Farsha-20. Mama

31.1K 4.3K 1K
                                    


***

"Bentar."

Arven berjongkok didepan Farsha membuat gadis itu dengan hati-hati menginjakkan kaki dipundak Arven.

"Hati-hati, baru juga kemaren keluar rumah sakit," ujar Arven memperingati. Mulai bangkit berdiri perlahan sampai Farsha bisa memanjat tembok sekarang.

"Udah," Farsha nyengir berdiri dengan hati-hati diatas tembok belakang sekolah. Sekujur tubuhnya masih nyeri, tapi gara-gara rasa kepingin sekolah dalam diri Farsha membuat gadis itu disini bersama Arven sekarang.

"Gara-gara Arven juga. Telat kan kita," sebal Farsha menatap Arven yang kini sudah disampingnya.

"Lah, gue awalnya gak mau sekolah. Tiduran doang, malah dipaksa. Terima lah," balas Arven. Cowok itu meloncat langsung ke bawah meninggalkan Farsha yang melongo.

Arven tertawa. Mengulurkan tanganya keatas. "Sini," gumam Arven. "Gak usah loncat, pelan aja," ujar Arven menginstruksi.

Farsha mengangguk, merendahkan dirinya sehingga kini berjongkok. Kemudian menyambut uluran tangan Arven dan turun pelan yang langsung ditangkap cowok itu sigap.

"Yap, bandel amat manjat belakang sekolah juga," ujar Arven menurunkan Farsha sampai gadis itu berdiri sendiri.

"Kangen tau," gumam Farsha. Membenarkan tas dipundaknya.

Arven menempeleng kepala Farsha, kemudian tertawa merangkul gadis itu. "Jangan bikin rusuh. Lo belum sembuh."

Farsha tak menjawab, melepaskan rangkulan Arven kemudian lari menjauhi Arven yang terbengong sendiri. Sebelum sedetik kemudian tersenyum geleng-geleng kepala.

Gadis itu tersenyum, kecut. Niatnya menjauhi Arven setelah sembuh nyatanya tetap gagal. Arven akan selalu disampingnya, dan Farsha akan sulit lari darinya. Harapan Farsha itu.

***

"Tika!!"

Cantika menoleh, tersenyum menatap Farsha yang berlari kecil kearahnya. "Lah, udah sekolah? Perasaan kemaren masih pemulihan dah," tanya gadis itu bingung.

Setelah sadar dan beberapa hari dirawat inap, Farsha diperbolehkan pulang. Dan dia masih harus tetap dijaga ketat. Seperti yang dilakukan Arven. Dan sekarang malah Farsha sudah masuk sekolah.

"Bosen lah gue. Disuruh tidur mulu," ujar Farsha berjalan santai bersama Cantika menuju kantin.

Farsha menoleh, menadapati Cantika yang tersenyum ramah kearah siswa-siswi yang berlalu lalang. Gadis itu memalingkan muka, merasa iri. Dia bukanya malah mendapati tatapan ramah, benci yang didapatnya malah. Berbanding terbalik. Maka dari itu Farsha tetap mempertahankan raut datarnya.

"Btw, makasih Tik. Udah ikut jagain gue pas koma," ujar Farsha tulus.

"Ya, gapapa lah. Temen gue juga. Si Arven nangis mulu pas lo koma."

Farsha tertawa pelan. Tak perlu memikirkanya atau menduganya, Farsha sudah tau. Cowok itu pasti sangat khawatir, maka Farsha sering merasa bersalah jika membuat susah ataupun masalah di keluarga Arven.

"Tau."

Keduanya hening, tanpa ada pembicaraan lagi. Keduanya memasuki kantin yang sudah tampak ramai orang-orang berlalu lalang. Bangku juga sudah penuh, tapi atensi Farsha beralih kala Cantika menariknya kearah salah satu meja kantin. Meja yang ditempati Arven dan yang lainya.

Tentu saja tak ada adegan tolak menolak dari mereka. Membuat Farsha dengan sendirinya mendudukkan diri disamping Arven.

"Lo sembuh kan Sya?" tanya Jaya pada Farsha.

FarshaWhere stories live. Discover now