𝚜𝚊𝚝𝚞

113 20 29
                                    

Mungkin kebanyakan orang memilih jalan hidupnya sesuai dengan keinginan masing-masing, namun tidak dengan dokter muda yang berparas tampan seperti cha junho.

Mendapat gelar dokter di usia muda tentulah membuat orang disekitarnya bangga, apalagi kedua orangtuanya. Ya, mereka sangat bangga kepada junho karena pemuda itu rela membuang cita-citanya demi kebahagiaan kedua orangtuanya.

Dalam lubuk hati junho, ia sama sekali tidak menginginkan untuk menjadi dokter. Bahkan ketika orang lain belajar dengan giat untuk mendapatkan nilai sempurna dalam ujian, ia hanya memainkan handphonenya di dalam kamar tanpa ada niat sedikit pun untuk membuka buku.

Tapi nyatanya takdir berkata lain, tuhan memberikan junho sebuah anugerah berupa otak yang begitu jenius. Ia bisa dengan mudahnya melewati ujian-ujian sulit tanpa belajar dan itulah yang membuatnya mendapatkan gelar dokter di usia muda seperti sekarang ini.

Seharusnya ketika orang telah mendapatkan sebuah kesuksesan, ada rasa bahagia yang sangat amat. Namun junho lebih memilih mengurung diri dikamar saat kedua orangtuanya merayakan sebuah pesta untuk memberi selamat kepada junho yang kala itu berhasil menjadi dokter spesialis anak.

Ia ingin menjadi pengacara, tapi kedua orangtuanya menentang keras cita-cita tersebut —apalagi sang papa. Mereka mengatakan bahwa junho harus menjadi dokter seperti kakaknya. Junho akui semenjak sang kakak menjadi dokter, keadaan ekonomi keluarganya semakin membaik apalagi kakaknya —cha eunwoo bekerja di salah satu rumah sakit ternama yang ada di kota seoul. Tapi tetap saja, junho ingin memilih jalan hidup yang sesuai dengan keinginannya layaknya orang lain diluaran sana.

“huh, lagian udah terjadi juga.” dokter tampan yang berusia 23 tahun itu berujar pelan ketika mengingat berapa banyak buku advokat yang sudah dipelajarinya, namun ia malah berakhir menjadi dokter.

tok tok tok

masuk.”

Pintu terbuka, menampilkan sosok pemuda manis yang menjadi tempat curhatnya selama ini. Hanya dialah yang paling mengerti tentang junho, hingga pemuda bermarga cha itu sempat menaruh rasa lebih kepadanya.

“gak makan siang?” tanya si pemuda itu.

“gak nafsu. kak midam sendiri udah makan?”

Lee midam —pemuda yang berada di hadapan junho menggeleng. Tangan mungilnya mengelus-elus perutnya sendiri sembari mengerucutkan bibirnya.

“ayo temenin makan. gue udah laper banget jun.”

Junho mengangguk patuh. Ia berdiri dari tempat duduknya, melepas jas dokter yang ia kenakan dan meletakkannya di gantungan baju yang ada di ruang kerjanya.

Setelah selesai, ia mendekat ke arah midam dengan kedua tangan yang diletakkan didalam saku celana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah selesai, ia mendekat ke arah midam dengan kedua tangan yang diletakkan didalam saku celana.

“ayo.”

𝗁𝖾𝖺𝗅 𝗆𝖾, 𝖽𝗈𝖼𝗍𝗈𝗋 || 𝗃𝗎𝗇𝗌𝖺𝗇𝗀Where stories live. Discover now