2-2

11 5 0
                                    

Tinita menarik Cakra keluar dari kelas ketika bel pulang sekolah berbunyi, menyikapi keputusan dari guru bahasa mereka, serta guru-guru yang lain. Mereka dengan entengnya mengatakan bahwa akan menggunakan kelompok yang sudah ada alias menggunakan kelompok yang sama pada mapel bahasa.

Tinita tidak tahu harus berkata apa lagi, menolak pun tidak bisa karena guru memiliki otoritas yang cukup kuat dalam pengambilan seperti ini.

"Kenapa?" tanya Cakra setengah kesal saat Tinita berhenti menariknya ketika mereka berada di lorong yang cukup sepi.

Kenapa Tinita menarik-nariknya seperti ini sih?

"Aku mau mengatakan sesuatu tentang kelompok kita," sahut Tinita

"Cepetan, gue ada urusan juga," kata Cakra

Menyadari sikap Cakra yang tampak berubah sejak terakhir kali mereka dekat-ya saat tabrakan itu Tinita dapat mendengar gombalan receh Cakra.

Ada apa dengannya sih? Apa gegara foto itu?

"Aku harap kamu bisa bekerja sama dengan baik, mengambil porsi bagian yang sama denganku, tidak ada yang namanya telat mengumpulkan, tidak ada yang namanya lari dari tanggung jawab," tekan Tinita tentu dengan raut datarnya.

"Ya ya gue ngerti," sahut Cakra lalu pergi meninggalkan Tinita.

"Dasar labil," gumam Tinita melihat kepergian Cakra.

***

Karya wisata ke sebuah perkebunan modern sekaligus argowisata memang merupakan salah satu kegiatan outdoor yang kadang dilakukan oleh sekolah. Satu angkatannya ikut dalam karyawisata ini, berbeda dengan tahun lalu yang mengunjungi museum.

"Wah udaranya segar sekali!" ucap Angle lalu memeluk Tinita dari belakang ketika mereka sudah memasuki wilayah perkebunan.

"Hentikan Angle, kamu berat," sahut Tinita sambil mendorong Angle.

"Yah, padahal aku sudah diet ketat lho buat pemotretan minggu depan," kata Angle sambil memperhatikan tubuhnya yang memang terlihat ideal.

"Angle, kurasa kita harus berpisah sekarang dan mengerjakan tugas sampai jumpa," ucap Tinita lalu melangkah pergi.

Tinita memperhatikan siswa yang memasuki gerbang orang yang ia cari tidak ia temukan batang hidungnya.

Duh dimana si Cakra itu? Pikir Tinita.

Hingga matanya menemukan sebuah kerumunan kecil dengan Cakra sebagai pusatnya.

Haish... kalau bukan karena ini tugas kelompok Tinita juga tidak mau berurusan dengannya. Tinita melangkahkan kakinya menuju kerumunan kecil itu, beberapa cewek yang ada di sana menatapnya tajam.

"Cakra, kita harus pergi sekarang," ucap Tinita tegas begitu matanya dan mata Cakra beradu.

"Yah... Cakra mau pergi?" tanya salah satu cewek yang ada di kerumunan.

"Mau bagaimana lagi? Maaf aku harus berpisah dari kalian, bunga-bungaku yang cantik." ucap Cakra sambil merapikan rambut cewek itu ke belakang telinganya lalu berjalan mendekati Tinita.

Sedangkan kerumunan cewek itu berteriak histeris saat Cakra mengatakan kalimat itu.

Tinita dan Cakra lalu berjalan beriringan, wajah ramah Cakra menghilang begitu ia berjalan di samping Tinita.

"Kita harus mengambil sepuluh sampel tanaman, kalau bisa banyak itu lebih baik." kata Tinita sambil membaca lembar tugas mereka.

"Membosankan sekali," gumam Cakra, cowok itu menguap sebentar.

Perfect StudentWhere stories live. Discover now