1 - Pria Asing

32 13 7
                                    

Carissa menghempaskan tubuhnya lelah di atas sofa. Setelah berkali-kali ia mengajukan naskahnya, dan telah berkali-kali pula ia ditolak. Dengan berbagai alasan klise seperti 'ceritanya terlalu biasa', 'kurang sedikit bumbu dramatis, atau 'cerita ini sangat pasaran'.

Carissa membuang nafasnya kasar, lalu bergerak gusar tak tentu arah.

"Ditolak lagi, dek?"

Perkataan Ellena, sang kakak justru membuatnya semakin muak. Ia benar-benar ingin membinasakan kata-kata 'ditolak'. Bukan hanya perasaan saja yang bisa ditolak, tetapi naskah novel pun juga bisa ditolak. Kenapa sih ia selalu berteman akrab dengan penolakkan?!

Seperti itulah yang Carissa pikirkan. Dengan langkah lunglai ia berjalan menuju lemari pendingin, di buka kulkas tersebut dan saat ia tak kunjung menemukan sesuatu yang ia cari, Carissa menatap protes ke arah Ellena.

"Mba El, cheesecake gue mana?! Lo makan ya?!!" Tuduh Carissa marah.

Makanan adalah satu-satunya penyelamat saat Carissa berada di ambang badmood. Dan saat ini penyelamatnya hilang, tentu saja ia kesal.

"Kalau lo makan cheesecake terus, badan lo bisa membesar lagi, sia-sia diet lo dua tahun ini."

Ditutupnya kulkas sedikit kencang, berharap Ellena sadar akan kekesalannya. Ia melangkah naik ke atas tangga dengan sedikit hentakan kaki. Melihat itu, Ellena sedikit terkekeh, 'senang juga jahilin adek', batin Ellena.

"Dek, Bima ngajakin makan malam sama mama papanya. Mau ikut gak??" Tanya Ellena sebelum Carissa berada semakin jauh.

"Mau ngomongin apa lagi? Kan minggu lalu udah ketemuan juga sama Bunda sama Ayah ngebahas baju resepsi buat kalian."

"Kangen sama kamu katanya, sekalian mau nawarin kerjaan. Masa lulusan gizi lebih milih kerja jadi penulis."

Perkataan Ellena jelas memberikan sindiran kepada Carissa. Memang benar, ia lulusan gizi di universitas terkemuka di kotanya. Namun saat ia lebih menekuni hobby barunya, Carissa lebih memilih untuk mencari pekerjaan yang ia suka senagai seorang penulis, 'hidup itu cuma sekali, jadi nikmati', begitu pembelaannya.

Disamping menikmati hidup, sedikit alasan lain yang terlintas dipikirannya untuk menjadi penulis adalah karna pengalaman cinta yang tak pernah berjalan mulus. Dengan 85 persen bumbu fiksi, ia menyelipkan 15 persennya dari pengalaman yang pernah ia alami.

Contohnya, saat ia ditolak Abidzar, wakil ketua BEM kampus dengan alasan lebih nyaman dengan Carissa sebagai adiknya. Yang ia sadari kata sindiran dengan makna asli "kamu terlalu pendek buat tipe ideal aku". Atau dengan penolakan Ditho tanpa mengenal sensor "secantik apa lo mau jadi pacar gue?".

Tapi kini Carissa telah berubah, bukan lagi Carissa gemuk berkaca mata. Tapi ia telah 'glow up' menjadi Carissa yang manis. Carissa akui bahwa ia tidak sejelek itu, wajahnya bisa dibilang manisnya Indonesia, dengan tinggi 160 cm, dan derajat hidung rata-rata, cukup oke katanya.

"Liat nanti, kalo gak mager." Jelas Carissa, dan langsung beranjak pergi menuju kamar.

...

Keuangan menipis dan tasa lapar yang tak karuan membuat Carissa memutuskan untuk mengikuti Ellena dan sang calon suami, Bima untuk makan malam disalah satu restoran terkemuka di kotanya. Celana bahan yang fit dikaki, dan kaos cream berlengan pendek yang sengaja ia masukan ke dalam celana, juga mules hitam telah mempercantik diri Carissa untuk segera turun dan menyambut calon kakak ipar.

"Lama banget sih, tuh belek belum bersih."

"Ih mana?!! Mana gak??!!" Tanya Carissa panik, sambil meraba-raba bagian matanya.

Bima terkekeh kecil melihat kelakuan Carissa, merasa dibohongi, ia mendelik kesal kepada Bima.

"Sorry, sorry. Abis lo kayak udah mau ketemu pacar aja, lama banget."

"Siapa tau ajakan, jodoh gue nyantol disana."

Tak butuh waktu lama untuk sampai ke salah satu restoran yang memiliki tema Jepang disana. Carissa, Bima, dan Ellena telah disambut oleh pasangan mesra, Renata dan Albarus kedua orang tua Bima.

"Hallo sayang, gimana kabar kalian?" Sambut Renata dengan pelukan hangat.

"Baik, Ma, Pa. Maaf kalau lama nunggunya. Carissa panggilan alamnya lama banget." Canda Ellena.

Merasa dibicarakan yang tidak-tidak Carissa menatap Ellena tak terima.

"Ihh ngga, Ma, Pa. Aku sehat walafiat kok, Bima aja datengnya lama."

Renata dan Albarus cukup terhibur melihat interaksi keduanya, setelah kelimanya selesai dengan acara temu kangen singkat, mereka segera memesan makan malam. Tak banyak hal yang Carissa rundingkan disini, ia hanya berbunyi saat ditanyai pendapat mengenai design undangan, konsep acara, atau mengenai pekerjaan yang ditawarkan Albarus.

Tak ingin menyakiti hati Albarus, Carissa membalasnya dengan alasan 'mempertimbangkan' karena sejujurnya ia masih bertekad setidaknya ia memiliki satu buku yang bisa terbit untuk membayar usahanya selama ini.

"Calon lo sibuk banget, Mba El." Ucap Carissa yang tengah memerhatikan Bima yang baru saja pergi menemui seseorang yang juga berada di restoran yang sana.

"Temen SMA lagi disini juga katanya." Jelas Ellena singkat.

Tak begitu mempedulikan Bima, kini Carissa fokus pada makanan penutupnya hingga ia tak menyadari bertambahnya anggota yang berada di meja ini.

"Arsen, apakabar nak? Gimana keadaan ibu dan ayahmu?"

"Arsen baik Om, Tante."

"Shht, Rissa! Rissa!" Panggil Ellena menyadarkan Carissa dari lamunannya.

Merasa terganggu, Carissa menengok sekilas "Apaan si, Mba?".

Melihat gelagat aneh dari Ellena melalui matanya seakan ingin menunjukan sesuatu, Carissa segera mengalihkan pandangannya ke arah objek yang di maksud.

'Gila ganteng banget.' Ucap Carissa dalam hati, tak sadar kini ia telah membuka sedikit mulutnya terpesona melihat pria yang kini tengah manawarkan jabatan tangan ke arah Carissa.

"Arsen mau salaman, dicuekin aja, Ris?" Ucap Bima sambil terkekeh melihat Rissa yang kini gelagapan menyadari kelakuannya. Dengan kikuk Carissa menerima uluran tangan Arsen, dan berniat untuk memperkenalkan dirinya dengan baik.

"Oh -eh anu. Itu, gue Caris-"

"We meet again, Rissa." Potong Arsen sambil tersenyum hangat menatap Carissa. Yang di salami pun tampak kaget dan tersipu, darimana pria ini tahu namanya? Ia tampak asing, tak mungkinkan mereka pernah bertemu bukan?

"Lo siapa?"

True ScandalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang