05. Why

90 10 0
                                    

Kali ini, Seulgi entah bagaimana caranya, menyetujui ajakan Sehun untuk bertemu. Setelah beberapa hari tidak membalas pesannya, sang pacar tiba-tiba mengajak bertemu. Sekalian makan siang, katanya. Seulgi iya-iya saja. Karena, ia juga tidak bisa berbohong, ia merindukan Sehun. Meskipun jengkel setengah mati, rasa sayangnya pada Sehun tentu masih ada. Banyak. 

Sekarang, ia sudah duduk di hadapan laki-laki tersebut. Seperti biasa, Oh Sehun akan selalu mengajaknya ke restoran mewah. Dengan porsi makanan yang jauh dari kata cukup, namun harganya selangit. Dan seperti biasa juga, Seulgi akan membiarkan Sehun yang memesankan makanan untuk mereka berdua. Selain karena cewek itu tidak terlalu paham makanan mahal, ia juga tidak terlalu peduli, sebenarnya.

"Kamu.. apa kabar?" Tanya Sehun berusaha membuka obrolan.

Manik mata Seulgi kemudian memindahkan fokusnya pada lelaki di depannya. Dalam hati ia menyerukan sejuta sumpah serapah padanya. Bodoh, bodoh. Apakah Sehun benar-benar baru saja bertanya bagaimana kabarnya? Serius? 

"Baik, seperti yang kamu bisa lihat." 

Sehun menghela napas putus asa. Jelas sekali kalau jawaban itu menyiratkan kekesalan yang berarti. 

"Kamu nggak balas pesan aku sampai empat hari. Kemana aja?" 

"Sibuk. Aku ada job baru dari agensi."

"Oh? Nggak bisa bilang ke aku?"

"Kamu juga sibuk, kan? Yaudah, kita sama-sama sibuk. Yang penting sekarang kamu udah tahu, kan?"

Keduanya sudah menduga dari awal, kalau pasti pertemuan kali ini akan berjalan tidak mulus. Seperti yang sudah-sudah. Baru saja Sehun membuka mulut dan ingin menjawab kalimat Seulgi, makanan mereka sudah datang, tersaji dengan rapi di hadapan mereka. Maka lelaki tersebut menunda ucapannya. Lebih baik mereka menyantap makanan dulu sebelum beradu mulut.

-

Keduanya kini sudah menyelesaikan makan siang. Sudah kembali duduk bersebelahan di mobil milik Sehun. Aneh. Seulgi sudah lama sekali tidak berada di sini. Rasanya asing. Padahal seharusnya mobil inilah yang dapat menyalurkan rasa nyaman dan hangat padanya. Tapi yang ada malah rasa asing.

Sejak tadi, mereka berdua kembali tidak bersuara. Makan dalam diam, menunggu bill dalam diam, berjalan menuju mobil dalam diam, bahkan sampai Sehun mulai melajukan mobilnya keluar dari area restoran mewah dan disambut kemacetan pun keduanya masih diam. Keduanya larut dalam pikiran dan asumsi-asumsi masing-masing. 

Banyak yang ingin Sehun tanyakan kepada pacarnya. Seperti job baru apa yang ia dapatkan, atau bagaimana empat hari ini baginya, atau apakah ada hal-hal menarik lainnya selama mereka tidak berkomunikasi. Banyak juga yang ingin Sehun ungkapkan kepada pacarnya. Meminta maaf, menjelaskan, menguraikan benang kusut di antara mereka. Tapi lidahnya seakan kelu. Kalimat demi kalimat yang tersusun rapi dalam pikirannya seperti tertahan. 

Banyak yang ingin Seulgi tanyakan kepada pacarnya. Seperti apa yang salah dari dirinya, mengapa Sehun tidak pernah bisa meluangkan waktu, apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka Namun segalanya seperti tertahan, tidak dapat diungkapkan. Maka akhirnya tidak ada yang bertanya. Tidak ada yang mengungkapkan. Yang terdengar hanyalah deru kendaraan di sekitar mereka dan sahutan-sahutan klakson.

-

Seulgi merebahkan diri di kasurnya. Tadi, seusai makan siang, Sehun langsung mengantarnya kembali ke kosan. 

"Aku harus balik ke kantor lagi. Aku langsung anter kamu ke kosan, ya." Begitu, katanya.

Awalnya, ketika menyetujui ajakan Sehun, ia kira mereka berdua mungkin akan menghabiskan waktu yang cukup lama, diisi dengan obrolan-obrolan seru seperti yang sering mereka lakukan. Dulu. Seulgi tidak mengerti, apa yang terjadi pada mereka berdua. Mengapa tiba-tiba mereka seperti menjauh, seperti berjarak. Mengapa tiba-tiba hubungan mereka menjadi seperti benang kusut yang sulit diurai. Mengapa tiba-tiba mereka seperti dua orang asing yang dipaksa untuk bersama. Seulgi tidak akan pernah tahu jawabannya. Tidak jika mereka berdua terus membiarkan benang kusut diantaranya semakin kusut dan tidak berusaha mengurainya.

-

Selepas mengantar pacarnya itu kembali ke kosan, Sehun tidak langsung kembali ke kantor. Malah ia tidak ingin kembali ke tempat itu hari ini. Daripada menyetir menuju gedung kantornya, ia memilih menyetir tanpa tujuan. Tidak ada tujuan pasti, tidak ada arah yang pasti. Lelaki itu hanya mengendarai mobilnya kemana saja yang ia bisa. 

Bertemu dengan lampu merah yang cukup lama, Sehun menarik rem tangan dan sedikit banyak larut dalam pikirannya. Semalam ia dengan percaya dirinya mengirim pesan pada pacarnya. Berisi ajakan makan siang. Niat utama hatinya adalah untuk membicarakan apa yang terjadi pada hubungan mereka. Namun saat mereka berdua sudah duduk berhadapan, Sehun seperti kehilangan kemampuan untuk berbicara. Lidahnya terasa kelu. Banyak hal berlarian di kepalanya, namun tidak bisa terucap.

Lagi-lagi, pertemuan mereka sia-sia. Tidak ada yang bermakan dari obrolan yang bahkan tidak bisa disebut sebagai sebuah obrolan. Benang kusut yang seharusnya masih bisa mereka urai perlahan malah nampaknya semakin kusut. Tidak tahu seberapa banyak usaha yang harus dilakukan untuk mengurainya. Jarak yang dulunya sempit di antara mereka semakin meluas Jika dibiarkan saja, mungkin lama-lama akan seluas benua Asia. 

-

Sudah hampir tiga bulan sejak terakhir kali Chanyeol berada di studio dan benar-benar menghasilkan lagu baru. Selama itu juga, Chanyeol tidak terlalu sering menginjakkan kaki ke studio. Paling-paling hanya mengunjungi Bang Raiden yang sedang sibuk-sibuknya dalam produksi album baru. Atau malah pernah ia hanya ke studio tengah malam untuk numpang tidur. 

Tapi hari ini rasanya berbeda. Pagi-pagi sekali ia sudah berada di studio. Duduk selonjoran di sofa dengan laptop di pangkuannya. Eearphone terpasang rapi di telinganya. Manik matanya fokus meneliti deretan huruf yang sudah ia tuliskan. Lagu baru. Setelah tiga bulan tanpa ide-ide baru, tanpa muse baru, hari ini kepalanya seperti dibanjiri oleh ide baru.

Aneh, but Chanyeol feels at ease with the ideas flooding his mind. Ini terlalu tiba-tiba tapi Chanyeol sebenarnya tahu siapa yang menjadi sosok di balik ide-idenya ini. Sosok cewek yang tinggi badannya hanya sampai sedikit di bawah bahunya. Sosok cewek yang akhir-akhir ini sering ia temui. Sosok cewek yang akhir-akhir ini pula sering berkeliaran di pikirannya. Sosok cewek yang galak namun seringkali tiba-tiba menyiratkan kesedihan. Sosok cewek yang secara perlahan menjadi seseorang yang ingin ia temui terus-menerus.

Seulgi.


-

Author's Note:

It's been too long since the last time I came here. Sighh. I'm not even sure if anyone still wants to read this but here's chapter 5 and I kinda change the way to write down the whole story sjsjsj. <3 

BY THE WAY new coverrrrr yay. I'm not great at designing and editing pictures and also I AM indeed a grandma. so enjoy my seadanya cover. <<33


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 17, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

affectionsWhere stories live. Discover now