《Choosing》

1.2K 101 3
                                    

"Ini, loh, Yah! Masa Arjuna ambil kotak salah. Harusnya dia ambil kotak yang atas meja ayah, bukan Laras!"

Kini Arjuna dan Laras duduk bersebelahan di sofa ruangan kerja Gama. Laras tak henti-hentinya memejamkan mata, geram, kesal, bercampur jadi satu. Apalagi tersangka yang menyeretnya ke sini malah adem ayem. Seperti tidak ada yang salah!

"Arjuna, kenapa salah ambil? Gak dengar kata bunda?"

"Dengar, Yah. Tapi Juna pikir kotak itu di atas meja sekretaris Laras. Pun warnanya sama, Yah," jelas Arjuna.

"Itu namanya gak dengar, Juna! Bunda bilang di ruangan ayah!"

"Kan meja sekretaris di ruangan ayah juga, Bun. Bedanya ada sekat aja."

"Menjawab terus kamu?"

Laras pening bukan main. Berada di antara lingkaran keluarga yang seharusnya tidak dia sentuh. Namun, kenapa sekarang dirinya ikutan terlibat? Oh, shit! Gara-gara bra sialan itu.

Tidak ada sahutan dari Arjuna lagi. Tampaknya dia sudah lelah menjawab Intan yang bahan perlawannya tidak pernah habis.

"Yah, Arjuna harus dihukum. Dia udah sentuh barang intim milik orang!"

"Kotaknya doang yang disentuh, Bun. Bukan buah dadanya."

"ARJUNA!"

"Di sini, Bun."

Gama mendengus kasar. Pekikan istrinya membuatnya jengah. Dia segera mengakhiri perdebatan yang tidak terlalu penting ini. "Laras, selain ini kamu ada masalah?" tanyanya.

Laras menggeleng. "Tidak, Pak. Saya disuruh bu Intan ikut. Ya, saya manut."

"Yang bersalah di sini Arjuna, Yah. Dia harus tanggung jawab," timpal Intan lagi.

Tunggu, bertanggung jawab soal apa? Perasaan Arjuna tidak melakukan apa pun yang merugikan Laras. Yah, hanya membuat malu saja.

"Ayah kalau bingung biar bunda aja yang hukum."

"Iya."

"Hukumannya, Arjuna harus menikahi Laras."

"HAH?"

Figur yang sejak tadi diam menyimak perdebatan keluarga cemara itu kini memekik kaget. Namun, cowok di sebelahnya terlihat santai. Tidak menunjukkan reaksi apa pun.

"Bu, saya rasa itu berlebihan. Toh Tuan tidak melakukan apa-apa." Laras mencoba menolak halus.

"Gak bisa, Laras. Arjuna ini kelewat bandel. Bisa-bisanya nyuri bra orang."

"Gak nyuri, Bun." Arjuna angkat bicara lagi. Namun, pelototan Intan membuatnya mendengus pasrah.

Lantas, Laras harus bagaimana? Menolak tapi wanita di depannya kukuh. Pun Laras tidak kenal dekat dengan Arjuna. Hanya bertemu sesekali. Apa yang dipikirkan Intan tentang menikahkan mereka.

"Tapi, Bu-" Tiba-tiba Laras mendapat telepon. Dia pamit untuk menjawabnya sebentar.

"Kenapa, Ma?"

"Terima lamaran Arjuna. Kamu gak bisa nolak, Kak."

"Kok gitu? Dia gak ngapa-ngapain aku, dan apa-apaan nikah? Kenal aja enggak, Ma."

"Kak, mama utangnya banyak sama keluarga Arjuna. Jadi, jangan nolak."

"Mama niat jual Laras?" Laras tidak habis pikir. Apakah dirinya dikorbankan karena utang Amara?

"Nanti bicaranya di rumah. Sekarang bilang iya, Laras. Manut sama mama. Gak mau durhaka, kan?"

The CEO Stole My Bra! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang