Keikhlasan Cinta 1

5.2K 230 2
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

_____

Sorot matamu membuatku seakan tersihir akan keindahanmu.

_____

SEMILIR hembusan angin menerpa kerudungku hingga berkibas mengikuti arah angin. Matahari pagi mulai muncul dari ufuk timur. Cahayanya begitu indah terpancar. Langit tampak cerah dengan warna birunya, diselimuti oleh gumpalan awan yang putih.

Hamparan padi yang luas menyejukkan pandangan. Burung-burung bernyanyi bersahutan dengan merdu. Udara yang masih segar membuat suasananya nyaman. Lantunan Al-Qur'an terdengar indah di telingaku hingga membuat hatiku terpana.

Dari balkon kamarku, aku bisa melihat semuanya. Rumahku memang berada di samping sawah di sebuah desa. Kedamaian kudapatkan di sana. Mataku menatap kearah langit. Betapa indahnya ciptaan Allah. Aku bersyukur bisa melihat keindahan ciptaan Allah yang tiada tandingannya itu.

Langkah kakiku menggiringku memasuki kamar. Kamar yang luas dengan nuansa klasik modern. Kamar ini di desain khusus untuk diriku. Wangi tubuhku seakan sudah melekat di sini.

Hatiku tergerak dan membawa langkah kakiku untuk membuka Al-Qur'an. Kubuka Al-Qur'an yang sudah berada di hadapanku. Dan Surah Maryam yang kutuju. Kulantunkan ayat-ayat Al-Qur'an dengan teliti dan tartil.

Disaat aku membaca Al-Qur'an, rasanya seperti ada gelombang yang mengalir di hatiku. Aku meyakini ini adalah gelombang cinta dari Allah. Hatiku terasa tentram dan damai. Sungguh Al-Qur'an adalah sebaik-baiknya obat penenang.

"(Yaitu) orang-orang yang beriman kepada Allah dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram." (Q. S. Ar-Ra'd/13:28)

Aku mengakhiri bacaan Al-Qur'an ku saat mendengar Umi memanggilku. Segera aku menuju ke bawah dan ternyata Umi menungguku di dapur. Seperti biasa, aku akan membantu Umi untuk memasak.

"Kok tumben, baru keluar kamar?" tanya Umi sambil menggoreng ikan lele.

"Iya, Mi. Ira tadi habis baca Al-Qur'an," jawabku sambil memotong sayuran. Umi tampak mengangguk.

"Abi di mana, Mi?" tanyaku pada Umi selanjutnya.

"Biasa, masih di pesantren," jawab Ummi dan aku-pun mengangguk paham.

"Kita ke Jakarta kapan, Mi?" tanyaku lagi karena mengingat sudah satu bulan lebih aku tidak ke Jakarta menemui Oma dan nenek yang ada di sana.

"Bulan depan, Insyaallah."

Setelah Umi dan Abi menikah, mereka memutuskan untuk hidup mandiri. Mereka memulai semua dari awal. Dari merantau ke Bandung, Semarang, Surabaya, Malang dan terakhir di Kediri. Di Kediri, Abi membangun pesantren kecil-kecilan yang dulu hanya ada lima orang santri. Alhamdulillah berkat perjuangan Abi, santri di pesantren sudah ada 500 orang lebih.

Abiku seorang anak dari Kyai, yaitu Opaku. Tapi, Abi lebih memilih mandiri daripada meneruskan pesantren milik Opa. Abiku bernama Faris Adnan Al-Husein. Dan Umi dulunya adalah teman dari salah satu santri Abi. Awal mereka jumpa di bandara. Sangat memilukan mendengar kisah cinta mereka.

[AU2] Keikhlasan Cinta✓ [COMPLETED]Where stories live. Discover now