2: New Place

51 10 16
                                    

"Ini tempat baru, tapi ia akan mudah untuk tahu semua itu."

• [The Empire of Yu] •

Rembulan yang menemani langit malam kini sudah bersembunyi digantikan sang fajar yang memanjat dari ufuk timur.

Di tengah hutan lebat, terlihat seorang gadis yang baru membuka matanya setelah ia pejamkan selama kurang lebih dua jam. Ya, Li Fei memilih tidur setelah ditinggal Li Zhang. Karena ternyata penat dan luka yang ia derita saat menghabisi Fu Shi tak menghilang meski ia sudah berada di dimensi yang berbeda.

"Li Zhang bilang aku harus mengikuti kata separuh jiwanya, tapi mengapa belum juga ada yang memberi aba-aba?" gumam Li Fei yang tengah berjalan tak tahu arah.

"Karena kau tak bertanya," sela seseorang dengan suara yang sama dengannya. Li Fei yakin itu jiwa Li Zhang yang berbicara, dan sepertinya ... ia berkebalikan dengan jiwa utama Li Zhang yang lemah lembut.

"Aku, kan, tidak tahu, Li Zhang," batin Li Fei membalas ucapan jiwa itu.

"Panggil aku Lili," sosornya.

"Baiklah. Lalu sekarang aku harus kemana?" ucap Li Fei dalam hatinya. Karena Li Fei yakin ia akan terlihat seperti orang gila jika harus mengeluarkan suara.

"Susuri hutan ini ke arah utara, kau akan menemukan sebuah gubuk tua. Di sana akan ada Mei Ling, pelayan pribadi jiwaku yang lain," tutur Lili. Entah mengapa dia seakan tak mau mengakui bahwa dirinya satu jiwa dengan Li Zhang. Apa memang dia dikuasai kebencian?

"Jiwaku berambisi, tapi si bodoh itu memilih jiwa yang lemah dan tak punya nyali. Aku tak suka padanya," sosor Lili, Li Fei lupa jika jiwa itu dapat mendengar separuh suara hatinya.

"Ah kau membuatku pusing!"

"Maksudku, kau itu dia dan dia itu kau. Tapi mengapa kau memanggilnya dengan sebutan dia?" cerocos Li Fei, sangat tidak mengerti dengan jiwa yang ada di dalam dirinya ini.

"Setiap raga akan memiliki jiwa dengan dua sifat yang melengkapinya. Akan ada jiwa jahat dan jiwa baik. Tapi ragaku tak dapat menyeimbangkannya, ia lebih terpengaruh dengan jiwa baik dan lemah. Sehingga aku sangat jarang ia pakai."

"Ragaku itu selalu diam jika ditindas, tidak ada jiwa benci pada dirinya. Dan sekuat apapun aku meronta untuk keluar dan memberikan sedikit benciku, tetap tidak bisa. Karena itu aku dapat dengan mudah ia lepaskan dan menjadi jiwa baru."

"Berarti aku juga begitu?" tanya Li Fei sembari terus melanjutkan langkahnya.

"Kau dapat mengendalikan dua sifat itu jadi jiwa itu dengan cukup baik, sehingga mereka berkaitan dan tidak mengubah dirinya menjadi jiwa baru."

"Jadi selama kau di dalam raga itu kau hanya diam?"

"Aku hanya bisa bertindak jiwa marahku sudah sangat memuncak. Selama raga itu hidup, aku baru dua kali bertindak. Saat Ayah dihina oleh Ibu Suri dan saat Ayah dibunuh," tuturnya.

Li Fei terus berjalan menyusuri hutan itu sembari sesekali berhenti untuk mengambil beberapa tanaman herbal yang ia tahu dapat menjadi obat atau bahkan racun. Ia tak percaya ternyata di zaman ini memiliki banyak tanaman herbal yang sudah punah di zamannya. Li Fei mengetahuinya dari buku-buku yang ia baca. Banyak tanaman herbal yang sangat bermanfaat tapi sudah sangat langka bahkan punah.

Oke lupakan tentang itu, dengan banyak perbincangan lain dari Li Fei dengan jiwa yang ada dalam dirinya, akhirnya Li Fei sampai pada gubuk tua yang dimaksud. Tapi seketika kepalanya terasa pusing dan pandangannya menggelap seketika. Menampakkan sebuah ingatan pada pikirannya.

The Empire of Yu | Hiatus dulu yaaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora