03. Seperti Benang Kusut

73 13 5
                                    

Adalah Sehun; pria super sibuk dan selalu menomor satukan pekerjaan. Pokoknya kerjaan dulu baru yang lain, menurutnya. Tidak salah, sama sekali tidak salah. Berkat kesetiaannya pada kerjaan, pria itu memiliki karir yang stabil sekarang. To have a stable career and to be financially stable in midst tweenties is something, right?

Sehun seakan memiliki semuanya; karir yang baik, finansial yang stabil, keluarga yang mendukungnya, tempat tinggal yang lebih dari cukup, dan kekasih yang luar biasa cantik. Begitu, menurut orang-orang.

Kekasih, pacar, pasangan, whatever it is, Sehun memang memilikinya. Sudah kurang lebih dua tahun ia menjalin hubungan dengan cewek cantik bernama Seulgi. Pertemuan mereka biasa saja, karena pekerjaan. Seulgi yang notabene adalah seorang model kemudian mendapat pekerjaan untuk menjadi model di salah satu produk perusahaan tempat Sehun bekerja. One thing lead to another, and here they are. Dating each other even after two years.

Sehun tentu menyayangi cewek itu. Tentu. Itu sudah mutlak. Tapi rasanya menjalin hubungan adalah suatu hal yang masih aneh baginya; masih asing. Terbiasa sibuk dengan karir selama bertahun-tahun silam membuatnya tidak terbiasa dengan menomor duakan kerjaan dalam beberapa kondisi. Tidak terbiasa pula untuk meluangkan waktu agar bisa menghabiskan waktu dengan pacarnya. Tidak terbiasa dengan membagi kehidupannya dengan orang lain.

Kalau bicara jujur, Sehun sejujurnya tahu, betapa lelahnya Seulgi dengan dirinya. Sekian kali dinomor duakan, sekian kali dianggap seperti tidak ada.

Seperti semalam, seharusnya mereka berdua makan malam bersama, menghabiskan waktu berdua. Tapi nyatanya? Kembali lagi Sehun membatalkan makan malam tersebut. Bukan tanpa alasan, semalam tiba-tiba ia diseret untuk mengikuti meeting yang sudah dua kali tertunda. Tidak tahu juga mengapa dirinya harus ikut hadir. Alhasil, itulah yang ia jadikan alasan dan ia jelaskan kepada Seulgi.

Ia tidak berbohong. Sama sekali tidak. Namun sejak beberapa waktu silam, Sehun memiliki firasat Seulgi mulai berpikiran kalau ia berbohong. Mungkin saking seringnya membatalkan janji dengan alasan kerjaan, bisa jadi pacarnya itu curiga. Apakah Sehun benar-benar sesibuk itu?  Ya. Sehun sesibuk itu. Tapi jika benar Seulgi menaruh rasa ragu dan curiga padanya, maka Sehun tidak bisa menyalahkan.

Sehun mungkin tidak mengerti betapa pentingnya quality time dan komunikasi dalam suatu hubungan. Seharusnya dari awal ia memberi pengertian kepada Seulgi perihal sifatnya.
Meski sudah sekian kali dicecar pertanyaan berisi mengapa, mengapa, dan mengapa, Sehun terus mengelak. Menghindari membicarakan hal tersebut; dan mungkin pacarnya sudah muak. Sudah terlalu jauh, terlalu kusut hubungan mereka untuk kemudian diurai dan diselesaikan.

Pesan singkatnya semalam tidak kunjung mendapat balasan. Komunikasi mereka memang berantakan, bertukar pesan singkat jarang dan sekalinya ada pun hanya seperti sebuah keharusan dan kewajiban, bukan keinginan. Namun ini pertama kalinya Sehun tidak kunjung mendapat balasan dalam kurun waktu yang lama. Bahkan sekedar kata "Ok" pun tidak ia dapatkan.

Sehun menghela napas lelah. Kerjaannya masih menumpuk, ia lelah. Pikirannya bertambah kalut karena pacarnya tidak ada kabar; padahal seharusnya biasa saja.

-

Pagi ini Sehun kembali menyempatkan diri untuk mengirim pesan kepada Seulgi. Tidak sulit mencari ruang obrolan dengannya. Jelas, ruang obrolan Kang Seulgi terletak di paling atas, sengaja menjadi satu-satunya pinned chat di daftar obrolannya. Perlahan ia mengetikkan pesan untuk pacarnya.

Oh Sehun: Gi, hari ini kamu ada kerjaan? Jangan lupa sarapan.

Sudah. Hanya itu saja. Tidak ada maaf, tidak ada ungkapan kasih sayang, tidak ada apa-apa. Kemudian Sehun mengunci ponselnya dan kembali berkutat dengan setumpuk dokumen yang teronggok di atas meja kerjanya.

Tidak tahu kalau sampai hari menjelang sore pun, ia akan tetap tidak mendapat balasan dari sang kekasih.

-

Oh Sehun: Gi, hari ini kamu ada kerjaan? Jangan lupa sarapan.

Seulgi tertawa lirih membaca pesan singkat dari lelaki yang masih berstatus sebagai pacarnya. Apa katanya? Jangan lupa sarapan. Cih, seperti dia peduli saja dengannya. Seulgi memilih tidak membalas pesan singkat tidak jelas tersebut dan menaruh ponselnya ke dalam tas.

Ia sedang dalam perjalanan menuju salah satu mall di Jakarta Selatan. Hendak berbelanja beberapa barang yang ia butuhkan. Ojek online menjadi pilihan transportasinya kali ini, dan ia menyesalinya. Matahari bersinar dengan cerah, membuat peluh terus bercucuran di wajah cantiknya. Belum lagi ternyata jalanan cukup macet.

Setelah akhirnya sampai di tujuan, Seulgi buru-buru melepas helm, mengembalikan barang tersebut ke abang ojek sekaligus mengucapkan terima kasih. Ia berlari kecil menuju dalam mall.

Tujuan pertamanya adalah tentu saja supermarket. Selain karena memang sudah jadwal untuk belanja bulanan, Seulgi juga sedang menginginkan beberapa makanan ringan dan es krim yang ada di supermarket ini.

Dengan penuh semangat ia menarik satu trolley dan memulai acara belanja bulanannya seorang diri. Seulgi mulai memasukan beberapa barang ke trolleynya; sekotak susu rasa stroberi, nugget berbentuk huruf, sekotak es krim choco mint, dan sebotol jus apel. Kemudian ia beralih menuju lorong makanan instan. Mencari-cari ramen instan kesukaannya dan juga beberapa bungkus indomie dengan rasa favoritnya; seblak dan soto padang.

"Busetttt, Gi, kayanya kita jodoh." Tiba-tiba sebuah suara yang cukup dihafal oleh Seulgi terdengar.

Seulgi menoleh. Lalu menemukan Chanyeol dengan pakaian kesukaannya; hoodie dan jins. Rambutnya dibiarkan berantakan, sepertinya jemarinya sudah berkali-kali menyisir rambutnya itu sehingga terlihat acak-acakan.

"Amit-amit. Males gue berjodoh sama lo. Lagian lo ngapain ada di sini?"

"Belanja. Nggak, sih. Iseng aja. Gak tahunya ketemu lagi sama lo. Emang jodoh nggak kemana, Gi. Hahaha."

Seulgi mendengus dan melanjutkan acara belanjanya. Menyusuri lorong demi lorong dan sesekali menaruh beberapa barang ke dalam trolley. Enam bungkus mi instan sudah ada di dalamnya, ditambah dengan sebungkus roti, selai, madu, dan beberapa camilan untuknya. Selama itu juga Chanyeol tidak henti-hentinya merecoki acara belanja bulanan Seulgi yang biasanya sepi-sepi saja.

Chanyeol datang begitu tiba-tiba. Datang tanpa aba-aba dan dengan mudahnya membuat kegiatan rutin Seulgi tiba-tiba berubah. Kegiatannya sama, namun sekarang ada seorang lelaki bawel yang menemaninya; tanpa diminta. Belanja bulanan yang biasanya sepi dan biasa saja menjadi ramai. Menjadi lebih hidup. Lagi-lagi Chanyeol dengan suksesnya membuat perubahan kecil pada hal yang sedang dilakukan Seulgi.
Aneh, tapi Seulgi tidak menolak.

Saat Seulgi sedang fokus meneliti berbagai macam sabun mandi, tiba-tiba Chanyeol melontarkan kalimat yang membuatnya terkejut.

"Gi, gue bagi nomor lo, deh. Biar kapan-kapan kita jalan lah. Temenan kita."

Seulgi has never felt so surprised other than after hearing those words flew so easily from Chanyeol.

Author's Note:
Another update!!! Things are at ease right now. Dari awal sebenarnya sudah jelas ya apa konflik dari cerita ini, aku harap ini semua gak bosenin ya!! I'll make sure to add some plot twists so that things will be fun!
Anyways, terima kasih sudah mampir kesini!! 🧡

affectionsWhere stories live. Discover now