Petaka Cantik

377 52 23
                                    

Rosa terus mengetuk sepatunya ke lantai, sementara telinganya mendengarkan penjelasan informannya dari telepon. "Kamu saya percaya untuk ngasih tahu semua informasi tentang Devan. Kenapa berita yang kamu kasih malah ngawur semua? Kamu niat ngerjain saya?"

"Ngawur bagaimana, Bu?"

"Kata kamu, Devan udah cerai, tapi dia masih pakai cincin pernikahannya. Mana ada orang udah cerai masih pakai cincin kawin?"

"Itu karena Pak Devan tidak ingin kembali berhubungan dengan wanita lagi sementara waktu ini. Saya dengar sendiri dia cerita. Pak Devan masih trauma. Jadi dia hanya akan fokus pada kariernya. Pak Devan tidak mungkin kembali sama mantannya. Orang mantannya sudah keterlaluan."

Tidak memberikan komentar apa pun, Rosa yang masih uring-uringan, menutup panggilan sepihak dan beranjak dengan seringai di wajah.

*

Di kantornya, Devan sedang memijit pelipis yang pagi-pagi sudah dibuat pening dengan penampakan tabung-tabung kaca yang dilihatnya di lantai satu. Tabung-tabung itu baru saja didatangkan dari Cina langsung menggunakan jasa ekspres, dan CEO memberitahunya kalau mulai besok para manajer akan berdiri di sana secara bergantian untuk menjadi Pacar Belanja. Tidak terkecuali dirinya.

"Kalau dibayangkan, sepertinya menarik juga, lho, Pak. Bu Rosa itu jenius. Makanya kadang suka terkesan aneh." Tia menyodorkan kopi hitam pahit ke meja Devan dan tidak lantas keluar.

Sekretaris yang diam-diam mulai menaruh hati kepada Devan itu malah menyadarkan tubuhnya ke meja Devan sambil membuat pose menggoda alih-alih bersikap sopan dengan tidak membuka kancing pakaiannya kelewat rendah sehingga belahan dadanya bisa terlihat.

"Tabung kapsul yang paling besar dan paling ujung, akan Bapak tempati. Para manajer akan mengisi tempat lain di sebelahnya. Pria-pria tampan, mapan dan cerdas berjejer di dalam tabung masing-masing. Pesona kalian dipastikan akan mengalahkan para model internasional yang mengikuti acara Mr. Global. Keren sekali."

"Apa calon bos baru itu pernah menggagas ide konyol seperti ini sebelumnya? Dan tolong, kancingkan pakaian kamu dengan benar supaya nggak masuk angin. Ac di sini cukup dingin." Suara Devan terdengar berat.

Ekspresi dinginnya tidak memperlihatkan kesan terhibur dengan pendapat Tia. Lebih-lebih tertarik melihat pada aset berharganya. Menjadikan gadis manis berambut sebahu itu sontak gelagapan dan kembali berdiri tegap sambil menutupkan baki ke dadanya.

"Bu Rosa hampir tidak pernah datang kemari kecuali untuk berbelanja, ke salon, atau membuat masalah, Pak." Tia berkata lebih hati-hati.

Ia merasa menyesal atas sikapnya barusan yang sempat menganggap Devan serupa atasannya yang lama; gemar bercanda dan mudah digoda. "Maaf karena saya berpikir kalau Pak Devan akan menyukai gagasannya. Sebab tampaknya CEO cukup senang. Ini pertama kalinya Bu Rosa mau terlibat pada bisnis yang kelak akan dia warisi."

"Bagaimana saya bisa merasa senang kalau akan dijadikan pajangan di dalam tabung kaca serupa gigolo di luar negeri yang sedang menjajakan diri?" Devan menanggapi kian dingin, menyeruput kopinya sebentar sementara Tia sibuk menunduk sambil menggigit bibir merutuki kebodohannya. "Sementara saya berdiri di dalam tabung itu seperti orang bodoh, pekerjaan di sini akan terbengkalai. Dan kamu, harus mengerjakan tugas tambahan yang seharusnya bisa saya selesaikan sendiri. Apa kamu merasa senang mendengar ini?"

Berburu Duren (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang