SEPULUH

18 9 10
                                    

They yell, they preach
I've heard it all before
"Be this". "Be that"
I've heard it before
Big boy don't cry
Shoot low, aim high
Eat up, stay thin
Stand out, fit in

[One Ok Rock - Stand Out Fit In]

##

"What the hell!" Jared dengan kesal melempar remote control televisi, kemudian segera berlari pontang-panting menuju kamarnya di lantai dua setelah beberapa saat lalu membaca isi pesan singkat dari Ludwig, ayahnya.

Laki-laki yang hanya mengenakan celana pendek tanpa kaos itu menggeledah isi lemarinya guna mencari baju yang tepat, berlari ke sisi lain menjelajahi letak celana jeans untuk dikenakan, dia meraih topi hitam kemudian sepasang sepatu dengan warna berbeda di bawah tempat tidurnya. Jared segera mengenakan benda itu dengan susah payah.

Tak berbeda jauh dari Jared, Bellona pun sama rusuhnya. Gadis itu bahkan kesulitan mengenakan hoodie karena saking terburu-buru. Dia berusaha menguncir rambutnya dengan rapi sekarang, meskipun hasilnya tetap sama berantakan seperti semula.

Bellona mulai mengumpat jengkel akibat tak bisa menemukan keberadaan jeans yang sering dia kenakan. Logikanya, bagaimana mungkin dia akan menemukan benda itu di saat seluruh isi kamarnya penuh dan kacau. Untuk berjalan saja dia kesulitan.

"Shit, shit, shit, shit!" gerutunya sembari berjalan mondar-mandir dengan panik. Pada akhirnya dia meraih celana cargo sewarna abu-abu yang berhasil ditemukan. Bellona berdecak karena celana yang diinginkan tidak didapatnya.

"Bellona!!!" Teriakan Jared menembus gendang telinganya, betapa dia membenci intonasi itu.

"Sabar!!!" balasnya, mengambil ponsel di atas nakas, Bellona melangkah cepat sembari mengenakan sepatunya satu persatu, Converse hitam menjadi pilihan tanpa pikir panjang kali ini.

"Anjing! Lo bego banget tau nggak," cetus Jared kepada Bellona ketika mereka bertemu di anak tangga.

"Apalagi salah gue, ha?!" Nada suara Bellona tak kalah tinggi. Di situasi penuh huru-hara seperti sekarang Jared masih sempat memancing perkelahian, Bellona rasanya ingin mendorong laki-laki itu hingga tersungkur ke lantai dasar, biarlah jika Jared mati sekalipun.

"Banyak!" tegasnya. Bellona tidak ingin menjawab lagi, gadis itu malah mendorong kepala Jared yang tertutup helm. Jared baru hendak membalasnya, tapi Bellona sudah lebih dulu menepis tangan laki-laki itu dengan kasar.

"Lo yang bego, ngapain pake helm? Bawa mobil!" Seketika Jared tersadar, raut kesalnya menjadi semakin kesal terlihat.

"Dammit," desisnya, kemudian segera naik kembali ke kamarnya.

"Awh!" Jared menyenggol Bellona dengan kasar hingga kepala gadis itu membentur dinding cukup keras, beruntunglah dia tidak jatuh dari tangga. "Woi brengsek! Nggak punya mata lo!" protes Bellona sembari mengelus kepala bagian kirinya yang berdenyut sakit.

Gadis itu menghentakkan kaki keras-keras saat kembali melangkah turun.

"Mati lo Jared, mati lo Jared, mati lo Jared, mati lo Jared ...," rapal Bellona tanpa henti di setiap langkahnya. Gadis itu meyakini bahwa suatu saat mantra yang sering dia ucapkan ini akan terwujud, Bellona sungguh menantikan saat itu datang.

Tak berapa lama, tampaklah Jared yang melangkah lebar dan tergesa menggunakan kaki panjangnya yang tak jauh berbeda dengan tiang listrik. Laki-laki itu masuk ke dalam garasi guna menghidupkan sebuah sedan hitam yang berselimut debu. Mobil itu tidak pernah dipakai untuk waktu yang sudah cukup lama.

Perfectly ImperfectWhere stories live. Discover now