Bab 12

991 123 22
                                    

Bus itu terus meluncur jauh kedasar jurang, Baim masih berada di dalam  bus yang berguling-guling. Ia mencoba bertahan, ia berpegangan pada tiang besi yang ada di dalam bus itu. Matanya mulai kabur akibat benturan keras, ia menangis. Kilasan bayangan masa masa indah bersama Leo mulai muncul, lalu wajah kakek dan neneknya mulai muncul. Ia bahkan melihat wajah ayahnya. Perlahan bayangan-bayangan itu mulai pudar.

Buuuuuuk

Bus itu mendarat dan menghantam batu, saking kerasnya Baim pun terpental. Ia bangkit dan bangun, lalu ia berusaha keluar dari bus itu. Saat ia berhasil keluar, namun belum jauh dari bus itu, bus pun meledak. Dan tubuh Baim terpental jauh dan menghantam batu yang besar, lalu tubuhnya hanyut terombang-ambing di sungai yang tak jauh dari jurang itu. Di atas sana tim sars dan polisi tengah bersiap-siap untuk mencari Baim. Leo ingin ikut mencari, tetapi dilarang oleh tim penyelamat karena berbahaya.

Kakek dan nenek Baim juga berada disana, mereka bersama Leo. Leo sangat sedih dan Frustasi, sementara nenek dan kakek Baim berusaha tabah dan sabar. Justru merekalah yang berusaha menenangkan Leo. "Sudah nak, jangan menyalahkan dirimu sendiri. Percayakan pada tim penyelamat itu, semoga Baim selamat."

Leo hanya diam, kemudian tim penyelamat pun menelusuri tempat kejadian, dan disana terlihat bus yang sudah terbakar hangus. Mereka mencari Baim, namun sayang, mereka tidak menemukan Baim. Hanya liontin milik Baim yang di berikan oleh ayahnya dulu. Mereka telah menduga Baim sudah lenyap dan hangus terbakar bersama bus itu. Tim penyelamat kembali keatas dan memba liontin dan memberikannya kepada Nenek dan kakek Baim.

"Maaf, kami hanya menemukan ini. Saat kami sampai kebawah, bus sudah terbakar hangus." ujar tim itu.

Bagaikan disambar petir, hati Leo semakin kacau dan tidak karuan. Nenek dan kakek Baim hanya menangis dan tidak tau harus berkata apa, mereka kehilangan cucu yang mereka sayangi. Merek kehilangan satu harta berharga milik mereka, Leo berteriak dan marah-marah kepada Tim, lalu ia juga ingin turun kebawah dan mencari Baim. Tetapi Kakek dan nenek Baim melarang.

"Jangan nak, jangan lakukan itu. Kami tidak ingin  kehilangan cucu kami lagi, kita hanya bisa berdoa untuk Baim agar dia tenang di sana nak. Ayo kita pulang ya nak," ujar Sarinah.

Leo berjalan lunglai, ia seperti orang linglung. Pikirannya kosong, matanya sembab, dan tampangnya sangat kusut. Mereka sampai dirumah, Sarinah dan Bayu mengantarkan Leo kedalam kamar, lalu Leo berbicara. "Kakek, nenek... Maafkan Leo tidak bisa menjaga Baim dengan baik. Maafkan aku...."

Leo menangis sejadi-jadinya membuat hati Sarinah dan Bayu sedih. "Kamu tidak salah nak, kami juga sedih dan hancur. Dia sayang padamu, itu sebabnya dia menyelamatkan kamu nak, kami sudah ikhlas. Kamu juga ikhlasin dia ya nak, jangan seperti ini."

Leo senggugukan, ia tidak tau harus bagaimana. Bayu dan Sarinah khawatir kalau Leo akan sakit, mereka menjaga Leo dengan sabar dan merawat Leo. Sudah satu minggu kepergian Baim, semua berduka, satu sekolah juga berduka. Semua murid dan guru hadir kerumah Baim. Mario dan Bima, selalu hadir untuk menghibur Leo.

"Leo, kau sudah satu minggu tidak kesekolah. Kami menunggumu," ujar Bima.

"Aku tidak ingin sekolah, aku tidak semangat lagi. Bahkan aku ingin mati menyusul Baim, aku..." ujar Leo.

Plaaaaak

Mario menampar Leo, lalu berbicara. Ia mencengkram kerah baju leo. "Bodoh, kau pikir sahabatku akan senang dan tenang melihatmu putus asa seperti ini? Apa kau tidak ingat dengan janjimu? Kau akan selalu mewujudkan impian dan keinginannya, ha? Perlu kau tau, impian terbesar Baim adalah melihat kau sukses dan berhasil Leo."

Leo hanya diam, ia meneteskan air matanya. Mario melepaskan tangannya Leo, lalu berbicara lagi. "Kami semua juga sedih. Kakek, nenek, Bima, dan aku juga sedih."

BL- PROMISEWhere stories live. Discover now