19. Siapa?

21 6 1
                                    

Alvaro sudah siap dengan outfitnya, sekarang ia sudah memakai kemeja putih, dengan balutan celana berwarna hitam, di tambah sepatu putih, yang membuat cowok itu terkesan cool dan tampan. Ia menyisir rambutnya ke belakang menggunakan jari tangannya di depan cermin.

"Ini saatnya

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Ini saatnya." gumam Alvaro sambil tersenyum percaya diri.

Lalu Alvaro keluar dari kamarnya, ia melihat Bundanya yang sedang duduk di sofa sambil menonton tv. Wanita paruh baya yang terlihat masih muda itu baru saja pulang dari luar kota tadi siang bersama suaminya.

Ia menghampirinya, "Bun, Alvaro pergi dulu ya." izinnya pada Aletta, sang Bunda.

"Loh? Mau kemana sayang?" Aletta berdiri, melihat Alvaro yang sudah rapi.

"Ketemu sama temen." ucap Alvaro. "Ayah mana?"

"Ada, di kamar." jawab Aletta, mengelus rambut cowok itu.

"Yaudah, aku berangkat ya, Bun." ucapnya.

"Iya. Hati-hati ya, Al." Aletta tersenyum ke arah Alvaro.

"Iya, Bunda." kemudian Alvaro berjalan keluar rumah, ia menaiki mobilnya dan mulai menjalankannya.

Karena hari sudah malam, juga ia akan bersama dengan Viona. Jadi Alvaro memilih untuk menggunakan mobil. Biasanya jika keluar sendiri pada malam hari ia memilih menggunakan motor besarnya atau membonceng Viona saat siang hari.

Mungkin, malam ini akan menjadi malam yang paling indah untuk seorang Alvaro Mahatma, atau justru akan sebaliknya.

Seperti biasa, jalanan di jakarta pada malam hari sangat macet. Ia sedikit kesulitan melajukan mobilnya dengan lancar. Alvaro menepikan mobilnya di suatu toko yang menyediakan berbagai barang khusus untuk hadiah ataupun kado, ia akan membelikan sebuah hadiah untuk Viona.

Ia masuk ke dalam toko itu dan mulai memilih-milih sesuatu yang akan di berikan pada Viona.
"Kira-kira apa ya?" gumamnya. "Pertama kalinya gue beliin kaya gini buat cewek, dulu paling nyuruh si Lionel atau Radit."

Cuma buat lo, Vi. Batinnya.

Banyak sekali barang yang tertata rapi, seperti aksesoris, pernak-pernik, boneka dan lainnya. Terlihat bagus dan cantik terpajang di tempatnya masing-masing.

Tapi tiba-tiba... Alvaro melihat sebuah kalung yang terdapat liontin berwarna merah. Kalung itu berada di sebuah kotak kaca, yang terlihat sangat indah. Alvaro mendekat, melihat lebih jelas benda itu.

"Cocok banget buat Viona." gumamnya.

Ia memanggil pegawai yang berada disana untuk mengeluarkan kalung itu dari tempatnya, dan membungkuskannya menjadi sebuah kado.

Setelah mendapatkan hadiahnya, Alvaro melanjutkan perjalanannya ke rumah Viona.

Mungkin, sekarang waktu yang tepat. Batinnya.

Alvaro sudah sampai di depan rumah Viona. Terlihat dari dalam mobil, gerbang rumah Viona sudah terbuka. Ia menurunkan kaca mobilnya untuk melihat ke arah rumah gadis itu, khawatir jika sedang ada tamu atau saudara Viona yang datang.

"Loh kok gerbangnya terbuka?" Heran Alvaro. Karena satahu Alvaro gerbangnya selalu di tutup, apalagi ini malam hari.

Namun, betapa terkejutnya Alvaro ketika melihat Viona sedang berpelukan di depan rumahnya dengan seorang cowok yang tak ia kenal, "Dia Siapa?"

Samar-samar Alvaro mendengar suara cowok itu yang berbicara pada Viona, karena suaranya agak keras hingga terdengar ke arah Alvaro. "Gue masih sayang sama lo, Vi." ucap cowok yang sedang memeluk Viona itu.

"Bangsat!" ucap Alvaro dengan nada yang kecewa dan marah. Ia langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan yang tinggi, dan tak tentu arah.

Alvaro sungguh kecewa. Ia kira sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengungkapkan semuanya pada gadis itu, ternyata ia salah. Padahal, Alvaro sudah berjuang untuk menghilangkan rasa gengsinya hanya untuk dia. Tapi pada akhirnya  akan seperti ini, ia tak pernah mengira itu.



🔥🔥🔥

Happy Reading❤






Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Sep 30, 2020 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

FEELINGOnde histórias criam vida. Descubra agora