L O V E I S A T R O U B L E D C H A I N : 09

17 6 1
                                    

'
Menjadi manusia baik didepan semua orang bukan tujuan Aro sebenarnya, tapi Darah tidak semuanya Amis. Ada saat dimana rasa Anyir berubah menjadi Manis, dan bisa Aro jelaskan jika dia merasakannya sekarang.
'

"Diem Ura! Lo Adik gue, sebagai Kakak gue tahu mana yang baik buat lo dan mana yang gak baik buat lo. Gue tahu semuanya, gue gak mungkin masukin lo ke masalah karena gue bisa ngelindungin lo sepenuhnya." bentak Aro dengan suara yang cukup keras.

Azura terdiam melihat Kakaknya yang sudah marah, wajahnya sudah berbeda dari biasanya. Jika Aro marah mungkin wajah tegas dan bijaksana dimata Azura akan hilang entah kemana.

Dan sekarang, Azura mulai takut.

"Stop nyalahin gue, tutup mulut lo sampai yang gue lakuin sama lo bener-bener buat lo gak bisa berargumen soal Keluarga."

"Gue Kakak lo, dan sebagai Kakak gue lebih tahu apa yang terbaik buat Adiknya. Dan soal Keluarga, lo gak tahu apapun soal itu. Berhenti berbicara omong kosong sedangkan lo gak tahu apa-apa tentang Keluarga kita."

Azura terdiam, dia menjadi membisu sekarang. Menolak lupa, Azura juga sedikit tidak tahan dengan suara kencang karena Kakaknya.

Suara kencang membuat Kelapanya menjadi pusing, dan Azura benci pertengkaran.

"Kak!"

"Tutup mulut atau gue buat lo gak bisa berargumen!" gertak Aro yang berhasil membuat Azura terdiam, dia meremas Jaket tebal yang sudah dikenakannya sekarang.

Menggigit bibur bawah bagian dalam untuk menghilangkan rasa gugupnya sekarang.

"Gue tahu lo Kakak gue, tapi cara lo perl--" Tiba-tiba Motor yang dikendarai Aro berhenti.

Aro mematikan Mesin Motornya membuat Azura benar-benar diam tidak bergerak.

"Satu kali lagi lo membantah, gue pastiin lo pulang jalan kaki. Gue gak suka Adik pembangkang, lo mau diem sampe rumah dan gak membahas ini lagi atau gue harus bener-bener buat lo pulang jalan kaki tengah malem ini?" Azura terdiam, dia kembali memeluk punggung lebar Kakaknya dan mengunci mulutnya rapat-rapat.

Aro menjalankan Motornya lagi dan membuat suasana terus menghening.

Mereka berdua sampai di Rumah masih dengan diam, Aro masuk lebih dulu. Meninggalkan Adiknya yang masih takut-takut melihat padanya.

Pintu terbuka dan memperlihatkan Salsha dan juga Aldi yang sudah berdiri menunggu kedua anaknya yang pergi pertiga dengan Raenal tadi malam.

"Katanya pulang jam Sepuluh, sekarang jam setengah satu pagi. Ngapain aja kamu sama Azura?"

"Tunggu-tunggu, dimana Raenal. Dia yang minta izin sama Dady, dan kenapa juga Raenal gak nganterin kamu pulang."

"Jawab Aro, ini gak sesuai. Kamu melanggar janji yang kamu sama Dady."

Runtutan demi runtutan terus Aldi tanyakan pada Aro, dengan wajah sedikit menatap datar Aro hanya memasuki rumahnya dengan mendekatkan tubuhnya pada Momy-nya dan memeluk pelan.

"Maaf Momy, aku pulang telat. Selain pergi sama Kak Raenal aku beli iPone buat Azura, disana cukup rame. Dan, berhubung kita berdua laper. Aku sama Azura mampir di Caffe buat makan malem."

Bukannya menjawab pertanyaan Dady-nya Aro justru menceritakan apa yang terjadi pada Salsha dengan sangat rinci.

"Aro! Dady bicara sama kamu!" Suara tinggi lagi, dan Aro benar-benar muak menghadapinya.

Selain menunggu Azura berjalan mendekat, Aro kembali memundurkan tubuhnya agar masuk bersamaan dengan adiknya.

"Dad, aku udah ceritain apa yang terjadi sama Momy. Kalo Dady belum tahu, Dady bisa tanyakan sama Momy. Gak perlu pake suara keras, aku masih bisa denger dengan suara bisikan." balas Aro dengan nada sangat santai.

Cinta Adalah Rantai Masalah  [ON GOING]Where stories live. Discover now