lima

8.1K 1.3K 98
                                    

Semua mata menatap Hema karena Raha dan Lian melakukan hal tersebut.
Apa yang harus Hema lakukan?
Dia tidak tau harus bagaiamana, diam saja atau menyambut uluran tangan tuan rumah?
Ikut sopan santun Hema harus melakukannya tapi dia tahu Lian, terutama Raha akan marah jika ada pria lain menyentuh Hema meski hanya senggolan tak sengaja.
Perlahan tangan Hema bergerak, nekat menyambut uluran tangan Varun Costa, dia tak mau para Alfa malu kalau dia bersikap tak sopan, dia akan menanggung amarah para Alfa setelahnya.

Namun belum sempat jemari Hema menyentuh jemari Varun Costa, tangannya sudah direnggut dan pinggangnya sudah dipeluk erat.
"Hema sayang. Ternyata kau ikut datang ke pesta ini " sapa Hali dengan nada ramah dibuat-buat agar orang tidak tau kalau dia kesal pada Hema yang lega karena Hali hadir dan menyelamatkannya dalam situasi tidak enak ini.

Hema tersenyum senang, Hali juga tersenyum tapi matanya seperti akan memancarkan api yang akan membakar Hema.
"Hema sayang, kemarilah. Ikut aku. Kau bilang kau mengidolakan temanku, Arba. Dia ada di sini. Mari aku kenalkan kau padanya"
Dengan gaya Artis sok pentingnya, Hali membawa pergi Hema dari kerumunan tersebut.

Semua orang mengenal Hema sebagai sepupu jauh dari para Alfa. Karena itu mereka semua tidak kebingungan melihat Hema bisa dekat dengan para Alfa.

"Siapa Arba?" tanya Hema saat Hali terus menariknya menerobos keramaian Club.

"Entahlah" jawab Hali asal-asalan.
Bukannya marah, Hema malah tertawa memeluk tangan Hali erat.
Ke posesif an para suaminya bukannya membuat Hema risih tapi malah membuatnya senang.

"Mau kemana?" tanya Hema saat mereka memasuki toilet yang sepi.

"Bercinta dengan istriku yang genit" jawab Hali cuek.

Hema mengangkat alisnya.
"Di dalam toilet?"

Hali mendorong Hema masuk ke dalam ruang paling ujung.
"Tempat ini bersih, jarang digunakan dan cukup lapang, kalau-kalau Raha dan Lian menyusul" desahnya menciumi leher Hema.
"Dua lantai diatas ada kamar tapi tidak ada lift ke sana, aku takut tidak bisa tahan lagi dan bercinta denganmu ditangga, di depan semua orang"

Hema tersenyum, dia sudah tidak bisa dibodohi para Alfa begitu saja.
Paling semua yang Hali katakan hanya alasan yang dibuat-buat saja.
Kalau menurut Hema, Bercinta ditoilet umum adalah salah satu Fantasi Hali yang ingin diwujudkannya dengan Hema.

Hali menciuminya, dengan lihai menelanjangi Hema yang ikut membantu sebisanya karena gerakannya sangat terbatas saat Hali mengambil alih dan terus mendesaknya ke dinding toilet yang dingin.

"Bagaimana jika ada yang mengintip atau kalau ternyata ada kamera tersembunyi yang ada disini" desah Hema saat Hali mulai mengisap puncak payudaranya.

"Kalau begitu besok akan ada foto ku tersebar di seluruh dunia, menjadi headline.
Karierku hancur atau semakin maju, yang manapun itu aku tidak peduli" serak Hali menarik paha Hema agar terbuka dan berada di posisi yang tepat.
Hali menghujam, Hema mengerang, mengigit bahu Hali yang masih terbalut pakaian lengkap.

Mereka sudah dua kali mencapai puncak saat Hema ketika ketukan pertama dari balik pintu terdengar.
Hema ataupun Hali tidak ragu membuka pintu dan pilihan mereka tepat karena sosok Raha dan Lian masuk dengan wajah kesal tapi begitu melihat Hema, wajah mereka langsung bersinar dengan kilatan hasrat.

Raha meraih pinggang Hema, melumat bibirnya yang sudah membengkak akibat ulah Hali.
Lian mengambil posisi di belakang dan mulai memasuki Hema, begitu hasratnya dituntaskan, Raha mengambil alih dan menutup keamoralan mereka.
Hema nyaris tak sanggup menjejakkan kakinya ke lantai setelah itu.

Mereka sadar ada beberapa orang yang masuk ke toilet, mungkin mendengar suara-suara yang sudah diusahakan sepelan mungkin.
Tapi saat mereka saling menyentuh, tak ada satupun yang akan peduli dengan sekitarnya.

Raha memapah Hema yang saat dilihat oleh orang lain akan terlihat seperti gadis nakal yang suka mabuk dn habis digilir oleh eksekutif muda tampan.
"Sebaik nya aku menggendongmu saja" desah Raha untuk ketiga kalinya saat melihat Hema mencengkram perut dan pinggangnya tapi lagi-lagi Hema menggeleng.

"Aku hanya merasa Kram di perut. Kalian memggilirku di tembok!!  Bentaknya yang mulai kesal.

Para Alfa mengangkat alis dan perlahan-lahan tersenyum.
"Tapi kau tidak protes saat itu. Kau sekarang kesal, apa karena terlalu cepat usai" goda Lian mengacak rambut Hema.

Hema mendelik.
"Terserah kalian. Aku pasti tidak bisa menang"

Raha meraba kening Hema.
"Kau yakin kau baik-baik saja" bisiknya dengan kening berkerut.
"Badanmu panas Hema! "

Lian langsung mendekat, menyingkirkan tangan Raha, agar dia bisa meraba kening Hema.
"Raha benar. Kau demam" katanya seperti menyalahkan Hema yang tidak pandai menjaga diri.

Hali tanpa bicara langsung mengengdong Hema.
"Kita pulang" ucapnya kesal.

"Hali!" bentak Hema.
"Aku baik-baik saja. Turunkan aku" decaknya tak suka melihat orang lain menganggapnya pemabuk payah.

"Diam Hema, jangan keras kepala lagi. Kita pulang sekarang" geram Raha membuat Hema terdiam. Jika Raha sudah menggunakan nada seperti itu dia tidak bisa lagi dibantah.

Mereka bergegas, memilih jalan belakang, dimana para pasangan terang-terangan bercumbu tanpa peduli dengan sekitar.
Sebenarnya pesta apa sih ini? Kecam batin Hema.

"Hai.. Ada apa dengannya?" langkah mereka terhenti saat Varun entah darimana munculnya menghalangi Hali yang masih menggendong Hema.
"Kemana kalian membawanya, dia terlihat tidak baik-baik saja" cercanya penuh kecurigaan.

Hema menghela napas. Apa yang ditakutinya terjadi juga.
"Sudah kukatakan biarkan aku jalan sendiri. Melihat seperti ini orang akan salah paham. Aku tidak masalah, tapi nama kalian bisa rusak"

Raha maju, mengabaikan Hema.
"Menyingkirkan dari sana. Hema demam. Kami membawanya pulang agar Lian biasa memeriksanya"

Varun tidak langsung percaya, matanya menjelajahi sekujur tubuh Hema.
Rambut Hema yang berantakan, wajahnya yang lembab dan berkilat oleh keringat dan baju Hema yang kusut.
"Kalian yakin akan membawanya pulang karena dia demam?" ucapnya perlahan.

Lian maju mencengkram kerah Varun.
"Tolong bicara yang jelas. Keluarkan saja apa yang ada dipikiranmu" desisnya.

Varun menarik lepas dirinya, mundur selangkah dengan tatapan bingung.
"Kalian aneh" kesalnya.
"Gadis ini sebenarnya siapa kalian?"

"Dia tunangan ku" jawab Hali datar, membuat semua menoleh padanya.

Varun menggeleng.
"Tapi semua orang bilang dia sepupu kalian yang tiba-tiba muncul"

Hali mengangkat bahu.
"Aku tidak punya kewajiban memberitahu orang apa hubunganku dan Hema, mereka bebas pecaya pada kabar manapun"

Varun terdiam, masih menghalangi jalan. Terlihat sama sekali tidak percaya pada yang HALI katakan. Dengan pengamatan tajam, dia membaca gerak gerik Raha dan lian yang terlalu protektif pada Hema.

"Hema?!" suara cempreng dan berat khas orang mabuk menarik perhatian mereka.
Semua menoleh pada wanita yang mendekati mereka.

Hema fokus pada wanita itu yang terlihat sempoyongan. Rambutnya berantakan, riasan wajahnya mulai luntur dan pakaiannya benar-benar memalukan. Bekas ciuman berserakan dileher dan dadanya.
Dua orang pria yang sama mabuk dengannya, memeluk wanita tersebut, menggerayangi tubuh montoknya.

"Desi?!" seru Hema melompat turun dari gendongan Hali yang tak sempat menahannya.
Tapi Raha dengan sigap menangkap pinggang Hema yang akan memeluk Desi.

Baik Raha, Hali dan Lian juga sangat mengenal sosok Desi.
Mereka tidak menyukainya, mengangap Desi berbahaya bagi Hema.

*******************************
(27092020) PYK.

Kalian ingat siapa Desi ini??

(Repost) MEREKA SUAMIKU # 3Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu