Bagian Tiga

5 3 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Happy reading for all🐝
_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-

Brak!

"Siapa yang lakuin ini semua!" Teriak Ruqayyah dari dalam kelas. Membuat Nina segera melihat apa yang sedang terjadi di dalam kelas.

Nina sangat kaget melihat nya. Ruqayyah membanting meja dengan emosi dan di sekelilingnya penuh dengan segala macam bingkisan, cokelat, bahkan kado.

"Apa kalian pikir masalah seseorang itu sebuah lelucon? jika tidak bisa membantu setidak nya diam!" marah nya. Ruqayyah berlari keluar kelas. Tatapan mata nya sangat tajam ketika melihat Nina yang berdiri tepat di depan pintu kelas.

Nina menundukkan kepalanya. Dirinya tak bisa lagi menahan tangisan nya. Buliran hangat itu mengalir deras.

"Nina ..." Robby memeluknya kini mereka lagi-lagi menjadi pusat perhatian. "Kita masuk ya." Robby melepaskan pelukan nya lalu menuntun Nina masuk ke dalam kelas.

Robby membereskan semua bingkisan, cokelat, dan kado. Lalu membenarkan kembali letak meja. Sementara Nina hanya menunduk sambil menangis.

"Sudah jangan nangis lagi. Ini bukan salah kamu," ucap Robby menenangkan Nina. Nina semakin terisak di pelukan Robby. Bagaimana tidak, dia pikir kejadian ini tidak akan terjadi kalau dia tidak memberikan cokelat pada Ruqayyah.

❤❤❤

Nina melihat ke samping. Ruqayyah tak kunjung balik ke kelas. Bu Arum terlihat sangat kesal dan sangat menanti kehadiran Ruqayyah.

"Ya Allah di mana pun Ruqayyah sekarang berada, tolong jaga dia jangan sampai dia berbuat macam-macam. Dan redakan emosi nya. Aamiin..." Pinta nya.

Kring ... Kring ... Kring ...

Bel pulang berbunyi. Anak-anak mulai gaduh di kelas, sebab harus mendengar amarah Bu Arum.

"Nina tolong telepon Ruqayyah lagi! kamu ini sahabat dekat nya masa iya tidak di angkat juga," gerutu Bu Arum.

Nina semakin cemas. Sebenarnya di mana Ruqayyah. Semarah apapun dia, Ruqayyah pasti akan mengangkat telepon dari nya.

"Baik masalah selesai. Kalian boleh pulang," ucap Bu Arum setelah dia membuka ponsel nya. Anak-anak langsung meluap kan emosi nya ketika Bu Arum sudah benar-benar meninggalkan kelas.

"Dasar merepotkan saja!"

"Nyusahin hidup nya."

"I hate Ruqayyah!"

Anak-anak mulai mencoret papan tulis. Mengeluarkan segala macam kekesalan dan menuliskan sumpah serapah untuk nya. Hati Nina seperti teriris-iris melihat nya. Dia tidak bisa melakukan apapun. Kalau seperti ini namanya sudah bully karena tidak ada asap kalau tidak ada api.

"Heh Nina! jangan kamu hapus tulisan ini. Awas saja!" ancam Rian murid yang paling menyebalkan di kelas nya.

Setelah asik mencoret-coret papan tulis, semua teman-teman nya pergi keluar kelas. Mereka seperti berbisik merencanakan sesuatu untuk Ruqayyah.

Nina mengeluarkan airmata di ambil nya penghapus papan tulis. Jangan sampai hati Ruqayyah semakin sakit melihat hujatan ini.

"Mau gue bantu?" Nina menjatuhkan penghapus karena kaget. Ketua kelas kembali ke kelas. Nina takut dia akan memarahi nya.

"Tidak perlu kaget. Gue gak pernah dukung ketidak adilan. Ruqayyah tidak salah dia gak wajar mendapatkan hujatan ini," ucap Angga di sertai senyuman tipis.

Terimakasih cahaya ( On Going)Where stories live. Discover now