BAB 2 : AADP 13

61 12 3
                                    

Sorak kemenangan di lepas indah dari mulut para santri. Setelah banyak ujian serta rintangan menghantui mereka, akhirnya di beri imbalan yang begitu setimpal. Benar, libur semester telah tiba. Jika si pikir tak terasa waktu bergulir amat deras, meninggalkan jejak serta kenangan menjadikan masalalu di masa depan.

Terlihat sangat jelas bagaimana kehiruk-pikukan para santiwati maupun santiwan. Masing-masing sibuk dengan urusan mereka, tentu saja persiapan untuk pulkam alias pulang kampung bagi mereka yang jauh dari sanak-saudara. Serta mereka yang sudah rindu akan suasana rumah dan keluarga.

"... Dan! Indak nak baliak,tengok santri lain alangkah sibuk ngemas barang?" Lelaki muda berdarah minang itu menegur Zidan, yang termenung di pintu kamar. Matanya menatap ke arah langit yang agak mendung.

"Gak guna juga gue balik! Emang apa yang gue kejar?" Acuhnya. Tersirat rasa kekecewaan serta kesedihan amat dalam ketika lelaki putih itu berbicara . Suaranya pun terdengar serak.

Adi tertegun sejenak saat mendengar psnuturan Zidan. Dia tau benar kenapa Zidan berkata seperti itu, sebagai sahabat Adi tau bagaimana keadaan sang sahabat.

"Lo ikut gue balik ke bandung aja! Si Aqila bakal nerima lo dengan amat sangat baik!" Seru Adi. Tawarannya terdengar cukup bagus.

Zidan menggeleng cepat. Jujur, ia rindu dengan mami nya tapi takut jika ke pulangan Zidan tidak membuahkan hasil. Jatuhnya,akan berakhir sia-sia.

"Trus lo mau nemenin mang safik jaga pesantren???" Tanya Adi dengan nada setengah mengejek,

"Ogah kali!" Bantahnya cepat. Ayolah itu bukan profesi yang cocok untuk seorang Zidan. Lagipula lelaki itu mana mau!" Gue juga pulang kok! Kangen sama pohon pisang yang gue tanam sebelum masuk pondok!" Jawaban Zidan mendapat tawa dari Adi dan Rudi si anak minang.

"Ado-ado sajo  kau ini Dan!" Ujar Rudi menggeleng pelan.

"Kenyataannya gitu!" Cibir Zidan tak terima saat di tertawakan.

Baiklah. Zidan sudah bertekad bahwa dia akan pulang. Sudah cukup Zidan menahan rindu dengan sang mami meski tak tentu apakah maminya juga sedang merindu.
................

Sejak tadi ica sudah selesai mengemasi barang-barang yang perlu di bawa pulang. Tinggal menunggu jemputan datang saja.

"Cha! Aku duluan ya sudah di jemput soalnya!" Ujar Ara tangan kanannya menenteng koper kecil bergambar spongebob.

"Iya ra, semoga selamat sampai tujuan!" Ucap Ica ia sedikit sedih pasalnya belum ada yang datang menjemput. Dinda pun sudah pulang selesai solat dzuhur tadi.

"Aminn... dada ica aku pasti bakal kangen!" Ara memeluk erat dulu tubuh sang sahabat.

"Iya aku pasti juga" sambungnya ikut memasang wajah sedih,

"Aku pergi ya Assalamualaikum! " ara semakin menjauh, tangannya tak henti melambai ke arah ica.

Ica murung kini tinggal ia sendiri yang tengah menunggu di posko pesantren. Sesekali ia melihat santri lain berlari gembira ke arah keluarga yang datang menjemput. Hingga sebuah suara klakson mobil membangkit ica dari alam bawah sadarnya.

Pippp...pop.....

Mata ica membulat kaget. Wajah yang semula murung penuh kesedihan menatap penuh keceriaan ke arah mobil ayla berwarna hitam yang mengeluarkan tiga sosok manusia yang sudah satu semester tak pernah ia lihat lagi.

Ica berjalan mendekat. Pertama-tama ica pasti akan menyalami kedua tangan orang tuanya.

"Mama!" Lirih ica pelan, ia memeluk penuh kerinduan akan sosok seorang ibu.

ADA APA DENGAN PESANTREN?Onde histórias criam vida. Descubra agora