32

28 3 0
                                    

"Even the sadness from that day
Even the pain from that day
I loved it all, together with you

The bitter scent of lemons
Remain embedded in my heart
Can't make my way home
'til the rain let's up

Even now you remain my light"

~ Kenshi Yonezu - Lemon ~

**********

Sudah lama sekali rasanya Arisa tidak memulai aktivitas paginya dibawah jam tujuh pagi. Mungkin ini pertama kalinya lagi setelah dua tahun ia hidup di luar tanah kelahirannya. Jam tangan miliknya baru menunjukkan pukul enam kurang lima menit. Namun jalanan menurun yang ia lalui sekarang sudah ramai dilalui orang-orang yang menggunakan kendaraan ataupun berjalan kaki seperti dirinya. Bahkan saking ramainya, ia bisa mendengar suara riuh klakson kendaraan di belakangnya.

Sebenarnya, ia datang kemari dengan diantar sang ayah. Namun hanya sebatas itu saja karena sang ayah harus segera ke kantor sebelum jam macet jalanan dimulai. Dan ya, jalanan menuju tempat itu sudah sangat macet, secara itu adalah salah satu jalan alternatif untuk ke pusat kota. Ah! Ia harus memperhatikan langkahnya. Ia hampir saja terjatuh karena kehilangan fokus saat melalui jalanan menurun itu.

Sejujurnya ia sedikit merasa aneh. Dari banyaknya orang yang berlalu-lalang, hanya dirinya yang memakai seragam putih hitam. Sedangkan yang lain, seragam putih abu-abu khas anak SMA, setidaknya itu yang ia lihat sekarang.

Keberadaan sebuah ranting pohon mengejutkan diri Arisa hingga membuat map yang ia pegang terjatuh dan semua dokumen yang ia bawa tercecer. Ia menarik nafasnya dengan sedikit gusar sebelum akhirnya berjongkok dan merapikan dokumen-dokumen itu. Sebuah tangan berjari lentik tiba-tiba mengejutkannya. Ia pun dengan spontannya menoleh ke arah seorang gadis yang dengan sigap membantunya.

"Kakak tidak apa-apa?" tanya gadis itu seraya menyerahkan beberapa lembar kertas pada Arisa.

"Terima kasih."

"Aku Nadia, aku ambil SF di sini. Kakak ambil fakultas apa di sini, kak?"

"Aku Arisa. Aku ambil FMIPA inter."

"Eh anak inter ada yang gap year juga?"

"Emmm.. kurang tahu juga, aku soalnya pindah kampus. Mau ikut tesnya, udah lewat jadwal."

"Oh gitu, makanya aku bingung. Klo inter 'kan tesnya beda gitu sama yang reguler."

Setelah beberapa lama berbincang, tanpa sadar keduanya kini sudah sampai di tempat yang di tuju. Sudah ada banyak mahasiswa baru yang mengantri. Tempat pendaftaran ulangnya memang berada di dalam gedung auditorium. Namun antriannya mengular ke jalur teduh tempat sarana olahraga kampus. Kedua tempat itu memang bersebelahan, tetapi tetap saja. Dan kini, keduanya berpisah karena antrian mereka dibagi berdasarkan fakultas.

Menunggu memanglah sesuatu hal yang menyebalkan bagi setiap orang, bukan? Tanpa terkecuali Arisa. Sudah lewat sekitar tiga jam sejak ia mengantri, tetapi dirinya masih belum melewati batas pos. Tanpa pikir panjang lagi, ia memutuskan untuk mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya. Dengan cepat ia mencari kontak seseorang yang ia tuju. Aoi.
Melihat jam ponselnya yang menunjukkan pukul sembilan pagi, masih terlalu awal untuk menghubungi seseorang. Namun mengingat perbedaan waktu Indonesia dengan Jepang, seharunya sahabatnya itu sudah bangun. Kecuali kalau Aoi memanglah seorang putri tidur.

Jari-jari tangannya mulai bergerak dengan cepat menekan tombol huruf hingga layar ponselnya kini menampilkan kata-kata yang memang ingin ia sampaikan pada sang sahabat. Tombol untuk mengirim pesan pun ia tekan begitu ia selesai dengan pesannya. Dan kembali ia harus menunggu. Walau setidaknya, menunggunya kali ini tidak terlalu lama. Aoi membalas pesannya beberapa menit kemudian.

Shape of LoveWhere stories live. Discover now