_05_

211 46 5
                                    

Tragedi semalam belum sempat hilang dari benak Dean.

Dean melirik jam disela sela bangunnya pagi ini. Sudah pagi. Yang artinya keluarganya sudah terbang menuju tempat kelahiran kakeknya.

Hufftt..

" Kenapa kalian meninggalkan aku sendiri disini? "

" Aku tak pernah berharap lahir jika akhirnya aku hidup namun terasa mati"

"Aku juga tak pernah berharap hadir jika aku bahkan dianggap tidak ada didunia ini"

"Kalian seakan menganggapku ada, menyayangiku dengan sempurna namun aku bukanlah gadis kecil umur 5 tahun yang percaya jika kedua orang tua dan juga abangnya bekerja sehingga tidak bisa satu rumah"

"Aku sudah besar Yah, Bun. Aku sadar jika aku dibuang dari keluarga kalian. Aku tidak tau salahku apa sampai kalian seperti ini padaku"

"Aku tidak tau kapan akan bertahan Yah Bun. Aku lelah dengan semua ini namun aku masih punya satu alasan untuk melanjutkan hidupku dengan senyuman dia adalah Kak Aska"

"Ya Tuhan jangan ambil Kak Aska dariku karena dia kekuatanku untuk saat ini"

Dean bermonolog diantara ruangan yang dingin karena AC dan juga mentari yang menembus jendela dan kelambu transparan dikamarnya.

Setelahnya Dean beranjak untuk mandi dan segera sarapan dengan bibinya.

****

Bruk..

"Eh anjim gue kaget" Ucap Edo sahabat Aska

"Sorry gue sengaja tadi biar lu keliatan hidup"

"Bangsat lo Ka"

Aska terkekeh karena berhasil membuat sahabatnya mengumpat. Meskipun itu hal biasa namun tidak membuatnya mengumpat seperti terasa ada yang kurang dalam pertemuan mereka.

"O iya Ka. Hubungan lo sama bocah gmn?"

"Baik kok. Malah kemarin gue ngerayain hari jadian sama dia"

"Wow keren banget njir. Apa itu berarti lo udah cinta seutuhnya sama dia Ka?"

Aska terdiam.

Dia membisu sebab tak tau hatinya untuk siapa. Floren cinta pertamanya? Atau Dean pacar pertamanya? Semua seakan terlalu gelap untuk Aska.

" lo ga bisa kayak gini sama Dean. Dia gadis baik. Menjadikan dia pelampiasan rasa lo yang ngga terbalas dari Floren itu salah"

"Bodo deh pusing gue. Mending makan"

Setelahnya Aska pergi memesan makanan di warung langganan mereka.

Edo hanya menggelengkan kepala.

Dia tau sikap sahabatnya salah. Namun melarang nya juga percuma karena Aska adalah orang yang keras kepala dan selaly merasa paling benar. Disatu sisi Edo khawatir sahabatnya akan melukai batin Dean namun disisi lain dia juga berharap agar Dean bisa menggantikan posisi Floren dalam hati Aska.

****

Ting nong..

Bel rumah Dean berbunyi..

"Assalamu'alaikum Bi" Ucap Cinta lalu meraih tangan Bibi

"Waalaikumsalam Non" Jawab Bibi tak kalah ramah

"Deandra ada dirumah Bi?"

"Ada Non. Ayo masuk dulu"

Cinta mengangguk lalu mengikuti Bibi masuk kedalam rumah.

"Non Cinta ke atas saja. Non Dean ada didalam"

"Baik Bi. Terima kasih"

Cinta beranjak dari tempatnya. Menaiki tangga hingga akhirnya sampai didepan kamar sahabatnya.

Ceklek..

"Dean"

"Loh" Jawab Dean terkejut

Pasalnya dia tak tau menau kalau sahabatnya ini akan berkunjung.

"Kaget ya? Maaf aku ngga bilang ya. Ini semua gara gara Abang lucknut ku Dean. Bilangnya mau ngajak keluar eh taunya diturunin didepan rumah kamu" Jelas Cinta sambil berjalan dan mendekat ke arah Dean yang duduk di kasurnya

Dean terkekeh.

Lucu sekali kakak beradik ini.

"Jadi kita mau apa nih? Mau jalan jalan?"

"Ngga mau De aku masih badmood"

"Gimana kalau nonton Film? Tadi malam ayahku mengirimkan Film terbaru loh"

"Serius?"

Dean mengangguk

"Wah ayahmu yang terbaik De"

Dean tersenyum.

"Ayahku memang baik dalam memuaskan kebutuhan ku Cin. Tapi tidak dengan hatiku yang membutuhkan kasih sayang seorang ayah. Aku buta dengan kasih sayangnya. Kasih sayangnya hanya terukur dengan uang uang dan uang" Batin Dean pilu

"De kamu ngga papa?" Tanya Cinta membuat Dean tersadar

"Ngga papa kok. Ayok nonton sekarang. Udah siap?"

"Siap bos"

Akhirnya mereka melihat film itu karena Cinta benar kehilangan moodnya karena ulah abangnya.

Skip on

"Wahh keren banget filmnya De"

"Iya keren banget"

Cinta melirik jam dipergelangan tangannya dan dia terkejut karena sudah sore lalu dia melirik ponselnya.

Cinta menepuk jidatnya.

Ponselnya silent dan Abangnya sudah menelpon dan chat yang sangat banyak.

"Halo bang"

"-"

"Iya maaf hp gue silent tau bang"

"-"

"Ih iya bang. Ini gu-"

Bip

"Hilih dimatiin lagi"

"Kenapa?"

"Biasa deh.abang ku ngambek karena telfonnya tidak diangkat"

Dean mengangguk

"Yaudah aku pulang dulu ya. Abang udh didepan rumah kamu soalnya"

"Iya hati hati ya. Maaf aku ngga nganter kedepan"

"Iya ngga papa. Sampai jumpa disekolah besok Dean"

"Iya Cin"

Cinta beranjak begitupun Dean. Namun dia bukan keluar kamar. Dia beranjak menuju balkon. Dan melihat Cinta menemui abangnya.

Terlihat Abangnya itu sedang merajuk lalu Cinta memeluk dan menciumnya. Melihat mereka membuat hati Dean menghangat.

"Cinta beruntung bisa merasakan itu. Aku bahkan tak pernah memeluk abangku. Jangankan bertemu bertatap muka saja aku tak pernah"

Lagi dan lagi Dean hanya merasakan kebahagiaan lewat kebahagiaan orang lain. Tak pernah merasakan itu secara langsung.

Mungkin diluaran sana. Keluarganya nampak sempurna. Karena Dean tak pernah kekurangan dalam hal keuangan. Namun sayangnya itu hanyalah cover indah dibalik cerita sedihnya.

Perasaan kalian pas baca part ini apa?

Sedih?

Senang?

Atau bingung?

Oh iya 797 kata untuk part ini ehe'

Deandra (End)Where stories live. Discover now