32. berdebar kencang

5.1K 1K 136
                                    

Nyengir mulu herannn 🤭🙄
Cukuran sono, idung sampe udah numbuh akar gitu 😂😅

Diana POV

Dan di sinilah aku, duduk di sofa ruang TV apartemen Mark dengan mendekap ransel berisikan pakaian yang tadi aku masukkan secara asal.

Mark bersikeras untuk membawaku ke apartemennya.

Kenapa?

Karena dia ingin melindungi aku dari serbuan para arwah yang datang mencariku untuk meminta tolong sejak aku keluar dari mobilnya tadi pagi.

Seharian banyak arwah yang hilir mudik sehingga membuatku pusing. Tidak ada tempat untuk aku bersembunyi dari mereka sehingga Mark memutuskan untuk membawaku ke apartemennya.

Awalnya aku menolak, bagaimana mungkin aku menginap di tempat lelaki yang baru aku kenal.

Ika juga melarangku, dia takut aku di nodai oleh Mark karena kami hanya berduaan di apartemen ini.

Si mbak penunggu apartemen Mark benar-benar sudah tidak mau kembali, jadi otomatis Ika bilang kondisiku tidaklah aman, tidak ada yang mengawasi tindak tanduk Mark.

Tadi aku mengajak Ika untuk bergabung menginap, tetapi Ika menolak dengan alasan tidak ingin menerima tatapan tajam Mark semalam suntuk.

Itu anak gak jelas banget, ngelarang aku menginap di tempat Mark tetapi pas aku ajak malah takut sama Mark.

"Sampai kapan kamu meluk ransel itu?" Suara Mark yang muncul dari arah belakang terdengar, sedikit berjengit karena sedari tadi pikiranku melayang.

Lebih baik pulang ke kostan deh dari pada menginap di sini.

Setidaknya raga aku ini aman walaupun menghadapi para arwah berbeda kalau berduaan dengan manusia, apalagi dengan seorang pria, dan yang perlu di catat adalah, pria nya itu sangat-sangat menggoda iman, ok, selama ini aku bisa mempertahankan diri.
Aku memang sudah kebal dari bisikan-bisikan para arwah yang selalu meniupkan kata-kata godaan, nah, bagaimana dengan Mark yang baru bisa mendengar dan melihat mereka?

Kemarin kalau tidak salah Mark bilang 'Perkataan mereka seperti penyemangat buat saya'.
Sudah pasti Mark masuk ke dalam perangkap bisikan para arwah yang selalu mengajak manusia untuk berbuat lebih jauh.

Pria yang sudah berganti pakaian dan rambutnya tampak basah itu kini berdiri di depanku.

Tangannya bergerak mengeringkan rambut basahnya memakai handuk kecil.

Penampakan Mark sekarang memakai celana cargo warna khaki dengan kaus lengan pendek warna hijau, terlihat kontras dengan warna kulitnya yang coklat.

Pria ini kapan terlihat jelek sih?

"Saya pulang aja ya" Kataku dengan semakin memeluk erat ransel.

"Di sana kamu tidak aman, para arwah pasti mendatangi kamar kamu sehingga nanti kamu tidak bisa beristirahat" Mark mengambil duduk di atas meja, kami berhadapan, aku langsung memundurkan punggung untuk menjaga jarak.

Wanginya Mark itu bisa bikin pertahanan diriku melemah, udah gak pernah kelihatan jelek, wangi, kan jadinya hanya bisa menelan ludah banyak-banyak.

"Di sini lebih gak aman, berduaan sama kamu" Gumamku sambil menunduk.

"What?"
Entah memang di sadari atau tidak olehnya, benar seperti kata kang Asep, Mark selalu mengatakan kata 'what' berkali-kali.

"Gak, gak apa-apa" Sahutku agar dia tidak menanyakan lebih lanjut.

"Kamu mau mandi dulu atau makan malam dulu?" Tanyanya sambil berdiri.

Dengan ragu aku mengedarkan pandangan, memang sudah beberapa kali aku bertandang ke sini, tetapi belum pernah memeriksa ruangan demi ruangan.

Ghost Messenger Where stories live. Discover now