19. Salah ngomong

62.1K 6.6K 344
                                    

Aku baru tertidur sekitar jam 4 lebih. Aku bukannya tidak bisa tertidur melainkan aku tidak mau, berjaga-jaga takutnya Mas Gibran malah berbuat yang aneh-aneh. Nyatanya suamiku itu malah tertidur dengan pulasnya tanpa terganggu sedikit pun.

"Na bangun, Na. Shalat subuh dulu." terasa Mas Gibran menepuk kedua pipiku dengan lembut.

"Na, bangun yuk. Ntar waktu subuh habis lho."

Aku menggeliat memberi kode pada Mas Gibran bahwa aku sudah bangun. Bukannya paham, Mas Gibran malah semakin menepuk pipiku.

"Ayo bangun!" katanya.

Meski merenggut akhinya aku bangun, mataku mendelik pad Mas Gibran. Padahal waktu subuh tinggal sebentar tapi masih saja aku tetap melamun terlebih dahulu, kebiasaan setelah bangun tidur, tidak ada yang di fikirkan sih tapi ya kebiasaan sih.

Aku menguap, terkejut saat satu tangan Mas Gibran menutup mulutku.

"Kalau nguap tuh mulutnya di tutup. Enak banget ya setannya masuk kalau mulutnya nggak di tutup," ucap Mas Gibran.

"Ayo baca doa setelah bangun tidur dulu," kata Mas Gibran lagi.

"Bismillahirrohmanirrohim
Alhamdulillahillazi ahyaana ba'da ma amataana wailaihinnusyur." aku mengusap kedua wajahku kemudian mengambil air wudhu dan shalat.

Selepas shalat aku pun keluar, di ruang keluarga aku melihat para laki-laki yang tengah mengobrol sambil meminum kopi, ada Mas Gibran juga di sana. Aku pun berbelok masuk ke dalam dapur di sana ada Mbak Riri dan Ibu yang tengah menyiapkan sarapan, sementara Syifa tengah asyik memakan cemilan.

Tanganku mengambil cemilan Syifa, bumil itu merenggut dan menepis tanganku.

"Cemilanku ih," katanya sambil menatapku garang.

"Cuma di ambil sedikit doang, pelit amat."

"Lagi masak apa?" tanyaku pada Ibu dan Mbak Riri.

"Masak makanan." aku mencebik mendengar jawaban Ibu.

"Belum mandi ya kak. Kok nggak keramas?" sialan Syifa, pertanyaannya buat aku malu saja.

"Heh," peringat Ibu menatap Syifa tajam.

"Apa? Kan cuma nanya aja, kenapa nggak keramas. Bukannya kalau habis melakukan hub-"

"Syifa apasih bahas yang gituan!" kataku memperingati.

Aku mendengar Mbak Riri cekikian.

"Kan cuma nanya doang," jawabnya sewot.

Aku melototkan mataku.

"Nggak semua juga harus kamu tanyain, apalagi yang masalah intim kayak gini."

"Kan cuma pengen tau doang," jawabnya lagi.

"Lagian jangan samain aku kayak kamu ya. Malam pertama nggak harus gituan, pernikahan itu nggak hanya tentang hubungan intim doang!"

Kesel kan jadinya, lagian kenapa si setiap orang kalau lagi menikah nanti dihubungin sama malam pertama. Hey, nggak semua orang kayak gitu, termasuk aku sih. Sebenarnya bukan kesal, lebih tepatnya aku malu kalau harus ngomongin soal kayak gituan, nggak tau kenapa pokoknya malu, lagian juga kalau gituan nggak boleh di umbar, cukup pasutri aja yang tau.

"Emmm, terserah," kata Syifa.

Ibu mengendikkan bahunya menatapku, sementara Mbak Riri masih tersenyum geli.

🌸🌸🌸

Sore hari di dalam kamarku, aku tengah asyik menscroll instagram.

Sepupuku Suamiku Where stories live. Discover now