Ada Apa dengan Gue?

1K 158 2
                                    

Sejak pulang dari menghadiri pesta pernikahan anak tetanggnya itu, Naomi sering merasakan dirinya seperti diintai. Dia banyak diam dan melamun. Kadang dilihatnya rumah megah yang berada tepat di sebelah rumahnya dari balik jendela kamarnya. Ada sebuah ruangan kecil yang berada di lantai paling atas rumah itu. Tidak ada yang aneh. Tapi memang ada sebuah pintu dan jendela yang cukup besar yang menghadap ke arah rumahnya ditambah balkoni di depannya. Dan Naomi merasa selama ini aman-aman saja, kok baru sekarang dia merasa aneh.

Masih ingat jelas wajah memelas Nanda di benak Naomi saat mengucapkan terima kasih karena telah menghadiri pesta pernikahannya. Wajah penuh penyesalan. Dan anehnya sejak itu Naomi merasa bersalah. Dia merasa pernah melakukan kesalahan. Ada apa ini? Kok bisa merasa bersalah atas perbuatan yang dia sendiri tidak tahu apa?

Ibu Bapak dan Nathalie merasakan perubahan sikap Naomi yang lebih banyak diam dan melamun. Naomi memang tidak menceritakan kejadian aneh yang dia alami saat pesta itu. Dia memilih diam saja. Karena dia tahu ini akan panjang ceritanya. Bisa jadi Bapak atau ibu bertindak. Dan akhirnya dia akan malu sendiri, karena tidak ada bukti dan saksi atas percakapan singkat itu. Dan ujung-ujungnya keluarganya juga akan dianggap pansos atau apalah yang berhubungan dengan orang kaya itu.

Naomi juga tidak habis pikir. Menjadi mantan orang yang tidak dia kenal? Aneh sekali. Naomi sampai-sampai menguras habis memori ingatannya atas apa yang terjadi selama hidupnya. Apa memang dia pernah mengenal Nanda sedekat itu? Punya kekasih bernama Nanda? Cinta pertamanya Riko. Naomi kembali mengingat masa-masa kecilnya saat SD. Tidak ada teman laki-laki yang dekat dengannya. Naomi pun kelelahan karena tidak satupun kenangan dan ingatannya yang berhubungan dengan tetangganya itu.

"Si Omi kok aneh ya, Bu. Aku agak khawatir dengan dia. Akhir-akhir ini banyak diam. Melamun. Jarang belajar. Pulang sekolah langsung tidur. Trus, Bu. Aku tanya Wilma, kata Wilma di sekolah juga gitu. Nggak ceria seperti biasa," tutur Nathalie di sore hari. Waktu itu kebetulan Bu Denok dan Pak Tirta sedang duduk-duduk santai di ruang keluarga.

"Coba kamu tanya langsung ke Omi. Kalo Ibu yang nanya, ntar malah Ibu yang disemprot Omi. Tau sendiri kan kamu kalo Omi suka sebel sama Ibu. Ibu liat kamu juga jarang ngobrol-ngobrol sama Omi," balas Bu Denok sambil mengurut-urut punggung Pak Tirta.

"Soalnya, Bu. Aku udah nanya ke Wilma. Wilma bilang memang Omi sering ditegur Bu Yuli, wali kelas Omi. Omi sering melamun, trus nggak pernah lagi semangat belajar," lanjut Nathalie. Nada bicara Nathalie terdengar sangat khawatir. Memang sudah hampir beberapa minggu ini, Naomi terlalu pendiam. Biasanya sore-sore begini, ada saja bunyi-bunyi dari arah dapur pertanda Naomi sedang mencari makanan atau minuman. Atau suara-suara senandung senang dari Naomi yang sedang mendengarkan lagu-lagu terbaru lewat I tunes. Meski memang dia dan Naomi jarang bicara lama.

"Menurut Bapak, Naomi itu begitu sejak Ibu maksa ikut pergi kondangan bulan lalu," timpal Pak Tirta.

"Lo? Bapak nyalahin Ibu?," Bu Denok sedikit sewot, tampak pijatannya mulai terlihat kasar.

"Ya bukan nyalahin Ibu. Cuma memang Bapak perhatiin pas pulang dari sana, muka Omi tu cemberuuut aja. Sampe sekarang," Pak Tirta sedikit meringis. "Yang bener dong mijetnya, Bu," keluhnya.

"Coba Bapak yang tanya. Biasanya Bapak suka bujuk-bujuk dia to?,"

"Yah nanti Bapak tanyakan...,"

________

Dan Pak Tirta benar-benar mempertanyakan perihal diamnya putri bungsunya. Nggak papa, Pak. Lagi bete aja. Bingung habis sekolah mau ngapain, begitu jawaban yang didapat Pak Tirta dari Naomi. Ketika Pak Tirta ingin bertanya lebih lanjut, Naomi diam saja.

Tapi sejak ditegur Bapaknya, sedikit demi sedikit Naomi mulai bersikap seperti biasa. Sudah mulai bertanya-tanya ke Nathalie, atau ke Ibunya jika dia membutuhkan sesuatu. Dan semua pun lega.

Namaku NaomiWhere stories live. Discover now