I should throw away this feeling

2.1K 263 26
                                    

Jalanan kota Seoul malam hari itu sedikit padat, terlihat dari balik kaca mobil yang ditumpangi Jeon Soobin. Suara klakson mobil terdengar saling bersahutan, lampu berwarna-warni terlihat mulai menyala lebih terang dari gedung-gedung perkantoran yang menjulang tinggi. Suara siaran radio terdengar samar, kalah oleh canda tawa kedua orang tuanya.

Soobin tersenyum saat mengalihkan pandangan dan melihat bagaimana Eommanya sedang merapikan rambut sang Appa yang duduk di balik kemudi. Sorot cinta terlihat jelas dari mata keduanya.

Well, setidaknya pemandangan bucin di hadapannya ini membuat Soobin tersenyum. Meski dia merasa agak dicueki. Tapi ya sudah lah. Tak apa. Lagipula orang tuanya yang sama-sama sibuk itu memang butuh quality time.

Namja manis itu menghela napas panjang, lalu merebahkan tubuhnya ke sandaran kursi. Soobin memejamkan matanya erat. Hari ini rasanya melelahkan sekali, pikirnya.

Soobin lalu merogoh ponsel dari saku hoodie. Menggeser tombol kunci, jam di layar ponsel menunjukkan hampir pukul delapan. Mereka pulang agak telat karena Appa Jungkook ingin menjemput, tapi pekerjaannya masih menumpuk. Akhirnya ia dan Eommanya memutuskan menunggu di restoran, meski Beomgyu sudah pulang sejak satu jam yang lalu.

Sambil menyusun catatan mental apa-apa saja yang harus ia kerjakan sesampainya di rumah, jemari namja manis itu bergerak lincah di atas layar ponselnya.

Sehabis mandi, aku harus langsung kerjain tugas... bisiknya dalam hati.

Lo itu ketua kelas!

Jawab gue yang tegas!!

Soobin memejamkan matanya lagi.

Aish.

Kenapa masih kebayang terus?

Lo manja.

Gak bisa tegas bahkan saat berhadapan sama gue, satu orang. Cuma satu orang. Gimana bisa handle satu kelas?

Soobin tanpa sadar mengusap-usap lengan kanannya, yang direnggut Yeonjun pagi tadi.

Gue saranin lo mundur, kasih jabatan ketua kelas ke orang yang lebih kompeten.

Soobin menggigit bibir bawahnya kalut. Seberapa kali ia mencoba mengalihkan perhatian, tetap saja potongan ingatan pagi tadi terus berkelebatan dalam pikirannya.

Besok aku lebih baik ketemu Mr. Lee Hyun, putus namja manis itu akhirnya.

Mr. Lee Hyun, guru bahasa Inggris, sekaligus wali kelasnya. Soobin sendiripun sebenarnya tidak paham mengapa Mr. Lee Hyun mempercayai posisi ketua kelas padanya. Sejak awal Soobin sendiri merasa tidak yakin bisa. Dia tahu benar dirinya itu tipe Introvert. Rasanya tidak yakin bisa memimpin 24 anak lain yang ia tahu kebanyakan bersifat ekstrovert.

Dan memang ternyata aku nggak bisa, ya.

Jemari Soobin seperti dalam mode auto-pilot membuka galeri, terus bergerak hingga mencapai bagian agak bawah. Ia lalu menekan satu foto.

 Ia lalu menekan satu foto

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Vanilla and CoffeeWhere stories live. Discover now