Pria Asing yang Kutemui

338 35 2
                                    


The Wizard

Present by Hopekies

.

.

.

New York, 14 Mei 2010

Malam itu hujan mengguyur kota metropolitan dibelahan benua Amerika itu. Terlihat seorang pemuda yang masih berusia belasan tahun sedang menunggu seseorang disebuah halte yang terletak tak jauh dari sekolahnya.

Keterlambatan pulangnya hari itu karena kegiatan ekstrakulikuler yang diikuti olehnya, yakni sepak bola. Sebuah kegemaran baru ketika beranjak remaja. Sesekali pemuda itu menatap kearah jam berwarna dark blue itu yang melingkar ditangan kirinya.

Dia semakin gelisah tatkala awan mendung kehitamanan disertai petir mulai menyambar.

"Mama lama sekali," ucapnya menggerutu.

Ya, dia sedang menunggu ibunya untuk segera menjemputnya.


Baru saja dia mengadahkan telapak tangannya untuk mengecek hujan dan seketika turun hujan dengan derasnya.

Dia sedikit ceroboh mengabaikan ucapan ibunya pagi ini untuk membawa sebuah jaket atau mantel tebal. Hal ini karena ketika pagi hari cuaca sangat indah dengan awan yang masih diatas langit. Berbanding terbalik dengan keadaan saat ini.

Pemuda itu mulai gelisah, namun dia enggan untuk menelepon karena ibunya berpesan untuk menunggu setelah menjemput sang adik dari penitipan. Dia berusaha sedikit lebih sabar lagi.


Dari seberang dia mengamati seseorang dengan pakaian tertutup dengan warna dominasi hitam. Dia mengerutkan dahinya dengan wajah kebingungan. Seketika nalurinya menciut, dia merasa diawasi oleh orang itu.

Tak lama orang asing itu ikut berjalan di kerumunan sambil membuka payung yang dibawanya dan ikut di halte bersamanya. Tak banyak orang yang menunggu, sejenak dia melirik sekitar hanya terdapat kurang lebih sepuluh orang. Namun, dia merasa cukup aman meskipun dalam benaknya berdebar berkali-kali lipat.

Sosok asing itu ikut menunggu bus dan berdiri tepat berada disampingnya. Pemuda itu sedikit menggeser tubuhnya agar tidak terlalu dekat dengan seorang asing itu.

Kembali dengan gelisah dia memeriksa jam tangannya.

"Kau, takut denganku?"

Seolah membaca pikirannya sosok pria paruh baya itu tiba-tiba mengatakan demikian.

Dengan refleks sang pemuda itu mengangguk.

"Apa aku menakutimu?"

Kembali, pria paruh baya itu melempar pertanyaan yang hanya dibalas dengan anggukan.

"Namamu Jeffrey Robbinson?"

Kali ini atensinya beralih menatap sosok itu dengan membelalakkan kedua netranya.

Saking terkejutnya.

Bagaimana bisa, bahkan orang yang tak dikenalnya mengetahui nama lengkap sang pemuda. Kini dia semakin penasaran dengan sosok pria asing itu dan juga nyalinya semakin menipis.

"Jangan takut, aku tidak akan melukaimu." ujarnya dengan suara lembut.

Namun, remaja tetaplah remaja. Senakal apapun dia, masih dalam tahapan wajar dan masih takut untuk memberontak.

"Bagaimana bisa kau mengenalku?" tanya sang pemuda bernama Jeffrey itu memberanikan diri untuk bertanya. Persetan dengan semuanya, dia sangat penasaran dengan sosok paruh baya ini.

"Dari seorang yang kau kenal." jawab sosok asing itu dengan singkat.

Hal itu tidak membantu sama sekali. Rasa penasarannya semakin tinggi,

Ketika dia hendak bertanya lagi, pria asing itu menyela.

"Kau menunggu ibumu? Dia sedang dalam perjalan kemari membawa adik kecilmu. Dia harus memutar jalan karena jalan utama sedang terjadi kecelakaan. Tunggulah sebentar lagi dia akan datang." ucapnya lagi dengan panjang lebar.

Jeffrey hanya menganga, dia terlalu bingung harus merespon apa.

Hanya dengan kedipan mata, kini dia melihat sosok pria asing paruh baya itu kembali diseberang jalan seperti pada awalnya.

Dia nyaris nekat menyebrang hingga sebuah klakson mobil kembali mengalihkan atensinya.

"Mama.." ujarnya bernafas lega.

.

.

.

Jeffrey duduk di kursi penumpang disebelah sang ibu, seolah menebak pertanyaan dari sang anak, wanita paruh baya bernama Jessica itu memulai percakapan di dalam mobil.

"Maaf sangat terlambat, tadi Mama sedang berputar arah sebanyak dua kali karena jalan utama sedang dalam penyelidikan polisi."

"Apakah terjadi kecelakaan?" tanya pemuda itu sesekali menatap sang ibu yang masih sibuk menyetir.

"Sepertinya begitu sayang. Maaf ya membiarkanmu lama menunggu." ujar Jessica dengan tulus sambil mengusak puncak kepala rambut sang buah hati.

Kini rasa penasarannya semakin bertambah. Sebenarnya siapa yang tadi dia temui di halte? Bagaimana bisa sosok itu mengetahui hal itu?


A/N :

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

A/N :

Menepati janji kalian, saya akhirnya menulis JohnJae.

Disini saya merubah beberapa nama asli yang digunakan. Ada yang tetap saya pakai, ada yang saya ubah.

Perlu dikenalin gak? .___.

Mungkin kalian sedikit merasa kecewa, karena moment JohnJae sangat amat sedikit disini hehehehe /evil laugh/

Tolong jangan menyamakan cerita ini dengan original HP yaa..

Agak diffent hehe /peace/

Untuk alurnya ini saya minta saran enak urut atau mau dibuat loncat maju mundur?

The WizardWhere stories live. Discover now