Senja Kedua

67 0 0
                                    

Sunja terkejut ketika mendapati pesan dari salah satu nama yang belakangan menjadi topik hangat dalam setiap akhir ibadahnya, Kala.

Kala Dirga Talamidas
Sunja, besok kosong gak? Temenin gua yuk food testing resto steak daerah sini.

Itulah pesan pertama Kala setelah pertemuan terakhir mereka minggu lalu. Oh, sehari setelah pertemuan mereka Sunja mengetahui nama panjang Kala dari email yang diberikan oleh Kala waktu itu dan mengganti nama kontaknya.

Ya, setelah pertemuan mereka di Luang Kita hari itu, Kala tidak menghubungi Sunja lagi. Sunja sempat kecewa dan sedih, tapi Sunja berpikir itu semua hak Kala dan juga resikonya berkenalan dengan seseorang dari sebuah aplikasi. Sunja tidak menyalahkan Kala dan tidak pula menyalahkan dirinya. Sunja hanya menyayangkan dirinya yang mudah terkesan dan kagum sekaligus, kepada Kala hanya dalam waktu yang sebentar. 

Begitu pula selama seminggu belakangan, Sunja memperkuat egonya dengan cara menghapus last seen dan centang biru pada aplikasi messengernya. Ya meskipun Sunja masih diam-diam sesekali membuka chat roomnya dengan Kala, tapi sedikit banyak membantu untuk memupus sedikit demi sedikit harapannya. Oh dan jangan lupa, Sunja juga menceritakan Kala di setiap usai ibadahnya. Bahkan tak jarang Sunja meminta Kepada Penciptanya untuk merestui segala urusan Kala, padahal jelas-jelas Sunja tidak tahu apa yang sedang dilakukan oleh Kala.

Hahaha bodoh bukan? Tapi ya hanya dengan itu Sunja merasa dekat dengan Kala, dan merasa tenang tentang Kala.

Sunja membalas pesan Kala keesokannya. Mencoba untuk tidak meresponnya dengan cepat.

Me
Kosong sih, mau jam berapa? Paling bisa siangan. Pagi ini ada meeting zoom dulu.

Sunja tidak berbohong, karena memang jam delapan nanti ia ada meeting dengan client untuk wedding bulan depan.

Kala Dirga Talamidas
Oke, siangan gapapa. Gua juga harus ke bank dulu ngurus limit kartu. Baru nanti gua jemput lu trus sekalian kita lunch

Kala Dirga Talamidas
Gua jemput jam 11.30

balasan terakhir Kala. Seperti biasanya, langsung to the point.

Me
Ok
balas Sunja menyetujui.

Siang itu Kala menunggu di tempat terakhir kali mengantar pulang Sunja. Bukan di depan rumahnya, tapi di depan gang rumahnya. Entah apa alasan Sunja memintanya menunggu di sana alih-alih di rumahnya.

Sunja hari ini memakai masker, karena beberapa hari ini kondisi wajahnya sedang penuh dengan jerawat efek dari meningkatnya hormon dalam tubuh saat menstruasi.

"Hay! Siang Mas Kala. Gimana nih kabarnya?" Sapa Sunja begitu duduk di dalam mobil.

"Baik kok baik, lu sendiri gimana?" Tanya Kala.

"Baik juga, cuma muka gua lagi gak baik-baik aja nih" Sunja membuka masker dan menunjukannya pada Kala.
"Makannya gua pake masker ya, biar lu kaga malu" lanjut Sunja dengan tawa.

Kala melihat Sunja dan memilih diam, tidak merespon perkataan Sunja.

Sunja seketika mengerti suasana yang terjadi. Berhati-hati melirik Kala yang mulai sibuk menjalankan kemudi mobil sambil masih memilih diam. Bahkan tidak berekspresi.

"Kala" Panggil Sunja.
"Kala?" Panggil Sunja kedua kalinya.
"Iya maaf Kal, bercanda gua. Ini murni karna gua takut aja nanti orang-orang ngeliatin muka gua" Jelas Sunja kali ini frustasi.

"Sunja" ada jeda dikalimat Kala.
"Lu ngiranya gua cowok yang kaya gitu ya? Gua tuh temenan sama siapapun yang emang sefrekuensi sama gua. Kalo gua nyambung sama dia, mau gua diem-dieman sekalipun kaga ada topik ya tetep nyaman aja. Gua tuh nyari temen yang kaya gitu, dan lu salah satu orang yang masuk kriteria itu" Kala menjelaskan dengan jelas kepada Sunja.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 15, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SUNJAKALA (Ketika perbedaan tak menemukan cara untuk bersatu)Where stories live. Discover now