Farsha-10. Mama

41.7K 5.7K 1.5K
                                    

Lama update? Maaf ya, ada sedikit kendala
Happy reading!


- - -


"ARPEN JANGAN NGEBOOO!! UDAH JAM 1 SIANG INIII. TIDUR MULUUU!!" teriakan Fasha itu menggelegar kepenjuru kamar Arven.

Sedang laki-laki yang dimaksud masih molor santai tanpa terganggu. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 1 siang. Memang sih, Arven sarapan tadi. Tapi kekamar lanjut tidur lagi.

Farsha cemberut, meloncat-loncat dikasur milik Arven membuat cowok itu berdecak. Tanganya menangkap kaki Farsha sehingga gadis itu ikut ambuk ke kasur dengan posisi yang, pokokknya nggak enak membuat Farsha merintih.

"Sakit ih," ujar Farsha membuat Arven langsung bangun tegak.

Astaga, cowok itu lupa bahwa luka-luka yang ada ditubuh Farsha belum sepenuhnya kering. Dengan cepat Arven memeriksa tubuh Farsha. Cowok itu khawatir pada Farsha.

"Mana? Yang sakit mana?" tanya Arven panik.

Farsha tersenyum  lembut. Bangkit dengan perlahan. "Nggak," ujarnya pelan. "Nggak sakit, Asya nggak papa. Cuma kaget aja," ujar Farsha sambil menatap Arven yang sekarang menghela nafas lega.

"Tapi Arpen mandii. Asya mau jalan-jalan. Terus ke Mama," Farsha bangkit dari kasur. Menarik tangan Arven yang sengaja memberatkan tubuhnya.

"Panas Sya. Nanti aja pas Sore dibangunin," kata Arven lemas. Kepalanya berat karena bangun tiba-tiba tadi.

Farsha tambah merengut. "Mandi, Asya tunggu lima belas menit. Kalau nggak Asya ngambek bakal balik ke rumah," ancam Farsha pada Arven yang membuat cowok itu mendengus.

Mana bisa liat Farsha ngambek,

Arven hanya menatap punggung Farsha yang berlalu keluar dari kamarnya dengan tatapan datar. Kakinya berjalan menuju nakas, mengambil ponselnya. Membuka aplikasi chat kemudian menggeram pelan melihat apa yang dikirimkan Jaya.

Jayajay

Hati-hati Ven. Bener dugaan lo, gue takut besok pas masuk sekolah dianya yang nggak kuat.

"Sialan, anjing," umpat Arven melemparkan ponselnya begitu saja. Berlalu kekamar mandi dengan cepat.

Padahal jelas-jelas pikiranya tak tentu arah sekarang. Gara-gara Jaya! Tapi Jaya juga kasih informasinya.

Hanya membutuhkan waktu singkat untuk mandi. Arven keluar menggosok rambutnya yang basah. Yang hendak dilakukan Arven satu, memeriksa ponselnya.

Benar, grup chat miliknya juga trio curut sudah ramai. Banyak umpatan yang dilayangkan oleh mereka. Tapi yang menarik perhatian Arven hanya satu, foto yang memang sangat dikenalinya.

Dengan cepat Arven mengetikkan kata, mengirimkannya kepada Jaya kemudian dengan kilat berganti baju dengan pakaian santai. Celana jeans dengan kaus hitam. Cowok itu menyisir rambutnya yang basah, menyemprotkan parfum. Mengambil ponselnya lalu dengan cepat berjalan keluar kamar.

"Mama, ini tuh cuma difitnah ya. Mama jangan jadi kubu orang jahat,"

Suara Farsha masuk ke indra pendengaran Arven saat sampai diruang keluarga. Dapat dilihat Mamanya yang duduk diapit Farsha dan Ana. Dua perempuan itu memang sangat manja pada Dara, jadi tak segan untuk memeluk atau berkata dengan nada manja pada wanita itu.

"Hidup keras amat," celetuk Dara mendengar perkataan Farsha.

Pokokknya nggak tau deh. Pagi, kaya gini. Siang, kaya gini. Malem, apalagi. Dasar sinetronya gitu semua.

"Sya, ayo!" ajak Arven membuat Farsha menoleh.

Dengan semangat Farsha bangkit, mengecup pipi Dara dan Ana bergantian. "Dadah! Asya mau jalan-jalan," girangnya.

FarshaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora