🍇3

15.7K 2.3K 212
                                    

Untuk sejenak Jungkook berpikir, apakah disini hanya dirinya saja yang terjebak dalam kubangan tanda tanya besar? Sebab sepulangnya Mingyu, ditemani turunnya rintik hujan yang membabi buta dan malam yang kelabu--Jungkook bisa melihat bahwa Lisa ba...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Untuk sejenak Jungkook berpikir, apakah disini hanya dirinya saja yang terjebak dalam kubangan tanda tanya besar? Sebab sepulangnya Mingyu, ditemani turunnya rintik hujan yang membabi buta dan malam yang kelabu--Jungkook bisa melihat bahwa Lisa baik-baik saja. Mingyu pun memasang raut wajah serupa sebelum pria itu berlalu dari restoran ini beberapa jam yang lalu.

"Kau sedang menunggu seseorang?" tanya Jungkook. Saat ini seluruh karyawannya bahkan sudah pulang. Hanya tersisa Lisa yang terpaku sendirian diteras restoran.

Lisa tampak sedikit terkesiap, sebelum akhirnya memasang senyum canggung. "Tidak, Sajangnim. Aku hanya lupa membawa payung untuk berjalan menuju halte. Jadi aku ingin menunggu hujannya sedikit reda."

"Ahh, kalau begitu biar kuantar saja sampai apartemen."

Awalnya Lisa sempat menolak dengan sopan atas tawaran Jungkook ini. Tapi karena hari sudah semakin larut dan suasana terpantau sepi, akhirnya Lisa mengiyakan ajakan tersebut.

Di dalam mobil Merchedes Benz itu Lisa tak banyak bicara. Canggung. Ia benar-benar menghormati Jungkook sebagai bosnya. Ia sudah sangat bersyukur diberi tumpangan seperti ini. Jadi ia ingin membantu Jungkook untuk fokus menyetir dengan tidak mengudarakan suara apapun.

Yah, meski ada beberapa pertanyaan yang sesungguhnya ingin Lisa tanyakan pada Jungkook. Seperti, 'Kenapa kau belum menikah diusia sekarang ini?' misalnya. Tapi bukankah itu terlalu kurang ajar, heh? Seketika Lisa menggeleng pelan. Meskipun pria itu memang tampan, namun Lisa tetap tidak berhak untuk menanyakan tentang perkara status lajangnya.

Melihat Lisa yang tampak menggeleng itu membuat Jungkook diam-diam ingin tertawa kecil. "Apa ada sesuatu yang sedang kau pikirkan, Nona Hwang?"

"Uh?" Lisa terlonjak ditempatnya. "Ah, tidak, tidak. Aku sedang tidak memikirkan apa-apa, Sajangnim."

Jungkook terkekeh sembari mengusak puncak kepala Lisa. Entah sadar atau tidak. Namun baginya, reaksi Lisa yang seperti itu benar-benar terlihat sangat menggemaskan. Sementara Lisa hanya bisa membeku. Yang diacak-acak memang rambutnya. Tapi mengapa hatinya jadi ikut berantakan?

Dahulu, ia sempat berpikir bahwa seseorang yang menjadi pimpinannya ini memiliki sifat dingin dan arogan seperti apa yang pernah ia baca pada cerita-cerita fiksi. Namun ternyata tidak. Tuan Jeon Jungkook benar-benar baik dan ramah. Pria tersebut sungguh peduli pada semua karyawannya.

Tapi, kenapa dia belum menikah, ya?

ASTAGA, LALISA! Diamlah! Kalau si bos bisa membaca pikiranmu ini, maka tamatlah riwayatmu! Haish, memang sialan. Mengapa isi kepalanya selalu berisi tentang pertanyaan itu, sih? Lisa segera mengunci mulutnya rapat-rapat. Bahaya sekali kalau ia sampai keceplosan dan menanyakan hal tersebut.

"Kau.. Apa kau mengenal temanku?" Jungkook tiba-tiba melontarkan tanya tanpa diduga. Ia lalu melanjutkan, "Kim Mingyu. Temanku yang baru saja berkunjung hari ini."

Serius, Jungkook menjadi penasaran akan hal ini. Segalanya benar-benar membentuk sebuah titik krusial yang terasa membingungkan untuknya. Pria itu menanti jawaban sang lawan bicara dalam detik yang berdenting.

Namun si gadis hanya menggeleng pelan. "Tidak, Sajangnim. Aku tidak mengenalnya."

Entah harus sedih atau kecewa. Atau justru bahagia? Jawaban Lisa seperti bukanlah sebuah jawaban yang diinginkan oleh Jungkook. Sederet kalimat itu tidak bisa menghilangkan tanda tanya besar yang masih bertengger manis diatas kepalanya.

Kendati begitu, Jungkook tetap tidak ingin memaksa Lisa untuk bicara mengenai hal ini lebih banyak lagi. Setidaknya, bukan untuk sekarang. Ia hanya pergi untuk mengantar gadis itu, sampai tepat didepan sebuah pintu ruang apartemen sederhana.

Iya, memang sederhana. Bagi Jungkook, mungkin harga sewa apartemen ini hanya sebesar uang jatah makannya selama beberapa hari saja. Tapi bagi Lisa, tentu apartemen yang ditinggalinya ini sudah lebih dari cukup.

"Terima kasih, Sajangnim." Lisa membungkuk hormat pada Jungkook. Pria itu memang sedikit memaksa ingin mengantarkan sampai depan pintu dengan alasan keamanan. Apalagi sekarang sudah larut malam.

Jungkook mengangguk pelan. Namun belum sempat ia melangkah pergi, tiba-tiba pintu ruang apartemen Lisa terbuka. Disana, seorang anak perempuan mendongak seraya menatap Lisa dengan pandangan yang begitu menggemaskan, "Oh, Ibu sudah pulang?"

To Be Continued

To Be Continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
summer light | lizkook✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang