Chapter 15

15.1K 2.5K 34
                                    

di vote yuk,jangan nyinder!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

di vote yuk,
jangan nyinder!

t h a n k s • 15 •

"Beneran udah gapapa?" tanya Jeno, ke Senja yang baru saja memberikan helm bogo berwarna lilac padanya. Pasalnya, setelah bengkak pada mata gadis itu sedikit mereda. Senja kembali menangis lagi saat mereka dalam perjalanan menuju sekolah.

"Lumayan" jawab Senja, di antara pilihan iya atau tidak.

Jeno berdecak pelan, melihat beberapa pasang mata yang menengok ke arah mereka berdua. Dan itu yang membuat Jeno lekas melepaskan jaket kulit hitamnya dan ia hamparkan di atas kepala Senja. Menutup wajah dan mata gadis itu yang sudah terlihat acak-acakan.

"Kenapa?" bingung, Senja menatap manik coklatnya Jeno.

"Gapapa, pake aja" balasnya.

Jeno kemudian menarik Senja menuju kantin sekolah. Entahlah, gadis itu hanya bisa pasrah saja dan tidak menolak. Ketika sampai, mereka berhenti di kantin Mpok Siti, satu salah kantin yang sering ditongkrong sama sekawanan Jeno. Selain karena ya, jajan-jajanan di kantin Mpok Siti lengkap, sekali-kali juga mereka mau cuci mata.

"Ambil" perintah Jeno.

"Ambil apa?"

"Susu coklat tiga sama apa aja yang lo mau. Permen milkita misalnya" jawab Jeno, menunjuk banyaknya jajanan dengan dagunya.

"Ada angin apa tiba-tiba kepengen beliin gue ini?" tanya Senja penasaran. Ya penasaran aja, soalnya Jeno gak begini.

"Ya biar lo gak sedih lagi. Kasian noh mata lo udah bengkak gitu"

Senja terdiam, menyatukan alisnya hingga keningnya mengerut, "Lo mau suap gue? Beliin gue susu coklat sama permen milkita biar gak nangis lagi?"

"Ya- lo bisa bilang begitu"

"Apasih Jen. Gak jelas banget" Senja membalas dengan kekehan kecil. Namun cukup jelas, itu yang membuat matanya sedikit menyipit.

"Nah gitu dong ketawa, keliatan cantik" Jeno tersenyum. Untunglah, dengan sedikit kerecehannya gadis itu bisa sejenak melupakan masalahnya.

"Jadi maksud lo kalau gue nangis gue jelek gitu?"

"Iya"

Wajah Senja perlahan berubah datar, "Udah tau jelek kenapa dipacarin?" sentak Senja, mengegas.

"Ya bukan gitu maksud gu- Eh Senja tunggu!"

✿✿✿

Ruangan OSIS kali ini begitu ramai dan begitu berisik. Dikarenakan hari kemerdekaan akan segera hadir, membuat para anggota sibuk mempersiapkan segala keperluan untuk mensukseskan acara nanti.

"Barang-barangnya udah lo atur?" tanya Chenle ke Yeji── si waketos pemilik mata kucing yang baru saja masuk dengan membawa kotak di tangannya.

Yeji mengangguk, "Udah. Cuma tinggal bungkus-bungkusin kado doang sama beli tali buat jalur lomba nanti" jawab Yeji mantap, mengingat bahwa acara tiga hari lagi akan berlangsung.

Senja yang kala itu sedang membantu juniornya membungkuskan kado-kado, sedikit tersentak kaget dengan teriakan yang dilantangkan oleh Jisung, sahabatnya.

"Rilex Ji, lo kenapa?"

"Senja..." panggil Jisung, sedang mengatur nafasnya karena sehabis berlari.

"Kenapa?"

✿✿✿

"Senja mana?" tanya Jeno saat Ryujin baru saja keluar dari kelas dengan tangan yang memegang sapu dan sekop. Saat ini sekolah sudah sepi, jadi di kelas Senja hanya ada Ryujin dan beberapa murid lainnya yang sedang piket.

"Udah pulang dari siang tadi" jawab Ryujin, memberhentikan langkahnya sembari memasukkan sampah ke dalam tong.

Jeno menautkan kedua alisnya, menatap Ryujin dengan bingung.

Pulang katanya?

"Kenapa pulang?" tanya Jeno.

"Lah gue kira lo udah tau tadi. Kasian banget tadi dia pulang sambil nangis-nangis gitu" jawab Ryujin.

"To the point aja. Senja kenapa pulang dan kenapa Senja bisa nangis?" ulang Jeno, meralat pertanyaan. Bicara terlalu lama sama Ryujin bisa membuat otak dia ikut memanas.

"Senja gak ngabarin ke lo?"

"Tinggal kasih tau aja kenapa sih, Ryujin Prameswari"

Ryujin menghela nafas, meletakkan sekop yang sedari tadi berada di tangannya ke lantai. Kemudian berkata,

"Oma nya Senja meninggal dunia, Jen"


tbc.

publish: 01/10/2020
revisi: 14/05/2021

©imyourprincesssss

THANKS ✔️Where stories live. Discover now