12. Camping

48 9 1
                                    

"Satu, dua, tiga, em--"

"Dorrr."

"Astagfirullah, Galang!! Nyebelin banget sih, kaget tau!" seru Sena mencubit pinggang Galang dengan gemas.

Sena memalingkan mata nya malas, beberapa hari ini Galang memang selalu saja begitu.

Emang sudah beberapa hari terakhir mereka akur, tak ada lagi nada tinggi diantara keduanya.

Sekarang jika bertemu mereka tidak seperti tom and jerry, yang selalu bertengkar dan tidak bisa dilerai oleh siapapun.

Galang tertawa gemas saat melihat cewek yang ada dihadapannya sedang marah, entah kenapa melihat wajah merah Sena membuat Galang candu akan wajah cantik itu.

"Aduh, duhh, udah dong, sakit tau ga sih lo , lepasin sakit tau Sen," mohon Galang.

Sena menatap Galang dengan tajam, tadi dia sedang menghitung dan mencari namanya. Kursi yang akan ia tempati. 

Galang memang menyebalkan tapi mampu membuat Sena nyaman, dalam waktu yang singkat.

Sena pernah berfikir, dia lebih cepat nyaman pada Galang di banding kan dengan Cellio.

Buktinya, saat Sena kenal dengan Cellio, Sena harus menjaga image, tapi saat didekat Galang, Sena merasa lepas, seolah mereka sudah kenal sejak lama.

Ehh, astagfirullah. Engga engga, Sena gak akan pernah nyaman dengan Galang apalagi sampai jatuh hati. Bisa gawat kalau benar-benar itu terjadi.

"Gal,"

"Hm,"

"Ga jadi,"

"Ga jelas lu,"

"Lo juga sama engga jelas."

"Gue jelas lah."

"Anjim--"

"Tiga kali lo ngomong kasar gue cium lo."

"Anjin--"

"Dua, "

Sena menutup mulutnya dengan rapat. Saat ini sikap bar-bar nya sedang keluar jadi tak jarang Sena akan mengatakan kata-kata kasar.

"Awas gue mau nyari tempat duduk," Sena menyingkirkan tubuh Galang dengan paksa. "Galang ih awas,"  kesalnya karena Galang tak menyingkir juga dari tempat itu.

"Engga."

"Galang, awas."

"Gak mau"

"Ish, nyebelin banget sih lo. "

"Emang."

"Lo pegir atau gue perlu teriak?"

"Teriak."

"TOL--"

"Lol."

Sena mencibirkan bibirnya dengan kesal, Galang memang senang mengajak Sena untuk berdebat.

Dengan sekali hentakkan Sena langsung mendorong tubuh Galang hingga terduduk di bangku penumpang bis.

"Gak punya hati emang lo," cibir Galang mengusap punggungnya yang terbentur dengan keras. Rasanya sakit lebih sakit dari pada dibogem mentah-mentah.

"Lo gak akan bantuin gue bangun apa? sakit tau nih punggung gue, cepet bantu gue sekarang. " titah Galang membuat Sena memutar kembali badannya, mendekat pada Galang yang tadi terjatuh karenanya.

Galang memberikan tangannya pada Sena, yang disambut dengan uluran tangan Sena.

Bukannya terbangun dari jatuhnya, Galang sengaja menarik Sena mendekat padanya.

Magenta ; Sena untuk Galang Where stories live. Discover now