22. Pelangi itu kembali

49 6 0
                                    

"Hei, apa kabar?"tanya Sena namun hanya dentuman alat mendeteksi jantung saja yang menjawab.

Sudah terhitung satu minggu Galang tertidur pulas tanpa mau membuka matanya, selama seminggu itu pula Sena selalu bergilir dengan Viany, Amanda, orangtua Galang, ataupun inti Magenta.

Sena juga sesekali izin sekolah hanya untuk menjaga Galang di rumah sakit, untung saja Bunda Sena mengizinkan gadisnya itu untuk menjaga Galang, karena bagaimanapun Galang juga pernah membantu Sena bangkit dari kesedihannya.

Dan Santi yakin Galang adalah pria baik yang dititipkan Tuhan untuk menjaga putrinya, setelah Ayah dan Kakaknya pergi menghadap Sang Illahi.

Sena kira keluarga Galang tidak akan menerima dia, namun perkiraannya melesat. Ketakutan Sena itu tidak terjadi semua anggota keluarga Galang menerimanya dengan baik walaupun mereka semua tau Galang dan Sena itu berbeda.

Namun orangtua Galang tidak mau membuat kisah cinta Viany terjadi kepada kisah cinta Sena dan Galang. Hanya sebuah restu mereka hancur.

"Kamu tau, Mama sama Papa kamu itu baik banget loh, apalagi kak Vianny sama Amanda, mereka semua baik sama aku," ucap Sena walau tidak pernah direspon namun Sena yakin Galang bisa mendengar ocehannya.

"Aku bahagia tau, tapi kebahagiaan aku selalu berkurang karena Allah selalu mengambil laki-laki terbaik yang aku punya,"

"Sebelumnya Allah udah ngambil kak Seno lalu Ayah dan aku sekarang kamu juga mau menyusul mereka? Engga Gal! Aku yakin kamu bisa melewati ini semua, jangan buat aku merasa kehilangan lagi. Galang bangun. Kamu enggak capek apa tidur terus kayak gini? Kamu enggak laper? Kamu enggak kangen aku atau temen-temen kamu," kata demi kata selalu Sena sampai seperti yang dokter katakan, semua orang yang menjaga Galang harus mengajak mengobrol agar nanti ada respon dari tubuhnya.

Sena merundukkan kepalanya, mengenggam erat tangan Galang yang terbebas dari infus. Sena menghalau air mata yang terus menetes. Kenapa. Harus bertepatan dengan Ayahnya pergi, saat seperti Sena tidak tau harus mengadu kepada siapa.

"Kamu udah janji loh enggak akan ninggalin aku, kamu janji akan terus nemenin aku," ucap Sena melirih.

"Aku kangen kamu,"

"Kapan kamu mau bangun, kalau kamu gini ,nanti siapa yang jaga aku, gimana kalau nanti ada yang jahatin aku Gal, kamu gak mau kan aku kenapa napa? Makanya bangun dong, atau ga aku beneran selingkuh nih, kalau kamu gak bangun bangun. Atau kamu mau aku cium? Biar kamu bangun?" Goda Sena pada Galang yang masih tidak merespon apa apa.

Tangan Sena beralih memeluk tubuh Galang yang lemas, Sena meletakkan kepalanya di dada bidang milik Galang.

"Aku akan menunggu sampai pangeran ku terbangun, dan kita akan bersama lagi seperti hari yang pernah kita lewati bersama."

Sena menggenggam tangan Galang, dan menciumnya dengan lembut dan cukup lama.

*****

Sena menyimpan mukenanya, lalu tangan membenarkan letak hijabnya. Matanya terlihat sembab, dia baru saja mengadu kepada Allah.

Mengadukan apa yang terjadi kepadanya selama ini. Berdoa agar Galang kembali pulih.

Suara dering ponselnya membuat Sena langsung mengambil benda berbentuk pipih itu.

"Hallo, Assalamualaikum"

Sena terdiam mendengarkan suara Jodi yang mengoceh. Hubungannya dan Jodi memang sudah agak tidak renggang lagi walau sesekali ada cekcok antara saudara. Hubungan keluarganya juga sudah tidak seperti dulu lagi.

"Hah? Apa? Lo serius?"

"Okey, okey gue kesana sekarang, "

Dengan cepat Sena segera membereskan mukenanya, meletakkan nya kembali ke tempat semula, membawa tas selempang kecil dan sweater kesayangan nya dan Sena bergegas pergi ke tempat yang di katakan Jodi saat di telfon tadi.

Di sepanjang jalan menuju tempat yang di katakan Jodi, Sena tak henti henti menetaskan air mata, dengan senyum miris yang di pancarkan dari bibirnya.

Sena menatap foto dirinya dengan Galang saat pertama mereka jalan bersama, tetesan air mata Sena meluruh beriringan dengan jarinya yang menggeser satu per satu foto kebersamaan nya dengan Galang.

Sesampainya di rumah sakit, Sena terlebih dahulu menyeka air matanya. Sena mempercepat langkahnya menuju ruangan tempat Galang di rawat, jantung nya berdebar lebih cepat dari biasanya.

Dari kejauhan Sena sudah melihat keramaian yang terjadi di depan ruangan Galang, tangis memenuhi lorong ruangan. Sena langsung berlari kearah ruangan Galang.

"Hai pelangi ku. "

Yang di panggil namanya langsung mendongkak dan langsung memeluk sosok yang tadi menyebut namanya.

"Akhirnya, Tuhan mengabulkan doa ku hari ini. " bisik Sena pada Galang.

Ya, akhirnya Galang membuka mata dari tidur panjangnya itu, akhirnya Galang bisa kembali pulih, walaupun masih harus memakai kursi roda.

Semua yang ada di ruangan menangis haru, menyaksikan dua sejoli ini, mereka memang memiliki chemistry yang sangat  mendalam, membuat siapa saja yang melihat akan iri dengan hubungan Galang dan Sena. Galang yang selalu ada untuk Sena, begitupun dengan Sena yang selalu ada untuk Galang, mereka berdua saling menguatkan satu sama lain.

Sena menangis terharu begitupun dengan Galang, keduanya sama sama melepas kerinduan yang sudah menumpuk, dan rindu ini terbayar sudah di hari ini. Tidak sia sia penantian Sena menunggu Galang, akhirnya kekasih nya itu terbangun dari koma nya.

Galang melepaskan pelukan itu, dan beralih merapikan hijab Sena yang basah akibat air matanya. Dan Galang tersenyum melihat Sena yang sangat cantik dengan hijab yang menutupi rambutnya.

"Sungguh pelangi ku yang sangat cantik."
puji Galang saat melihat Sena yang semarang. Galang sangat mengagumi kecantikan Sena yang tidak pernah berubah, bahkan paras nya semakin indah saat hijab menutupi rambut nya.

"Aku sudah mulai berhijab semenjak kamu koma, bagaimana? apa kamu masih mau bersama dengan aku? "

"Hanya orang bodoh yang meninggalkan wanita seperti kamu, dan aku tidak mau menjadi laki laki bodoh yang meninggalkan wanita seperti mu. "

Sena tersipu mendengar kata kata Galang yang baru saja di ucapkan.

****
Amanda menatap hamparan bunga taman rumah sakit, senyumnya mengembang. Ada rasa bahagia mengelitiki hatinya.

Sebuah tangan melingkar dipinggang rampingnya membuat Amanda langsung menoleh. Senyumnya semakin mengembang.

"Kenapa sendirian?"

"Enggak, sekarang aku enggak sendirian kan ada kamu," kata Amanda.

"Dih kecil kecil udah jago ya gombal nya, cowok mana aja yang udah kena gombalan anak kecil ini. " Jodi mencubit hidung Amanda dengan gemas.

"Dikira aku cewek apaan suka goda godain cowok, yang ada tuh cowok yang deketin aku. "

Jodi terkekeh kecil, lalu membiarkan kepala Amanda menyender dibahunya. Cowok dengan jaket Magenta itu tersenyum bahagia.

Walau perbedaan umur mereka sedikit jauh tapi Jodi bahagia bisa memiliki kekasih seperti Amanda. Sama seperti Galang dan Sena mereka menjalin hubungan beda agama.

Kedua pasangan ini terjebak oleh cinta dengan perbedaan yang mungkin tidak dapat di satukan, dan tidak mudah untuk menembus dinding takdir.

Amanda menegakkan tubuhnya dan menoleh ke arah Jodi.

"Eh kita berdua disini terus yang jaga Ka Galang siapa? " tanya Amanda pada Jodi.

"Kan Galang udah ada Sena, jadi kita bisa berdua disini, lagian Galang juga kan udah siuman, jadi jangan khawatir. "

Amanda mengangguk dan kembali ke posisi nya tadi, kali ini Jodi menggenggam tangan Amanda, mengulur kan sebelah lengannya lagi di bahu Amanda

Hari ini kebahagiaan kembali pada Sena dan Galang, pelangi indah itu akhirnya datang kembali menyinari cahayanya yang indah, seindah hari ini untuk sejoli yang sedang melepas kerinduan.

****

Magenta ; Sena untuk Galang Where stories live. Discover now