Chapter 10

17.8K 2.9K 139
                                    

di vote yuk,jangan nyinder! :)

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

di vote yuk,
jangan nyinder! :)

t h a n k s • 10 •

Kelas sudah bubar sepuluh menit yang lalu. Langkah Senja, ia cepatkan untuk menyusul Jeno yang katanya sedang rapat di aula, mengingat bahwa sekolah akan mengadakan perlombaan basket pada beberapa hari mendatang.

Sebelum sampai, Senja berbalik arah ke kantin terlebih dahulu untuk membeli air karena dirasa dirinya begitu haus.

Senja membuka display cooler, sembari menghitung uang yang ada di sakunya. Niat awal juga ingin membelikan untuk Jeno, tapi karena uangnya yang tinggal lima ribu, jadinya cuma bisa beli satu.

Senja pun meraih botol ganteng bergambar idola favoritnya.

Jung Jaehyun.

Lantas sesampainya di aula ,di sana cuma tinggal Jeno, Jaemin sama Renjun yang masih berkelut mengeluarkan pendapat. Mau tak mau membuat Senja pun ikut menyusul mendekati tiga sekawan yang belum juga sadar akan kehadiran Senja.

"Udah selesai?" tanya Senja, yang baru saja tiba mendekat. Sedikit memberikan senyum pada kedua teman Jeno.

Jeno mengangguk tipis, "Iya udah" jawabnya cepat. Menatap gadis itu dengan tatapan hangat.

"Eh Senja, apa kabar?" sapa Renjun terdengar, dia merupakan salah satu teman Jeno yang menjabat sebagai wakil ketua basket.

"Baik kok, Jun. Alhamdulillah" Senja tersenyum. Mengerti kenapa Renjun sampai bertanya akan kabar dirinya. Sudah jelas bukan berarti selama tiga bulan ini Alea yang selalu menemani Jeno?

"Kalo gitu gue pulang ya. Soal yang tadi besok aja kita diskusikan lagi sama pak Ten" ujar Jeno, pamit. Pak Ten adalah pembina dari ekskul basket.

Renjun dan Jaemin pun mengangguk paham. Masing-masing dari mereka mulai meraih tas yang tergeletak di atas meja panjang.

Dan setelahnya, lagi dan lagi Jeno meraih tangan Senja untuk kembali digenggam. Membuat dua sekawan yang saling menatap aneh itu sedikit terperanjat. Pasalnya, sudah sejak kapan hubungan keduanya mulai membaik?

"Lo gak kesambet apa-apa 'kan, Jen?" celetuk Jaemin tiba-tiba. Refleks, pergerakan Senja dan Jeno berhenti, menatap bingung pada Jaemin yang juga kebingungan. Sedangkan Renjun hanya fokus menatap, walau dengan kentara kalau dia juga ikut penasaran.

"Kenapa?"

"Ya gitu, sekarang udah bukan sama Alea lagi?" frontal Jaemin. Karena seperti yang sudah Senja tahu, mereka memang sudah sahabatan sejak lama. Jadi tak aneh lagi kalau melihat interaksi mereka berdua yang kadang suka bercekcok.

"Gak, gue pengen berubah" balasnya, menggebu namun tetap terlihat tenang.

"Bener udah gak mau jadi brengsek lagi?" kali ini, Renjun yang sedari tadi terdiam pun ikut menyeletuk. Terkesan sarkas, tapi biarlah Jeno sadar diri.

THANKS ✔️Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz