in a field of roses; 2.0

894 155 41
                                    


Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.


════════

02; A Naive One

════════




Jeon Jeongguk pernah membayangkan; apa yang akan terjadi, kalau saja ia terlahir sebagai seorang wanita? Seperti keinginan Ibunya dahulu.

Mungkin banyak yang berucap wanita memiliki hak yang jauh lebih terbatas dibandingkan dirinya kini. Tapi, untuk ceritanya, jika saja ia terlahir sebagai seorang wanita, akahkan ada yang berbeda?

Kalau saja, dia terlahir sebagai perempuan, mungkin ibunya tidak akan pergi meninggalkannya dengan Ayahnya dahulu. Mungkin saja Ibunya turut mengajaknya, hidup bersama.

Atau, kalau saja, ia perempuan, mungkin ibu tirinya tidak akan pilih kasih dan membiarkannya mendapat jatah makan malam seperti saudarinya.

Dan, kalau saja, ia perempuan, mungkin Ayahnya tidak akan sampai hati menjualnya sebagai pekerja paksa, hanya demi melunasi hutang untuk pengobatan saudari tirinya.

Yah, kalau saja.

Mengingat tentang keluarga, Jeongguk tidak yakin apa ia masih bisa menyebut Ayah dan Ibu tiri-nya sebagai keluarga. Mereka membiarkan dua orang menariknya pergi dari rumah, membawanya pada sebuah bangunan dengan sekelompok anak lainnya yang terpaksa bekerja disana. Bagaikan penjara, Jeongguk berhasil pergi setelah beberapa tahun dan tebak saja saat ia mencoba kembali pulang—

Keluarganya meninggalkannya. Tidak tanpa satu jejak untuknya bisa mengejar. Mereka menjual rumah yang mereka kediami dan pergi menuju antah berantah.

Menyisakan Jeongguk dengan satu-satunya hal yang tersisa tentang keluarganya adalah nama belakangnya. Sebuah identitas keluarga yang mungkin,

Sama tidak pentingnya.

"Kau melamun, pretty?" seorang pria bersurai gelap mengusap sisi pinggangnya. Tangannya yang besar terasa lebih hangat dari tubuh telanjangnya yang kedinginan di atas kasur hotel itu. "aku hanya meninggalkanmu mandi sebentar, dan kau sudah sedingin ini." Sebuah senyum terpantri, walaupun Jeongguk muak melihatnya.

Jeongguk menyadari, tubuhnya memiliki suhu dibawah rata-rata suhu normal tubuh manusia. Wajahnya selalu terlihat pucat, dengan bibirnya yang memiliki luka. Noda darah yang kemerahan menghias warna bibirnya yang memutih. Rasa besi yang tajam kadang terasa, tapi bibir itu tetap menghisap batang rokoknya.

Bagi seseorang seperti Jeongguk, ia sering berpikir sebuah pelukan adalah hal mewah untuknya. Rasa hangat dan tenang, dengan mendengar dentuman dalam pelukan seolah sebuah oase yang semu, namun menyenangkan.

in a field of roses | kth.jjkOnde histórias criam vida. Descubra agora