Bagian Empat (Ruqayyah)

5 3 0
                                    


Bismillahirrahmanirrahim

Happy reading for all🐝
_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-

Kalian sempurna dan aku hina

Tersenyum puas atas derita orang lain adalah hal menyenangkan bagi kalian

Mental seseorang tak lagi di pedulikan

Mencari kesenangan mengabaikan segalanya

•••

Di mobil, aku terus mengingat perkataan Kepala Sekolah. Ucapan nya begitu pedas dan menohok hati. Dia pikir aku tidak punya hati, sehingga harus ngomong begitu pedas nya?

Ah ... manusia memang begitu. Setitik kesalahan akan menghilangkan sebesar kebaikan. Hobby menghakimi dan tidak mau dihakimi.

Terlalu banyak memikirkan segala hal. Membuatku tak sadar kalau kini sudah sampai di rumah. Tanpa basa-basi lagi aku melenggang masuk ke kamar.

"Ah ... menyiksa!" Teriakku. Aku melempar tas lalu meringkuk lemas tak berdaya.

Falshback on:

Sesampainya di Ruang Kepala Sekolah. Aku melihat Mba Irma yang sudah berada di dalam ruangan.

Aku menatap Mba Irma lalu menatap Bu Naila. Wajah Bu Naila menampakkan kemarahan yang begitu jelas.

"Apa yang terjadi?" Tanya Bu Naila langsung ketika aku sudah duduk.

"Tidak ada apa-apa, Bu."

"Bagaimana bisa tidak terjadi apa-apa," ucap Bu Naila dia menaikkan satu oktaf suaranya. "Bohong. Lihat Ruqayyah coba lihat dirimu. Rambut berantakan serta pakaian yang lusuh."

Aku menatap penuh malas pada Bu Naila. "Maaf ..." lirih ku.

"Saya tidak tahu apa masalah mu dan saya tidak mau tau. Yang jelas di dunia ini bukan hanya kamu yang punya masalah." Suara Bu Naila pelan namun sangat masuk ke dalam relung hatiku.

"Kenapa kamu terlihat bodoh." Bu Naila berdiri dan mengambil sebuah file. "Kamu pintar selalu mendapatkan juara olimpiade. Kamu memang membanggakan, tapi jangan terlalu berlebihan. Sekolah bisa saja menindak lanjuti masalah ini jika kamu mengulangi nya lagi. Jangan berpikir kami takut untuk mengeluarkan mu. Di sekolah ini bukan hanya kamu yang pinta," cerca nya seraya menyari-nyari sebuah file.

Bu Naila menyodorkan file itu padaku. "Lihat. Nilai kamu ini turun drastis. Jangan mentang-mentang kamu pintar, lalu kamu menyepelekan semua nya," ucap nya dengan nada sarkas.

"Yasudah kamu boleh pulang," ucap Bu Naila. Aku langsung berdiri dan berjalan keluar. "Mba tunggu ..." Bu Naila mencegah tangan Mba Irma.

"Ada apa, Bu? maafkan Non Ruqayyah, Bu." Aku menghentikan langkahku dan kembali ke ruang Kepala Sekolah, ketika tahu Mba Irma masih di dalam.

"Ah ...  masalah itu tolong di urus. Apa Ruqayyah masih waras?"

Deg!

Aku tidak habis pikir kalau Bu Naila akan mengatakan itu. Aku segera menghentikan langkah ku dan bersembunyi di balik tiang dekat ruangan tersebut.

"Alhamdulillah masih waras. Kenapa Ibu sebagai Kepala Sekolah di sini menanyakan hal seperti ini?" Mba Irma balik tanya.

"Mohon maaf sebelumnya. Tetapi rumor tentang Ruqayyah gila. Sudah sampai ke telinga kami, . Saya harap bisa membawa Ruqayyah ke psikiater," ucap Bu Naila mencoba mendorong Mba Irma untuk menuruti permintaan nya. "Karena kalau semakin lama, saya beserta dewan guru memang melihatnya sangat berubah. Membuat kami agak semakin percaya."

Tangisan ku pecah. Aku berlari dengan deraian airmata. Kenapa mulut semua orang jahat. Aku tidak pernah berbuat apapun yang mengarah ke sana apalagi mencoba menyakiti siapapun.

"Terima kasih saran nya dan permisi."

Flash back of.

Dia menangis. Mengeluarkan segala rasa sesak nya. Dia tidak pernah mengusik hidup siapa pun tetapi mengapa mereka mengusiknya.

Di sekolah tadi. Siapa yang menjadi provokator menaruh segala macam bingkisan kepada nya. Selalu saja masalah orang lain dianggap lelucon.

🎶Malaikat baik kutitipkan dia untukmu
Tolong jaga dia dibangun dan tidurnya
Jangan sampai dia terluka dan bersedih
Karena bahagiaku ketika dia bisa tersenyum🎶

"Ponsel ku ..." Ruqayyah langsung menghapus airmata nya. Dia baru sadar bahwa tadi adalah nada dering khusus, yang dia pakai untuk seseorang yang spesial di hati nya.

Dan benar dilayar ponsel nya sudah tertera "Love 👑" dengan cepat aku menggeser tombol hijau.

"Halo, kamu apa kabar? De ..."

 
_________________"Baik. Besok kita bertemu di halaman belakang sekolah." potong orang di seberang sana.
 
TutTutTut

"Yah ... kok di matikan," desah nya malas. Lalu aku mencoba mengirimi beberapa pesan, tetapi hanya ceklis satu.

Aku mengahapus airmata ku, aku masih memiliki seorang yang tulus menyayangi sampai detik ini.

Aku melangkahkan kakiku ke kamar mandi. berendam di bathtub. Memasukkan seluruh tubuh sampai kepalaku.

❤❤❤

"Hai Dad!"Sapa Anggelie ketika melihat Dady nya ada di ruang tamu "Sudah pulang?"tanyanya.

"Halo sayang, baru saja."

Dengan senyuman lebar dia menghampiri Dady. Lalu, duduk di sampingnya. "Dady tau gak hari ini aku baru hancurkan siapa?"

"Hancurkan?" tanya Dady bingung. "Apa maksudnya?"

"Itu si Ruqayyah, Dad,"ucapnya senang. "Aku baru saja hancurkan harinya ... aku bongkar perceraian orangtuanya ke semua murid di sekolah."

"Oh ya? seru sepertinya. Lalu apa lagi?"

"Iya. Teman-teman aku provokasi untuk memberikan hadiah dan semacamnya untuk menyemangati Ruqayyah pada jam istirahat.." ceritanya dengan sangat puas. "Dady tau? dia membanting meja lalu marah-marah dan pergi hingga bel pelajaran usai dan sepulang sekolah dia dipanggil Bu Naila."

"Wah ... kamu benar-benar hebat sekali, gak salah Dady cerita ini ke kamu." puji Dady bangga.

"Siapa dulu Anggiele."

"Seru banget lagi bicara tentang apa sih?" Tanya Momy tiba-tiba datang. Dady memberikan isyarat agar diam dan pergi ke kamar.

"Bukan apa-apa kok, My. Cuma masalah aku kepleset di dekat pintu saja."

"Iya, My. Lucu anakmu kepleset tadi. Sana ke kamar istirahatin kakinya." Anggiele dan Dady berusaha tertawa.

"Ya ampun ... hati-hati sayang." Khawatir Momy. "Mau di bantu gak ke kamarnya?" tawar nya.

"Gak perlu, My. Aku bisa kok." Anggiele segera melengkahkan kakinya ke anak tangga.

❤❤❤

"Jangan lupa ini nanti di rapihkan! Kerapihan, layanan, produk. Harus selalu di perhatikan!" ucap wanita paruh baya dengan rambut sebahu sedang memerintah bawahannya.

"Baik, Bu."Jawab mereka kompak.

Setelah selesai memerintah wanita itu keluar dari butik ternama. Sebelum melajukan mobil nya dia terlebih dahulu mengechek ponsel yang sempat berdering beberapa kali, ketika sedang banyak-banyak nya pembeli.

"Nomor yang tidak penting rupanya!" ucapnya kesal. Lalu menaruh ponsel dan tas di kursi sampingnya. Dia benar-benar sangat penat dan lelah untuk hari ini. Untuk sampai cepat ke rumahnya dia melajukan mobil lumayan kencang.

TBC 🔜



Halo semuanya ... Bagaimana bagian empat cerita ku? Aku memang belum mahir menulis. Jadi ... bantu aku ya, kasih kritik dan saran agar aku bisa mengembangkan tulisanku ini. Eits, jangan lupa vote dan komen nya juga ya ...

Aku berharap kalian suka, Aamiin...

Instagram: @nrl.kamalia_
 

Terimakasih cahaya ( On Going)Where stories live. Discover now