Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.
Pukul 7 pagi Mark terbangun dan tidak mendapati Haechan disampingnya
Mark berjalan menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya setelahnya dia mencari keberadaan Haechan di apartemennya tapi nihil dia tidak bisa menemukan Haechan
Akhirnya dia memilih pergi dari apartemennya
Sampai didalam mobil miliknya, Mark mengambil poselnya yang tergeletak begitu saja di dashboar
Menyalakannya dan melihat banyak panggilan tidak terjawab dari mamahnya dan pesan makian dari Jenoval dan Xiaojun
Mark pulang kerumahnya dan mendapati rumanhnya kosong, pasti orangtuanya sedang pergi bekerja dan Noval pasti disekolah
Mark berjalan gontai kekamarnya, dan mimilih mandi, berendam untuk menenangkan pikirannya dan memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya
Mark pusing, dia bisa dibunuh ayahnya jika ketahuan meniduri Haechan tapi dia yakin tidak akan bisa menutupi ini lama, Mark juga pusing bagaimana nanti dia menghadapi orangtua Haechan, dan Haechannya sendiri, belum lagi Xiaojun, dan belum lagi meminta maaf secara khusus pada mamahnya, dia sudah melanggar perjanjian dengan mamahnya
Mark juga bingung kenapa dia tidak bisa menahan nafsunya ketika bersama Haechan, ini bukan sekali dua kali ketika gadis itu bertindak seperti menggodanya, dan tadi malam puncaknya Mark sudah tidak tahan lagi sampai kelepasan
Rasanya Mark ingin mati saja mengingat perbuatannya, namun mati sekarang bukan pilihan yang tepat, itu sama saja lari dari masalah dan melimpahkan semuanya kepada Haechan belum lagi hal yang mungkin akan terjadi pada Haechan hasil perbuatan Mark
Tapi dengan kejadian itu Mark sadar, sekeras apapun dia menjauhi Haechan tetap saja dia tidak bisa, dia menyukai Haechan. Bagaimana pun caranya membuang perasaannya jauh-jauh agar tidak merusak persahabatan mereka, dengan berpacaran dengan gadis lain, Mark tetap ditarik kembali
Mark menghela nafas lelah, dia akan bertanggung jawab atas semua, dia akan meminta maaf kepada orangtuanya dan orangtua Haechan
Mark menyelesaikan mandinya, dan bersiap pergi kesuatu tempat
Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.
Disinilah Mark sekarang, didepan pintu kamar Haechan, tadi Mark pikir ketika dia sampai dikediaman Haechan dia akan dihabisi oleh papih Haechan dan diserbu pertanyaan oleh mamih Haechan, tapi apa Mark yang dapat? Ibunya Haechan justru berterima kasih padanya karna sudah memberi tumpangan pada putrinya semalam ditengah hujan malam
Hati Mark teriris, apa dia masih pantas mendapatkan terimakasih? Yang ada dipikiran Mark sekarang adalah Haechan, Mark tidak akan kuat jika Haechan akan membencinya
Mark memberanikan diri mengetuk pintu kamar Haechan
"Bentar mah.." ucap Haechan, Mark berfikir telinganya salah dengar, ketika mendengar suara Haechan seperti tanpa beban, dia berfikir apa hanya dia yang merasa dihantui dosa disini
Ketika pintu terbuka, Haechan terdiam mentap Mark
"Mark" ucapnya pelan
"Boleh masuk?" Tanya Mark, Haechan langsung membuka pintunya lebar mempersilahkan Mark masuk kemudian menutup lagi
Tiba-tiba saja Mark memeluk Haechan erat
"Maaf Chanisa Maaf" ucapnya dengan suara getir
Haechan menghela nafasnya, dia tau Mark pasti akan menangis dia hapal jika nada suara Mark seperti itu berati pria itu akan menangis
"Mark, udahlah semua udah kejadian, gue udah coba lupain semuanya Mark ini bukan cuma salah lo, tapi gue juga. Jangan gini Mark, jangan hancurin pertahanan gue, kalo lo gini gue bisa apa?"
Mark tau Haechan gadis yang kuat, gadis itu benar jika Mark malah lemah seperti ini bagaimana Haechan bisa bergantung padanya, dia laki-laki.
Mark melepas pelukannya, Haechan memandang wajah Mark sambil terkekeh membuat Mark bingung
"Jelek banget, sembab nih muka kayak banci, gitu doang nangis" ucap Haechan sambil mengusap pipi Mark yang basah karna air mata
Mark tidak habis pikir, bagaimana bisa Haechan menganggap masalah mereka sepele, sedangkan Mark, dia takut perbuatan mereka membuahkan hasil, misalnya kehamilan?
"Jangan tegang gitu, tadi pagi sebelum kesini gue udah beli pil kontrasepsi, gausah khawatir gue-"
Belum selesai Haechan berbicara Mark langsung membungkam bibirnya, Haechan kaget karna ciuman Mark yang tiba-tiba, Haechan meremas lengan hoodie abu-abu milik Mark
Tak lama ciuman mereka terlepas, Mark memeluk Haechan lagi, dan kali ini dibalas oleh Haechan walau dia bingung
"Jangan tinggalin gue Nis, gue sayang sama lo, cukup gue ngejauhin lo selama ini gue udah gak sanggup, persetan sama persahabatan kita, gue siap dibunuh sama Xiaojun tapi tolong jangan tinggalin gue, gue suka samalo, gue cinta sama lo Chanisa"
Haechan kaget sekaligus senang, dia pikir perasaannya selama ini bertepuk sebelah tangan
"M-mark" gugup Haechan, dan ingin melepaskan pelukannya namun Mark malah mempererat
"Janji dulu" ucap Mark lagi
"I-iya" ucap Haechan, tapi Mark masih belum melepaskan pelukannya, jadi Haechan pasrah saja
"Chanisa" panggil Mark, Haechan hanya bergumam sebagai jawaban
"Maukan jadi pacarnya Mark?" Tanya, Haechan kaget awalnya, tapi dia mencoba santai, dan kemudian menggeleng
Mark melepas pelukannya dan menatap Haechan
"Gue gamau kalo lo masih ada hubungan sama Mina, gue gamau jadi yang kedua" ucap Haechan, Mark tersenyum dan lagi merengkuh Haechan kedalam pelukannya
"Apapun buat kamu sayang" ucapnya yang langsung mendapat, pukulan sayang dari Haechan dilengannya, keduanya terkekeh berpelukan sambil menggoyang-goyang ke kanan ke kiri
"Jadi kenapa gak sekolah?" Tanya Mark disela-sela pelukannya
"Masih sakit" ucap Haechan, suaranya terdam didada milik Mark, wajahnya memerah dia malu sebenarnya mengatakannya, tadi dia mati-matian menahan sakitnya didepan kedua orangtuanya dan mengintrol cara jalannya agar terlihat normal
Mark terkekeh " maaf yah" pinta Mark lagi Haechan mengangguk, tak lama kegiatan mereka dihentikan oleh suara dari luar kamar Haechan
"Chan..Mark.." itu Mamihnya Haechan
Haechan langsung membuka pintu kamarnya
"Sarapan yuk, Mark juga mamih udah siapin" ucap mamih Chitta
"Emm tante, Mark boleh bawa Haechan keluar?" Tanya Mark, Haechan memandang Mark bingung, mereka tidak ada rencana ini keluar