•Bab 18

9.3K 1.4K 251
                                    













Dimohon bersikap bijak karena cerita ini mengandung kata dan adegan kasar yang tidak patut ditiru.













Visualisasi Tokoh

Visualisasi Tokoh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

○○○

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

○○○

"Pingin hipnotis Ian biar berhenti nangisnya" ucap Dikta lembut.

Ian sama Dikta sudah ada di markas. Dikta yang ngajak Ian kesini. Sebenarnya Ian sudah maksa buat balik ke rumah sakit saja berhubung kondisi Dikta belum pulih. Tapi Dikta berhasil bujuk Ian supaya Ian mau kesini. Kata Dikta pingin menghabiskan waktu berdua dulu sama Ian.

Lalu Ian gak berhenti menangis sejak tadi.

Seharusnya mereka ikut digiring ke kantor polisi. Diamankan dan dibina biar gak ikutan tawuran lagi. Tapi karena bujuk rayu Dikta, dia sama Ian berhasil lolos begitu saja.

Sementara kawan mereka semua sudah ada di tempat yang benar-benar dihindari itu. Sedang dibina dan mungkin baru boleh pulang besok. Itupun kalau para orangtua mereka mau jemput.

Ian peluk Dikta. Mereka duduk di sofa panjang yang ada di lantai dua markas. Sofa panjang yang dulu disiapin Dikta buat kencan sama Ian.

Memang sofanya masih ditengah ruangan seperti dulu. Sama kawannya gak boleh dipindahain. Malah sering dipakai buat tidur sekarang. Itu sofa miliknya Bunda Kia yang sudah gak kepakai dirumah.

"Mana bisa.. hiks" sahut Ian dan masih saja menangis.

Diktanya ketawa pelan.

"Makanya tatap mata saya dulu, nanti tau saya beneran bisa hipnotis Ian apa gak"

Ian pun menurut. Meskipun masih tetap berlinang air mata dia coba buat natap si Dikta. Setelah dari tadi bersembunyi di dada laki-laki itu. Jadi bikin baju bagian depan milik Dikta basah.

tawuranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang