Seakan seperti mimpi ketika semuanya terjadi, seakan yang hanya sebuah harapan bisa berubah menjadi kenyataan. Masih teringat jelas gambaran pertama kali kalian bertemu, sosok Mark yang begitu lucu, polos seperti anak kecil yang tidak tahu, dan dia unik, berebeda dengan para lelaki yang lain.
Ah, Mark Lee, kamu sangat mencintai dirinya seperti sebuah labirin tak memiliki pintu keluar, yang entah bagaimana caranya untuk keluar, semakin ingin keluar, semakin kamu lebih dalam lagi mencintainya.
Tepat hari ini baik dirimu beserta Mamah,Kak Henry, dan Genka. Sama – sama sehabis mengunjungi makan papah. Berdoa beserta meminta ijin, jika anak perempuan satu – satunya ini, hendak menikah.
Dengan dia, sosok yang pernah datang ke makam ini, dengan berani langsung berbicara pada papah. Meminta anak perempuannya untuk menjadi istri sekaligus ibu,dan biarkan tanggung jawab atas dirimu, Mark yang akan ambil alih.
Malam ini, baik Henry ataupun Genka, sama – sama enggan untuk keluar dari kamarmu. Mereka duduk diatas kasurmu, memeluk bantal sambil berbincang – bincang. Kamu tahu, malam ini pasti rasanya berbeda, kamu tahu pasti nanti akan ada yang menangis setelahnya.
Henry mengelus kepala adik perempuan nya itu dengaan tulus, "Dulu pas Mamah bilang kalau mau punya adik, aku berharap semoga adik aku itu cewek, yang sabar, yang cantik, biar aku bisa jagain dia, biar bisa jadi kakak yang baik buat dia. Maaf ya, jikalau kakak masih punya banyak kekuarangan jadi sosok kakak yang baik, dan tulang punggung dari keluarga ini."
"Papah ... papah pernah bilang ke Kakak buat terakhir kalinya. Kata papah, maaf, beliau meminta maaf sama kamu, karena enggak bisa jadi wali ketika kamu menikah. Dan papah minta, kakak yang gantiin jadi wali buat kamu."
Hanya mendengar itu saja, air matamu sudah jatuh membasahi boneka semangka pemberian Mark. Menangis teringat akan pesan papah, teringat akan keinginan nya, teringat akan sosok beliau, yang sekarang sudah bersama dengan Tuhan.
"Nanti ketika sudah sah, kamu bukan lagi menjadi tanggung jawab Kakak dan Mamah. Tapi tanggung jawab suamimu, Mark. Pesan dan doa dari Kakak untuk kalian, selalu bahagia, selalu sabar jika ada cobaan, inget kalian sudah menikah tolong dirubah pola pikirnya, ini pilihan kamu untuk hidupmu, sehabis menikah nanti jangan kaget kalau jadi tau sifat masing – masing, kamu harus kuat karena menjadi istri sekaligus ibu, intinya doa terbaik dari kakak buat kamu."
"Kak, makasih banyak, aku sayang sama Kak Henry," ucapmu sambil memeluk tubuh Kak Henry dengan erat.
Genka sedari tadi hanya terdiam dan enggan untuk berkata, sorot matanya saja bahkan enggan untuk menatapmu. Kamu tahu, jika ada sesuatu.
"Kenapa ?"
Genka hanya menggeleng. Sambil mendongak kan wajah, menahan air matanya agar tidak ikutan menangis. Senakal apapun dia, menyebalkan, mengesalkan, Genka tetap menjadi sosok adik yang masih membutuhkan kasih sayang dan juga ... uang.
"Teh, kalau Teteh sehabis nikah, nanti siapa yang bakalan kasih Genka duit ? siapa yang nanti bakalan ngomelin Genka kalau telat jemput, siapa yang nanti kalau malem – malem suka cari janan enak, marahin Genka kalau pulang telat, yang paling bawel dan rewel kalau nilai sekolah jelek, apalagi kalau tau tunggakan kas yang udah segunung dan enggak dibayar - bayar."
"Teteh enggak bakalan lupa sama Genka kan ? sampai kapanpun Genka masih jadi adik Teteh kan ?"
Kamu menangis sambil tertawa, menarik Genka kedalam dekapanmu. Kamu bisa mendengar jika Genka menangis dalam pelukanmu, menumpahkan rasa harunya, membiarkan sang air mata turun, mengiringi malam ini yang semakin larut, semakin membuat haru.
KAMU SEDANG MEMBACA
NCT Husband Series 💚 Mark Lee 💚
Fanfiction[Telah Terbit. Di Momentous Publisher. Kalian bisa beli versi novelnya di shopee] Gimana kalau kamu itu menjadi pelabuhan terakhir untuk seorang Mark? Menjadi suamimu serta menjadi ayah dari anak-anakmu kelak nanti. Ini cerita tentang kamu dan suam...