Chapter 2

3.8K 553 2
                                    

“Hei, aku tidak tahu kau sudah memiliki teman kencan. Akhirnya,” sindir Saul Glazier, ketika wajah konyolnya muncul di ruang berkumpul BlackMoon.

Semua orang tahu ada banyak gadis yang secara diam-diam menginginkan RedZee. Mereka tidak berani terang-terangan. Karena paham kalau si pemimpin BlackMoon itu menghindari yang namanya hubungan lebih dari teman. Biasanya, jika telah terindikasi ada maksud berbeda, Red akan menjauhi mereka tanpa salam perpisahan.

“Omong kosong dari mana lagi itu?” Red tidak begitu peduli. Sibuk dengan kertas-kertas formulir di hadapannya. Terlalu banyak pendaftar. Kepalanya sakit mengingat semua wajah mereka di lembar profil calon anggota baru, padahal cuma dua puluh orang yang dibutuhkan.

“Entahlah. Dia mungkin salah satu dari calon anggota perkumpulan kita. Karena kulihat, dia muncul setiap kali anggota klub menambahkan teman di media sosial mereka. Bahkan aku juga menemukannya semalam. Sebentar.” Saul menarik ponsel dari saku jeans-nya. Mendekati Red dan memperlihatkan siapa yang ada di layarnya.

Red memperhatikan foto dirinya yang sedang berdiri menyamping dalam minimnya cahaya. Dia juga mengenakan pakaian serba hitam yang tidak memperlihatkan wajahnya dengan jelas.

Red baru ingat kalau itu fotonya setahun yang lalu. Meski tampak samar, tidak ada anggota lama dari BlackMoon yang tidak mengenali pemuda dalam foto itu. Bahkan orang luar pun tahu jika memperhatikannya dengan seksama.

Rune yang memotret Red kala itu. Momen di mana mereka bersiap akan pulang dari panti asuhan. Red mengumpulkan anggota klub untuk salam perpisahan dan ucapan terima kasih atas kerjasama mereka seharian itu.

Red mengernyit saat membaca nama pemilik akun tertera di bawah foto dirinya.

Lana Osiris.

Nama yang asing. Red belum pernah mendengar sebelumnya. Bahkan dia memperhatikan ada emotikon hati berlapis di status profil gadis bernama Lana itu.

Apa-apaan gadis ini? Cari mati? “Cari tahu siapa dia dan di mana lokasinya, lalu beritahu aku.” Setelah mengatakan itu, giliran ponsel Red yang berdering.

Ford Snowden.

“Halo.”

“Hei, kawan. Siapa gadis itu? Kenapa yang lain heboh, sementara kami tidak tahu apa pun?”

Ah, ini lagi.

Melirik Saul, Red menegaskan padanya tanpa menjawab pertanyaan dari Ford. “Jangan tunda. Kau cari dia duluan sekarang. Aku harus menyelesaikan urusan keanggotaan dulu di sini.”

Dua puluh satu jam kemudian, Saul memberitahu Red tentang keberadaan si gadis yang cari masalah dengan pemimpin BlackMoon itu.

Masih berlokasi di kota yang sama, namun butuh dua puluh lima menit untuk sampai ke kafe Madelyn tempat Lana bekerja paruh waktu.

Karena sudah tahu apa kesalahannya, Lana terus menghindari tatapan Red yang sejak awal kedatangan, begitu tajam dan lekat. Berusahalah dia menyembunyikan keterkejutan dan kepanikannya akibat kemunculan Red yang tiba-tiba.

Malam semakin larut. Jatah jam pulang kerjanya memang tidak pernah lebih dari pukul sepuluh malam, walau dia barharap bisa mengulur waktu lebih lama lagi.

Red menunggu Lana di meja sudut. Bersama Rune Westenberg. Bukan Saul atau Ford. Mereka berdua terlalu berisik.

“Lana, ayo bersiap. Saatnya pulang.” Gadis yang berdiri dari arah berlawanan meja kasir kafe, bicara pada Lana yang sedang berharap dalam hati agar diperbolehkan menginap di kafe malam ini.

Namun akhirnya Lana mengangguk perlahan, setelah sadar dia tidak akan pernah diberi izin menginap di tempat kerja. Sesekali matanya melirik ke arah Red dan Rune.

𝐑𝐞𝐝𝐙𝐞𝐞 𝐁𝐥𝐚𝐜𝐤𝐒𝐭𝐨𝐧𝐞Where stories live. Discover now