21. Permintaannya

49 7 0
                                    


"Apa disini ada keluarga pasien?"

"Saya Papa-nya Dok," ucap Gilang.

Saat keluarga Galang sudah ada dirumah sakit, menunggu Galang yang masih berada didalam ruang UGD.

Gilang yang sebenarnya sedang berada dikantor langsung datang ke rumah sakit tempat putranya dirawat.

Bersamaan dengan Gilang yang datang kerumah sakit, Vianny, Amanda dan Andin juga sampai dirumah sakit.

"Keadaan pasien sangat kritis, saya tidak bisa memastikan kapan pasien bangun, obat penenang yang selama ini pasien minum membuat salah satu Ginjal nya rusak. Dan benturan di kepala pasien membuat pasien .... Koma." jelas Dokter.

Tunggu tunggu apa katanya tadi? Obat penenang? Galang meminum obat penenang? Untuk apa Galang meminum itu?

Gilang merasa benar benar tidak berguna jadi Papa Galang, sampai hal sebesar ini saja Gilang tidak tau. Tapi kenapa Galang nekat melakukan itu? Apa lagi lagi Gilang penyebabnya?

Tubuh Gilang seketika melemas ketika mendengar itu, begitupun dengan ketiga wanita yang sejak tadi cemas.

"Apa ada cara lain agar putra saya bisa pulih dengan waktu cepat?" tanya Andin.

Dokter bername tag--Bela itu mengeleng dengan pelan. "Saya kurang tau, kita hanya bisa menyerahkan semuanya kepada Tuhan saja,"

"Saya harap keluarga dan teman terdekat Galang memberikan doa yang terus mengalir, dan memohon pada Tuhan agar Galang diberikan kesempatan hidup untuk yang ke dua kalinya." Tambah Dokter Bela

Tangis Andin, Vianny, dan Amanda semakin menjadi saat mendengar penjelasan Dokter tadi.

Mereka benar benar takut untuk kehilangan Galang, cukup kebebasannya saja yang di rengut Papanya, jangan sampai mereka menyesal atas kepergian Galang karena mereka belum sempat meminta maaf pada Galang.

"Lebih baik sekarang kita berdoa, meminta pada Tuhan agar Galang bisa kembali pulih dan kesehatan nya kembali lagi seperti biasanya." Pinta Andin pada kedua anaknya

*****

Walau kondisinya belum pulih sepenuhnya Sena sudah memaksa untuk sekolah, kali ini ada yang berbeda dari Sena, sekarang Sena sudah mulai memakai hijab, seperti apa yang sudah dia bicarakan kemarin bersama Galang, dan hari ini Sena melakukan nya dengan senang.

Seperti yang di sudah kata Galang dia tidak boleh terlalu larut berduka. Dan Sena juga harus mengejar cita citanya, agar almarhum Ayahnya bisa tenang di surga nanti.

Kematian memang akan selalu terjadi kepada umat manusia, begitupun dengan Ayah Sena. Mungkin ini sudah takdir Allah yang menentukan.

"Gimana lo udah bisa hubungin Galang?" tanya Jodi saat dirinya sampai dikantin bersama inti Magenta lainnya.

Arsel dan Andika yang sadari duduk menghimpit Sena langsung menoleh menatap Jodi, Haikal dan Rizaldy.

"Belum,"

Saat ini memang jam istirahat namun Galang belum juga datang sejak jam pertama pelajaran. Rasanya aneh jika Galang tiba-tiba seperti ini.

"Galang, itu jarang bolos, malah gak pernah."ucap Haikal mendudukkan tubuhnya dihadapan Sena. "

"Meskipun dia ketua Magenta yang terkenal dengan sifatnya yang arogan, tapi Galang juga pintar dalam urusan pelajaran sekolah." Tambah Rizaldy.

"Mungkin masih ada urusan keluarga," Sena mencoba bersikap positif thinking karena bagaimanapun Galang sekarang adalah kekasih nya, dan Sena sangat mengkhawatirkannya.

Magenta ; Sena untuk Galang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang