25. MENGINTIP KEBENARAN YANG TERSINGKAP MALU-MALU (2)

4.6K 488 80
                                    

Malam, Dears! ^^

Kalian disuruh vote aja susah benar, ya. Padahal Hara cuma minta 100 votes.

Enggak sampai 100 votes lho, tapi Hara update lagi, 'kan? Kurang sayang apa coba Hara sama kalian?

Jangan salahkan Hara kalau malam ini kalian enggak bisa tidur sampai nunggu Hara update lagi lanjutannya.

Enggak bisa nulis banyak karena lagi sibuk nyiapin soal PTS. Huhu

But, tenang aja. Bab ini intinya dapet kok. Paket komplit. Semacam naik roller coaster. Abis mood-nya naik, pas di puncak dibuat ketir-ketir, lalu loss waktu turun. Hahaha

Budayakan vote sebelum baca,
lalu komentar di akhir cerita.

So, here we are ...

Happy reading!



***









































































Cari apa??? 🤣🤣🤣

***

Aira berulang kali menjalin jari-jarinya dan meremasnya gelisah. Sorot matanya tak pernah fokus. Dia menipiskan bibir dan sesekali menggigit bibir bawahnya kalut.

"Tenanglah, Sayang! Aku yakin tidak akan terjadi apa-apa dengan Kak Dania." Ardi yang sejak tadi bolak-balik mencuri pandang, akhirnya tak tahan untuk berkomentar menenangkan. Dia menangkup tangan Aira dengan sebelah tangan, sementara tangan yang lain tak sedikitpun melepas kemudi.

"Bagaimana aku tidak khawatir, Mas? Bagaimana kalau ada apa-apa dengan Kak Dania? Atau Hamas?"

Ardi mengulas senyum sumir. "Daripada kamu khawatir tidak jelas dan berlebihan seperti ini, kenapa kamu tidak khawatirkan dulu lipstikmu yang belepotan karena sempat aku cium?"

Aira sontak meraba bibirnya. "Lipstikku belepotan?" tanyanya pada Ardi.

Ardi mengangguk sekali. "Ya. Coba kamu periksa sendiri!" perintahnya. Dia mengendikkan dagu ke arah bibir Aira seraya mengerlingkan mata.

"Kenapa Mas tidak bilang dari tadi?" tanya Aira sebal. Panik, Aira melepas genggaman tangan Ardi. Dia membongkar tasnya untuk mencari cermin. "Mama pasti heran lihat lipstikku yang belepotan. Mas benar-benar, ya!" gumam Aira di tengah kegiatannya.

Nihil. Aira tak menemukan cermin kecil yang biasa dia bawa. Dia lupa kalau terlalu terburu-buru sehingga tak membawa apa pun selain ponsel dan uang seratus ribu yang terselip di dalam tas. Dompetnya saja dia yakini tertinggal di kamar.

"Mas, aku pinjam spion tengah untuk membenarkan lipstikku, ya!" izin Aira hendak memutar spion tengah agar menyamping.

Ardi segera menangkap tangan Aira sebelum menyentuh spion. Dia tertawa melihat kepanikan Aira yang kini berubah haluan.

TOO LATE TO FORGIVE YOU | ✓ | FINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang