Tetsuya.

“Akashi-sama, apa yang anda lakukan disini ?”

Tetsuya sangat kaget,tidak habis pikir dengan keberadaan bosnya yang tiba-tiba berada di kamarnya. Gemas dengan mulut  yang terkunci, Tetsuya mencoba untuk menghentikan Akashi, tapi dia memblokir tangannya dan  memegangi kedua tangan Tetsuya dan menjatuhkan baju-bajunya.

“Ada apa Tetsuya ? Jawab, bukan aku orang yang kau harapkan berada disini?”

“Aku tidak mengharapkan siapa-siapa untuk ada disini.”

Dia mendengus. Tangannya menarik tangan Tetsuya mendekat. “Termasuk mantanmu?”

“Akashi-sama .. "

"Jangan memanggilku seperti itu saat kita hanya berdua "

Tetsuya mendesah. Kemudian bergumam kata terserah pelan. “Kau tidak boleh tidur disini.”

Akashi mengeratkan pegangan pada lengannya. Tetsuya tau dia marah atau malah murka. “Tapi mantanmu boleh tidur denganmu. Dulu, dia bilang. Apa aku perlu memanggilnya ke sini supaya kau bisa tidur nyenyak?”

“Akashi-kun !”

“Apa?!”

Pelan-pelan dilepaskan cengkraman Akashi padanya, setelah itu, Tetsuya melingkarkan tangannya pada lingkaran pinggang pria yang lebih tinggi darinya .

“Kau tidak pernah bilang alergi sea food ataupun takut petir padaku.”

“Kau tidak  pernah tanya.”

“Kau seharusnya bilang! Biar aku tidak  keliatan seperti orang bodoh di depan mantan kekasihmu.”

Akashi menarik Tetsuya semakin mendekat, menyerukkan kepalanya pada lipatan leher kekasihnya. “Besok mereka harus tau. Mereka semua termasuk mantan kekasih yang tidak  pernah kau  ceritakan padaku.” Tetsuya mengangguk saja mengiyakan apa maunya Akashi. “Waktu di ruang rapat kemarin, dia memberimu kertas  kertas. Apa tulisannya?”

Tetsuya terkekeh mendengar Akashi  merajuk, hal yang tidak akan pernah dibayangkan oleh  orang-orang. Ternyata dia juga melihat ketika Aomine memberikan kertas padanya. Tetsuya pikir kekasihnya tidak memperhatikan.

“Mereka tidak tahu aku kekasihmu.”

“Hm...” Dia menimbang baik buruk dampak yang akan di hadapi . Apakah  dia harus memberitahu apa jangan. Tapi kalau tidak diberitahu, Tetsuya  tidak akan diberi senyuman  sepanjang masa. “Dia Rindu.”

“Kurang ajar.” Desisnya. “Proyek ini aku hentikan. Aku akan tutup semua celah dia untuk bisa mendekatimu lagi.”

Tetsuya tertawa lagi.  Dia tahu Akashi  melupakan sesuatu. “Bukankah kau bilang akan menikahiku setelah proyek ini selesai? Kalau proyek ini batal berarti pernikahan kita juga batal ?”

Dia menggeram. “Kalau begitu tidak jadi ku batalkan ”

Tetsuya semakin memeluk erat kekasihnya. Merasakan kenyamanan dan kehangatan yang di berikan oleh pria itu.  Dia lega karena malam ini tidurnya akan nyenyak dan dia merasa aman dengan kehadiran Akashi disisinya.

END

Halo apa kabar ?
Apakah masih ada yang hidup di sini ? 😂
FF singkat ini langsung saya tulis di hp dari pagi ini  karena gabut,  jadi maaf kalau perchapternya sedikit , karena ternyata nulis di hp sangat bikin capek, kayaknya udah ngetik banyak ternyata masih dikit 🤣

Semoga ini bisa menjadi pancingan buat mood saya buat lanjutin cerita lagi 😆

Ok Terimakasih
Salam sehat dari saya 😘

Something ElseWhere stories live. Discover now