13. Salah Paham

985 76 15
                                    


.
.
.
.

Hiks hiks..

    "Solar!! Solar ! Bangunlah Solar!!" Duri menggoyangkan tubuh kembarannya yang masih belum sadarkan diri. Dia meneteskan banyak air mata. Bajunya setengah basah karena air mata itu.

    Gempa memeriksa nafasnya. Masih ada udara keluar dari hidungnya. Bertanda ia masih hidup.

    "Jangan risau Duri.. Solar cuma pingsan je.." Gempa mencoba menenangkannya. Ia mengelus punggung Duri.

Saudaranya yang lain mengkhawatirkan kondisi Solar yang sudah dua jam belum sadarkan diri.

   Solar segera di bawa pulang ke rumah setelah dia ditemui Gempa dan Duri dalam keadaan pingsan disaat Mereka ingin menjemputnya pulang. Dia dibaringkan diatas Kasur nya.

    Laboratorium sekolah terbakar. Mobil pemadam kebakaran datang tuk memadamkan api dan para petugas Damkar  segera mengevakuasi orang orang yang di kawasan sekitar untuk menghindari dari kebakaran itu.

  "Eeeh... kat.. mana aku?" Perlahan lahan matanya terbuka. Solar sudah sadarkan diri. Nafasnya masih melemah. Kepalanya masih sakit.
   Suara kecil yang tak asing didengar oleh saudaranya terdengar sampai ke semua telinga mereka berenam.

  "Solar!! Ko dah sedar!!" Sahut keenam kakaknya.

  "Alhamdulillah!!"  Gempa mengucapkan rasa syukur.

   "Solar!! Ko oke ke?! Aku dah tunggu ko lama sampai ko sadarkan diri" Duri memeluknya dengan erat.

Solar kebingungan. Ia mengingat kembali kejadian yang terakhir kali ia alami. Dia pingsan karena emosinya yang semakin memburuk.
    Solar berusaha bangun dari rebahan.
  
   "Arrghh!" Kepalanya masih sakit. Kondisinya masih lemah.

   "Ko masih belum pulih Solar.. berehat je lah" Gempa menidurkannya kembali.

   "Maafkan aku kak Gempa.. aku menyusahkan ko.." Solar merasa bersalah.
    "Takpa.. ini memang tugas aku sebagai abang, sekarang ko kena rehat banyak banyak agar esok boleh sekolah, tapi kalau tak kuat takpa.." Jelas Gempa. Menenangkannya.

Ia menyelimuti tubuh adik bungsunya dengan selimut  berwarna abu abu milik Solar.

    "Terima kasih semua.. " Ucapnya. Terharu. Betapa empatinya kakaknya.

Mereka membalas dengan senyuman tulus.
  Solar tertidur diatas Kasur nya. Ketenangan menyelimuti pikirannya. Emosi marah mulai meredup. Dia hanya butuh istirahat dan kasih sayang yang tulus.

    Setelah melihat Solar sudah tertidur pulas, Kakak kakaknya kecuali Gempa dan Duri, satu persatu meninggalkan kamarnya. Malam sudah mulai larut. Waktunya tidur.

   Duri masih ada di sampingnya. Tetap menemani Solar yang sedang  tidur.

   "Duri.. tidur lah kat kasur milik ko" Ujar Gempa. Kakak kakaknya sudah keluar dari ruangan.
Gempa menyuruh Duri untuk tidur diatas Kasur miliknya.

   Duri hanya menggeleng, enggan.

"Aku nak tidur di sampingnya tuk berjaga jaga.." Duri masih khawatir dengan kondisi adiknya ini. Ia memohon pada Gempa, seperti biasa, Muka imutnya muncul. Matanya membesar. Manja.

Gempa bingung harus berbuat apa kalau melihat Duri seperti ini. Takda pilihan selain dengan mengalah.

  "Oke.. tapi janji, ko kena tidur ya!" Gempa memberi syarat padanya. Muka Duri berubah menjadi terang ceria. Ia mengangguk ngangguk berkali kali. Menerima syaratnya.

  "Oke Kak Gem!" Ia memberi hormat padanya. Umurnya sudah 17 tahun, tetapi kelakuannya seperti anak berumur 7 tahun.

Gempa terkekeh. Ia tidak bisa menahan keimutan muka Duri. (Bayangkan saja :v)

Pemimpin (Boboiboy Gempa) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang