🍂vila

824 109 28
                                    

Gue melupakan hal penting, dan gue menyadarinya begitu kami sudah sampai di Vila. Yep, gue lupa kalau Leony juga pasti ikut ke vila.

“Pembagian kamarnya gimana?” tanya Satya.

Kami berangkat ke sini pisah-pisah. Gue dan Brian berangkat dengan Jeje, Cece, dan Dewa. Kami pakai mobil papanya Brian, alias papa mertua gue. Satya bareng Joanne, Leony, Wiro, dan Diani.

“Ada enam kamar kosong. Kita ada lima pasang nih, gimana?” tanya Wiro kemudian.

Dewa langsung mengambil alih, terlihat curiga arah pembicaraan ini akan melebar ke mana-mana. “Cewek sama cewek, cowok sama cowok. Jangan sama pasangan, kecuali kak Agit sama Bang Ian, soalnya udah nikah!” kata Dewa.

“Tuh dengerin, makin pinter nih drummer kita,” Brian menepuk bahu Dewa bangga.

“Oke, berarti satu kamar ada dua orang. Cara nentuin teman sekamar gimana?”

Brian langsung beranjak dari samping Dewa, kemudian merapat duduk di sebelah gue. “Gue udah ada teman sekamar, gak ikutan lagi,” ujar Brian.

Gue tersenyum canggung. Di sudut sana ada Leony yang memutar bola matanya, tanda dia nggak suka dengar kata-kata Brian barusan.

“Gue sama Jeje deh,” Satya memulai.

“Oke kalau gitu Dewa bareng gue,” Wiro menimpali.

Kini ada empat orang yang masih belum memilih teman sekamar.

“Cece bareng Diani aja,” Jeje menyarankan, karena diantara empat orang itu belum ada yang bersuara.

“Dih, kok malah lo yang nentuin,” protes Joanne.

“Yee, demi kebaikan bersama. Lo cocok banget tuh sekarang sama Leony, bisa nyebat bareng. Cece sama Diani kan nggak ngerokok,” kata Jeje.

“Oh boleh juga. Gimana Le, mau sekamar sama gue?” Joanne kini bertanya pada Leony.

“Rokok lo apa?” tanya Leony balik.

Menthol.”

“Oke, sekamar kalau gitu.”

Gua melihat Dewa geleng-geleng kepala, bisa gue maklumi reaksinya barusan. Dewa nggak merokok. Jangankan merokok, kalau disodorin alhokol dia akan memilih menghindar dan mencari susu.

“Salut banget. Akrab dah ya lo berdua gara-gara rokok,” kata Jeje.

“Bacot. Rokok lo apa?” tanya Joanne pada Jeje kali ini.

“Bukan menthol pokoknya. Mahal daripada rokok lo.” Joanne mencibir mendengar jawaban Jeje.

“Oke langsung aja pilih kamar. Berarti ada satu kamar kosong.”

🌻


Gue sudah berganti pakaian dengan yang lebih santai. Sekarang jam tiga sore. Penghuni vila ini berpencar entah ke mana. Gue bahkan nggak melihat Cece, juga Brian.

“Git!” Gue menoleh dan mendapati Satya yang sedang mengeringkan rambut dengan handuk.

“Dari mana, Sat, basah-basah gitu?” komentar gue.

“Di kolam renang tuh rame, pada berenang mereka. Gue selesai duluan sih, mau nyebat dulu .”

“Brian juga?” 

“Dia nggak berenang sih, tapi ada dia di sana.”

“Ohh oke oke, gue nyusul mereka dulu ke belakang.”

“Oh iya, Git,” Satya kembali memanggil gue.

“Hm?” gue mengangkat alis.

“Cece.., baik-baik aja?”

Marriage DiariesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang