- Prolog -

8.1K 522 23
                                    

Sasaki berjalan di koridor yang tengah ramai dengan murid-murid sekolah yang berlalu lalang menuju tempat mereka beristirahat. Ini adalah waktunya istirahat dan Sasaki tidak menghabiskan waktunya di kantin maupun tempat lainnya. Ia hanya akan ke perpustakaan untuk membaca buku.

Sesampainya di perpustakaan, Sasaki menuju ke meja pengembalian buku dan mengembalikan buku sastra yang ia pinjam dua hari yang lalu. Setelah itu seperti biasa Sasaki akan duduk di pojok ruangan sembari membaca buku pilihannya.

Perhatian teralihkan pada seorang gadis bermata putih tanpa pupil mata dengan rambut berwarna biru tua. Tampak gadis itu terkikik pelan mendengar celotehan temannya yang ada disebelahnya.

Namanya Uchiha Hinata, dia adalah anak bungsu sekaligus putri satu-satunya keluarga Uchiha. Hinata sangat amat dimanja namun kararternya sangat patut untuk dipuji karena memiliki sifat ramah, polos dan pemalu.

Sasaki teekejut saat pudaknya ditepuk oleh seseorang. Ternyata salah satu teman yang dekat dengannya bernama Lee. Dia adalah murid kesayangan guru olahraga yang paling terkenal di sekolag, Guy.

"Sedang belajar?" Sasaki mengangguk kemudian membenarkan posisi kacamatanya yang sedikit melorot dadi batang hidungnya.

"Ya, seperti biasa kau jatuh hati pada Hinata," ledek Lee kemudian terkikik.

Sasaki menyenggol pelan Lee dengan tatapannya yang sedikit menajam. "Diamlah. Jangan sampai orang tau."

Lee menggaruk pelan kepala bagian belakangnya sembari memyengir merasa tak bersalah. "Iya, maaf."

"Tapi..." Lee mulai mendekat kearah Sasaki dan membisikkan sesuatu yang membuat Sasaki berpikir dua kali.

".. Daripada kau pendam coba kau nyatakan cintamu padanya. Jika ditolak pun tak masalah asalkan hatimu sudah lega setelah mengatakannya."

Kemudian Lee beranjak berdiri. "Ya sudah. Aku duluan. Ada kelas olahraga setelah ini." Sasaki mengangguk mengiyakan dan Lee pun akhirnya pergi menghadiri kelas olahraga.

"Akan kupikirkan," batin Sasaki sedikit bimbang.

Beberapa hari Sasaki mencoba untuk berpikir dua kali dengan perkataan Lee tempo hari lalu di perpustakaan dan akhirnya hari ini dirinya telah memutuskannya.

Sasaki mengambil ponsel pintarnya dan menghubungi teman dekatnya, Lee agar dirinya bisa diberikan saran.

Tutt...

"Halo, Sasaki. Ada apa malam-malam menghubungiku?" tanya Lee terheran-heran.

Sasaki memcoba menarik napas kemudian membuangnya perlahan. Ia mencoba mengungkapkan apa yang ia ingin katakan tapi selalu saja gagal karena seperti ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya.

"Hei! Halo, kau baik-baik saja, Sasaki?" tanya Lee yang tak kunjung mendapat jawaban.

"A-ah, ya. A-aku baik-baik saja," sahut Sasaki cepat. Saat ini detak jantungnya sudah tak beraturan. Bahkan keringat dingin mulai membasahi dahinya.

"Apa yang ingin kau sampaikan? Kenapa kau terlihat gugup?" tanya Lee penuh selidik.

"Aku sudah memikirkan perkataanmu tempo hari lalu di perpustakaan," cicit Sasaki. Lee yang mendengarnya pun terpekik senang, sedangkan Sasaki mencoba untuk menetralkan detak jantungnya yang tak beraturan.

"Lalu, bagaimana?" tanya Lee dengan tak sabar.

"Aku.."

-o0o-

Besoknya, Sasaki dengan langkah gugup terus melajukan langkahnya menghampiri Hinata yang ada di samping tiang koridor sendirian memandang pertandingan basket dengan tatapan kagum.

TWINS : Bad Girl & Nerd BoyWhere stories live. Discover now