Prologue: You know what I deserve, dessert

13 0 0
                                    

"Kamu suka dessert kan?"

"Iya, rasa manis atau asin, gue suka keduanya."

"Prefer yang mana antara Candy Cane Dessert Square atau Salted Nut Roll Candy?"

"Opsi satu. Kenapa?"

"Mayoritas orang-orang lebih suka cokelat. Tapi aku rasa, kamu beda."

"Beda gimana? Rasanya tadi gue bilang rasa manis atau asin, gue suka semuanya. Lo suka dessert apa aja? Nggak afdol kalau gue aja yang kasih info pribadi."

"Pribadi ya? Aku bisa simpan informasi itu buat kamu. Rapat-rapat." Jovan membuat gesture mengunci mulut diselingi senyum imutnya yang makin tampak seperti anak anjing setelah diberi tahu rahasia majikannya, lalu diberi reward biskuit favoritenya. "Oh ya, dessert kesukaanku ya? Mmm.. aku suka Crème Brulee."

"Bentar, gue cari makna dari Crème Brulee dulu." Fiony mengeluarkan handphonenya dari dalam buku yang dia gunakan sebagai pembatas bacaan, lalu mengetik di mesin pencari pintar dengan keyword 'Menelisik kepribadian seseorang dengan mudah lewat dessert kesukaannya'.

Di samping Fiony, Jovan memandangi ekspresi ingin tahu yang ditunjukkan Fiony dari tiap website yang ia buka satu per satu sambil sesekali mengangguk setiap memahami maksud kalimat-kalimat dari website-website itu.

"Haa.. gue nemu, gue bacain ya, seperti tampilannya yang cantik dan rapi, orang yang memilih Crème Brulee merupakan sosok yang anggun dan romantis. Lebih jelasnya, mereka suka menciptakan quality time dengan orang-orang terdekatnya. Hmm not bad, cocok sih dari kepribadian lo."

"Kenapa kamu langsung yakin kalau itu mirip sama kepribadianku?"

"Nggak tahu, karena udah lo tunjukin beberapa kali dan itu dasar gue buat menjawab pertanyaan formal lo, dan gue makin yakin aja."

Jovan mengangguk, "Kapan-kapan kamu mau kita ketemu lagi? Di tempat yang sama, di sini, Erasmus Huis."

Fiony tampak berpikir sebentar, lalu mengangguk sebagai persetujuan pertemuan berikutnya. "Jam berapa? Jam yang sama? Oh iya, chat aja ke akun line gue. Punya kan?"

Jovan menggeleng, lalu mengeluarkan handphone nya dari dalam saku celana slim fit jeans mid grey-nya.

"Hmm udah beberapa kali kita ketemu, baru kali ini kita tukeran akun sosmed. Dasar. Tunggu ya.."

Jovan tiba-tiba mencubit pipi kanan Fiony seraya tersenyum. Reflek, Fiony menatap Jovan dengan tatapan heran, lalu memberikan Jovan senyuman meremehkan (?)

"Lo kira pipi gue kue cubit? Gue seimut itu ya?" Tanya Fiony dengan memberikan tatapan berbinar melihat Jovan sementara Jovan hanya mesam mesem tanpa menjawab pertanyaan abstrak Fiony.

"Nanti sore aku chat kamu buat waktu nya. Tot ziens." Jovan melambaikan tangan kanannya. Belum jauh jarak antara keduanya, Jovan berbalik, kemudian menghampiri Fiony lagi. Jovan membuka halaman 127 di buku Love According to Science yang Fiony baca tadi. Di halaman itu ada secarik sticky note yang tertulis,

'Keraguan yang perlahan lahan berubah menjadi keyakinan di setiap pertemuan itu datang. -Jovan- '

Baru selesai Fiony membaca pesan itu, Jovan sudah berada di depan pintu keluar perpustakaan.
"Kapan dia jalan kesana? Tau-tau udah mau pulang." Batin Fiony
Kemudian, Fiony menemukan kalimat lagi di sudut sticky note yang sama,

'Er is meer, zoek naar meer'

"Bahasa apa lagi ini Ya Tuhan?" Fiony mendecak sebal, kemudian mengambil hanphonenya kembali yang ia letakkan diatas meja. Lalu membuka aplikasi translate.

TING

Jovan
Aku lupa beri info

TING
Jovan
Itu bahasa Belanda
/smile

Dalam otak Fiony, ia tak membahas mengapa Jovan di saat yang berdekatan seolah bisa mengetahui pertanyaan yang mungkin terbersit di lobus frontal Fiony. Terbersit pertanyaan atau nggak, mungkin aja itu akan terjadi. Malah gadis itu sekarang mengetik beberapa kalimat kepada laki-laki bertubuh tinggi dan berwajah imut di saat tersenyum atau tersipu.

Pheony
Di keyboard lo kan ada tool emoticon, kenapa nggak dipake? Malah pake
/smile
Kapan-kapan gue ajarin
Biar nggak gaptek parah

Jovan
Kamu nggak permasalahin hal lain?

Pheony
Emang apa?
Is there something wrong with me?

Jovan
Gimana tega lepasin kamu
Kalau kamu nggak peka sama keadaan sekitar
Aku tiba-tiba chat kamu
Beri informasi tentang bahasa yang nggak kamu tahu
Kamu nggak mempermasalahkan itu? 

Pheony
Wah apa nih?
Iya juga ya 🤔
Emang gue pernah ketemu lo sebelumnya?
Atau gue sama lo pernah hidup di kehidupan sebelumnya?

Jovan
Kamu percaya hal-hal seperti itu?
Ya sudah, terjemahkan sendiri apa arti kalimat di sticky note itu
See you next time


"Ada lagi, cari lebih banyak." Gumam Fiony pelan setelah tahu arti kalimat kedua tadi. "Apa yang dicari lagi?" Lanjut Fiony bermonolog

Lembar selanjutnya ada kutipan lagi dari Jovan,

'Tenang dan heninglah. Itu adalah cara untuk berada dalam kehidupan yang penuh pengertian'

Fiony semakin tertarik untuk mencari kutipan-kutipan lain yang mungkin ada di halaman-halaman selanjutnya. Benar saja, sticky note berikutnya ada di halaman 6. Angka 6 dalam romance number code adalah Always.

'Akan datang waktu di hidupmu ketika kamu harus memilih untuk membalik halaman, menulis buku yang lain atau sekedar menutupnya.'

"Kenapa tiba-tiba gue ngerasa terenyuh sih? Dih, nangis lagi." Monolog Fiony seraya menyeka air mata di mata sebelah kanannya.

🍬🍭🍬


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 15, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Bubble Gum | JungwooWhere stories live. Discover now