Chap.2

3.7K 472 13
                                    

Suara kaleng soda yang diletakkan pada meja kaca itu memecah keheningan Jimin yang datang sendirian ketempat ini beberapa saat yang lalu. Tepatnya diruangan yang mereka sebut Dynamite Studio. Disinilah dia dan teman-temannya berkumpul setiap hari. Dan tak banyak yang berubah. Kecuali ada tambahan karpet bulu cantik dibawah kakinya.

Semenjak Steve mengambil ruangan ini sebagai tongkrongan, tak pernah ada yang masuk kecuali teman-temannya. Yang mencakup Kim Taehyung, Jeon Jungkook dan Park Jimin sendiri.

Dan ketika mendengar tombol digit password ditekan dari luar, Jimin bisa tahu kalau itu adalah teman-temannya.

"Halo, hyung." Bergantian--Taehyung, dan Steve bertos akrab dengan pemuda Park itu dan duduk bersama di sofa abu-abu ditengah ruangan.

"Kau baru pulang kerja?" Steve bertanya.

"Yah," angguk Jimin. Sedikit tersenyum dan menyadari kalau ada yang kurang. "Dimana Jungkook?"

"Dia pulang duluan. Katanya keadaan Bibi Hyeri memburuk lagi," Jawab Taehyung dengan prihatin.

"Ah, begitu?" Jimin bertanya sedikit khawatir. "Kapan?"

"Baru saja. Katanya tekanannya naik lagi dan tidak bisa bangun." Jawab Taehyung.

Disini pemuda Park mengangguk dan menunjukkan raut wajah kasihan untuk ibu sahabatnya itu. Yang sudah bertahun-tahun tidak pernah mendapati yang namanya kesehatan.

"Tumbennya kau kemari, Hyung. Ada apa?" Taehyung bertanya lagi. Kemudian Ia dan Steve melihat Jimin meregangkan tubuh seolah ingin bicara sesuatu.

Setelah tersengir aneh, Ia memberikan ponselnya pada Taehyung, dan Steve ikut mengintip.
"Kalian kenal dia?"

"Eh, ini kan--" tunjuk Steve. Tiba-tiba pemikirannya melantuk pada gadis yang sekelas jurusan dengan mereka. Rambut blondenya tidak asing dan namanya--
"Rose?"

"Nah, benar." Jawab Jimin. "Dia adik sepupuku."

"Adik sepupu?" kerjab Taehyung yang saling tatap singkat dengan Steve.

"Dia sekelas dengan kami." Tambah Steve. "Kenapa kami tak pernah melihatnya, kalau dia adik sepupumu?"

"Memang." Kendik Jimin dengan santai. "Dia kuliah di luar negeri dan waktu dia sekolah menengah, dia sekolah di Hanlim dengan Jennie, Jisoo dan Lalisa. Jadi hanya sedikit di kampus ini yang kenal dia."

"Ada apa dengannya?" Giliran Steve bertanya.

Disini Jimin menggaruk belakang kepalanya dengan canggung dan terkekeh.
"Begini--aku meminta bantuan kalian untuk memantaunya. Karna dia--well, sedikit nakal."

"Dia anggota Blackpink, mana mungkin tidak nakal." Taehyung menyela dengan memutar bola mata sebagai tambahan kalau dia jengkel dengan kalimat itu.

"Benar. Dia sudah tiga kali pindah kampus karna keonarannya. Kalian bahkan tidak tahu, dia lebih parah dari mereka. Pagi ini dia menaruh krim cukur lagi di sarapanku." Balas Jimin dengan jengah. "Besok-besok kuyakin dia akan memasukkan paku karatan ke kopiku."

" Dia cantik, ngomong-ngomong." Steve menyela dan menimbulkan tawa kecil dari Jimin.

"Silahkan pacari dia. Dia single." Katanya sampai wajah Jimin berubah menakutkan.
"Tapi langkahi mayatku dulu."

"Astaga, tidak jadi." Steve mendengus.

"Takkan kubiarkan, adik sepupuku satu-satunya berpacaran dengan begundal macam kalian."

Taehyung merenggut. Siapa juga yang mau memacarinya? Taehyung punya kekasih yang tidak kalah sexy kok, jadi kenapa harus cari yang baru lagi?

Satu ini pun belum bisa ditaklukkan. Jennie Kim--tergalak seantero kampus dan merupakan service terbaik Kim Taehyung. Mengingatnya kan membuat pipinya merah.

The Lost Euphoria [2020]END✔ Where stories live. Discover now