01. Nasi Goreng Kambing

87 16 2
                                    

Seulgi kembali meraih ponselnya. Berharap akan melihat nama pacarnya itu di notifikasi, tapi ternyata nihil. Yang terus bermunculan malah notifikasi grup sahabat-sahabatnya dan grup kerjaan.

Cewek itu kemudian menghela napas lelah. Ia sudah siap dengan pakaian terbaiknya dan dandanan yang lebih extra dari hari-hari biasa. Dua hari yang lalu, Sehun mengajaknya dinner date di restoran kesukaan pacarnya itu, yang mana—tentu saja—langsung disetujui oleh Seulgi. Mengingat, kapan lagi bisa ngedate sama Sehun? Lelaki itu selalu sibuk.

Tapi sepertinya Seulgi terlalu berharap. Cewek itu sepertinya terlalu meninggikan harapan, lupa bahwa lelaki yang menjadi pacarnya akan selalu menomor-sekian kan dirinya. Hari ini pun mungkin akan berakhir serupa dengan yang lalu-lalu.

Oh Sehun : Gi, I'm so sorry tapi dinner hari ini kita re-schedule aja, ya? Aku ada lembur mendadak sama atasan juga. I'm so sorry, Gi. I'll make it up to you.

Seulgi mendesah gusar. Kembali lagi ia dihadapkan dengan serentetan kalimat permintaan maaf dari Sehun. Kembali lagi ia dinomor duakan. Kembali lagi ia kalah oleh kerjaan lelaki tersebut. Kecewa, tapi jauh di lubuk hati Seulgi, ia sudah mengira hal seperti ini akan terjadi lagi. Tidak sebulan-dua bulan Seulgi dan Sehun sudah berpacaran, seharusnya tabiat lelaki tersebut sudah dapat ditebak dan dihafal olehnya.

Akhirnya satu jam yang dihabiskan Seulgi hampir sia-sia.

"Ah, tau gini kan gue nggak usah dandan aja, anjir. Laper. Apa gue makan nasgor Bang Tirta aja kali, ya?" Cewek itu bermonolog sembari menyisir rambut panjangnya yang sudah kembali berantakan.

"Tapi masa gue pake baju bagus-bagus begini?" Ujarnya lagi.

Lalu ia memutuskan untuk menghapus dandanannya dan langsung pergi menuju tempat penjual nasi goreng kambing kesukannya berada. Tidak jauh, hanya perlu berjalan kaki sekitar 15 menit dari apartemennya. Letaknya di daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Pertama kali Seulgi menyantap nasi goreng kambng Bang Tirta, cewek itu seakan jatuh cinta pada cita rasanya. Tempatnya bukan di sebuah kios ataupun kedai, melainkan hanya sebuah gerobak tempat Bang Tirta dan temannya memasak dan tenda dengan beberapa meja dan kursi plastik. Tempatnya yang bukan terletak di jalanan yang padat membuat suasana di sana tidak terlalu bising oleh suara kendaraan. Di samping tenda, terdapat lahan kosong yang lumayan luas, yang kemudian dimanfaatkan oleh pengunjung gerai kaki lima ini untuk memarkirkan kendaraannya.

"Bang! Aku pesen satu nasgor kambing kayak biasa, ya!" Teriak Seulgi begitu ia sampai di tempat nasi goreng kesukannya itu. Bang Tirta mengangguk sebagai jawaban.

Seulgi melepas jaket hitamnya dan menempati satu-satunya meja kosong di tempat tersebut. Malam Minggu, pantesan rame banget. Batinnya. Kemudian cewek itu mengeluarkan ponselnya dan mulai menggulirkan jarinya di layar.

Foto Julia dengan pacar, foto kepanitiaan Hani, foto Kayla selepas ngonser, foto kakaknya bersama istri dan anaknya, foto adiknya dengan teman-temannya. Ah, Seulgi merasa bosan melihat-lihat instagram miliknya. Semua orang terdekatnya memiliki agenda menarik dan menyenangkan di hari Sabtu ini-seharusnya ia pun sama, tapi nyatanya malam ini malah dihabiskannya sendiri dengan seporsi nasi goreng kambing. Seulgi menghela napas lelah. Untungnya, pesanan miliknya datang tidak lama setelahnya.

"Makasih, bang Tirta!" Ucapnya riang. Pemuda bernama Tirta itu mengangguk dan tersenyum kepada Seulgi.

Setelah berdoa, Seulgi buru-buru menyendokkan nasi gorengnya. Baru saja ia ingin menyuap, sesosok lelaki berdiri tepat di samping kursi di depannya, membuat cewek itu menaruh kembali sendoknya dan mendongak. Berdirilah lelaki dengan postur tinggi tegap di hadapannya. Badannya menjulang, bisa dengan mudah menjadi pusat perhatian semua orang. Kaos putih dan jins hitam melekat di badannya, juga dengan topi hitam terpasang rapi di kepalanya; membuat helaian rambut cokelatnya mencuat dari balik topi tersebut. Raut wajahnya memelas.

"Mba, saya boleh duduk di sini nggak? Tempat lain penuh soalnya, saya laper banget udah mau pingsan ini." Mohonnya.

Seulgi menghela napas, tapi kemudian cewek itu mengangguk.

"Yes, makasih ya mba. Maaf ganggu. Mba makan aja udah, anggap saya gak ada." Kemudian lelaki yang Seulgi belum tahu namanya itu duduk dengan manis di hadapannya, menunggu pesanan miliknya tiba. Sebelumnya, lelaki itu mengeluarkan sekotak rokok, korek, dan dompet untuk diletakkan di meja.

Tidak ada pembicaraan yang berarti setelahnya. Dan Seulgi pun tidak menyadari kalau lelaki di hadapannya ini sedang memperhatikannya. Yang timbul dalam benak lelaki tersebut adalah; Ini cewek kelaperan apa gimana?

"Lahap banget, mba. Belum makan dari pagi, ya?"

Seulgi mendongak-lagi-kemudian mendengus. Memilih mendiamkan lelaki yang bahkan ia belum tahu namanya. Menyebalkan. Batin Seulgi. Chanyeol tertawa pelan ketike tidak mendapat respon dari cewek di hadapannya.
Diam-diam Chanyeol memperhatikan cewek itu. Merasa seperti tidak asing dengan wajahnya, namun ingatannya seperti hilang begitu saja. Tidak dapat menemukan jawaban dari pertanyaan dimana dan siapa.

Lelaki tersebut pun juga bertanya-tanya dalam hati, kenapa cewek ini sendirian di malam Minggu begini? Sudah sendirian, makan di tukang nasi goreng kaki lima, pula. Apa dia tidak menghabisakan malam Minggu di restoran atau kedai kopi yang sedang hits? Kemudian pikiran lelaki itu buyar ketika abang-abang penjual nasi goreng meletakkan nasi goreng pesanannya.

"Makasih, bang." Ujarnya.

"Lo suka daging kambing?" Seulgi bersuara. Membuat Chanyeol yang sudah siap melahap nasi gorengnya kemudian menatap cewek itu.

"Gue kira lo enggak mau ngomong sama gue!" Kata si lelaki heboh, lalu melanjutkan.

"Suka banget, gue kadang suka ngider-ngider kalo weekend buat nyari makanan yang ada kambingnya. Lo juga suka?"

"Suka. Tapi yaudah sih suka aja."

"Pernah cobain sate kambing di Bukit Duri, enggak?" Lelaki itu bertanya setelah melahap suapan ketiga nasi gorengnya.

"Belum. Gue jarang main ke daerah Tebet, hehe. Gue lebih sering makan sate ayam daerah Blok M. Lo pernah enggak?" Seulgi menjawab sambil berusaha membuka tutup air mineralnya.

Melihat cewek itu kesulitan, Chanyeol kemudian mengambil alih botol air mineral tersebut dan membuka tutupnya dengan mudah. Seulgi lalu menggumamkan kata terima kasih, yang dibalas dengan anggukan oleh Chanyeol.

"Gue sering banget kesitu, studio gue daerah sana. Kalau malem-malem lagi di studio terus laper, biasanya gue nyari makan aja daerah Blok M sama anak-anak."

"Oh ya? Studio musik? Atau arsi?" Seulgi bertanya kemudian refleks menutup mulutnya.

"Maaf, gue kesannya pengen tahu banget, ya." Lanjutnya.

Chanyeol tertawa, "Enggak apa-apa. Gue jawab, ya. Studio musik. Gue sama temen gue yang bikin sendiri. Biasalah, ide iseng-iseng anak muda." Jelasnya melanjutkan.

Seulgi mengangguk sebagai respon, kemudian menegak air mineralnya. Lalu keheningan menyelimut mereka berdua. Sang lelaki asik menikmati nasi gorengnya sedangnya si cewek diam-diam memperhatikan lelaki di depannya tersebut.

Seulgi tidak merasa familiar atau bagaimana ketika melihatnya, but it feels like he might be a good friend to her.  Merasa tidak seharusnya memiliki pikiran seperti itu, maka Seulgi mendengus dan membuang jauh-jauh pikiran aneh tersebut. Nasi goreng miliknya sudah habis, dan air mineralnya tinggal bersisa seperempat botol, sedangkan lelaki di hadapannya masih dengan lahapnya menikmati porsi nasi gorengnya--yang terlihat lebih banyak daripada milik Seulgi--sambil sesekali meneguk air mineralnya. 

Begitu lelaki jangkung itu selesai menyantap menu makan malamnya, ia bertanya,

"Lo udah? Mau balik?" 

"Hmm, iya sih, kayanya. Mau tidur, hehe." 

"Balik kemana? Mau bareng gue?" Seulgi kemudian terkejut mendengar tawaran lelaki itu.

She already felt that he might be a good friend, then she shook it off, now he's offering to take her home and she just can't stop herself. 

affectionsΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα