15. ika terkesima

6.5K 1.2K 296
                                    

Ada yg tegak tapi bukan tiang
Ada yg nongol tapi bukan kepala 😆😅 ahh terserahlah, makin ke sini mulmed makin panas yakkk 🔥 🤩
Sayang2nya tante, kalian udah ga inget sama ika ya? Terutama sama bulketnya dia 🤣
Oleh karena itu utk sekedar mengingatkan, di chap ini tante munculin ika yeeee 🤭

Diana POV

"Din, elu kenapa deh?"

Aku tersentak kaget mendengar suara Ika dan setelah menerima tepukan ringan di lenganku.

"Malam-malam nyuruh gue ke kamar, cuman minta liatin elu bengong doang, gitu?" Tanyanya lagi.

Aku menggeleng pelan.

"Terus? Eh iya tumben deh elu pulangnya malam, udah mulai nerima job dari makhluk halus lagi ya? Kok gak ngajak gue buat nemenin elu?"

Aku meringis ke arahnya lalu melirik Fabian yang duduk bersender di dekat pintu di temani oleh anak kecil penunggu kamar kost Ika.

Akrab bener mereka berdua, dari tadi terlihat mengobrol walaupun Fabian tampak malas-malasan membalas ucapan si anak kecil.

"Gue tau di sini ada arwah, cuman gue berlagak cool aja padahal bulu ketek gue udah berdiri tegak sejak gue masuk kamar elu ini" Ika menoleh ke arah yang sama dengan pandangan mataku.

"Arwah yang minta bantuan elu itu ngikutin elu sampe ke sini ya, Din?" Lanjut Ika lagi dengan suara berbisik padaku.

Aku menghela nafas lewat mulut.

Jujur saja, nyawaku kaya belum ngumpul semua, masih kaget karena menerima pelukan dari Mark.

Rasa lelah dan capek yang aku rasakan selama ini akhirnya meledak setelah sekian lama menumpuk.

Dan ketika menerima pelukan hangatnya rasa lelah itu menguar dan menghilang.

Tubuhnya yang besar dan keras berotot menjadikan pelukannya semakin memberikan rasa nyaman yang sangat aku butuhkan.

Kesan Mark yang galak tidak lagi aku rasakan dari pelukan yang dia berikan.

Apa ini hanya karena efek jomblo menahun? Mendapat pelukan dari pria galak bikin aku terbawa perasaan?

Aku meringis.

Mark memelukku cukup lama sampai-sampai Fabian berdeham cukup keras, tetapi pelukan Mark semakin mengencang malah tangannya mengusap-usap punggungku dengan lembutnya.

Nyaman banget, apalagi wanginya Mark sangat membuaiku, kalau saja tidak ingat tempat, bisa jadi aku jatuh tertidur pulas di dalam pelukannya.

"Dia malah bengong, daripada elu bengong gini, mending gantian elu yang ke kamar gue Din" Ika bangkit dari ranjang lalu menarik lenganku untuk mengikutinya.

"Mau ngapain?" Tanyaku kaget karena tersadar dari lamunan.

Fabian dan si penunggu kamar Ika menoleh ke arah kami.

"Ngecek sesuatu, gue serem deh, rambut gue kan pendek tapi kenapa di lantai kamar gue banyak rontokan rambut helaiannya panjang-panjang ya? hiiii... serem deh gue Din" Ika bergidik lalu kembali duduk di tepi ranjang.

"Anak kecil penunggu kamar gue rambutnya panjang apa pendek?" Tanyanya dengan beringsut mendekat setelah aku kembali duduk di sampingnya.

"Elu pikir itu rambutnya dia?" Aku balik bertanya padanya lalu melirik ke arah si anak kecil penunggu kamar Ika yang menjadi objek pembicaraan, bocah itu terlihat diam saja memandangiku.

"Ya gak tau juga, yang udah pasti bukan rambut gue lah" Kedua tangan Ika bersedekap secara mengusap-usap ketiaknya.

"Gak mungkin kan kalo itu rambut gue, masa nyambung sendiri sampe panjang-panjang"

Ghost Messenger Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang