11. No F.U.N

9 3 0
                                    

Akan datang waktu di hidupmu ketika kamu harus memilih untuk membalik halaman, menulis buku yang lain atau sekedar menutupnya.



***

*12.45 PM*

“Eh? Gue gagal paham. Kenapa gue..?”

Dila terbangun dan terkejut saat mendapati dirinya berada di suatu ruangan yang tak diketahuinya.

“Lo pingsan.” Jawab seorang cowok yang menatapnya sambil duduk di samping ranjangnya lalu mendekat padanya.

“Jangan mendekat! Menjauh dari gue! Please!” teriak Dila sambil menggeser dirinya sedikit demi sedikit.

Dan Dila harus menyerah karena cowok itu tiba-tiba menaruh tangannya di dahinya.

“Yaelah, gue cuma pengen periksa lo masih demam atau nggak. Lo yang sering sama Joshua, anak Manajemen yang populer di kalangan cewek itu kan?” katanya tanpa henti.

“Hmm.. Kenapa..?”

Dila belum selesai bertanya, cowok itu lalu memotongnya. Dari bibir merah cowok itu keluar desahan tak tertahan.

“Tadi lo mimisan pas beli makanan di kantin, terus kebetulan gue ada di situ dan nolong lo terus bawa lo ke ruang kesehatan.”

*Flashback*

35 menit yang lalu, Joshua menyuruhnya membelikan banyak makanan di kantin dan membawakannya ke kelasnya. Namun, kepala Dila terasa sakit dan pusing.

Dia kemudian terpaksa menuruti kemauan Joshua karena ancaman soal foto dirinya dan Johan. Dila merasa 3 hari dijadikan budak oleh Joshua benar-benar menguras tenaganya dan merasa seperti compang-camping.

Dila pikir dia mampu melakukannya namun ternyata jauh lebih sulit dari perkiraannya. Dila merasa lelah.

Sewaktu memesan makanan, darah mengalir pelan dari hidungnya dan dunianya terasa berputar, penglihatannya pun makin menghitam lalu dia pun ambruk.

*Back to present time*

“Dil? Lo nggak apa-apa?” tanya Harry yang menerobos masuk ke dalam ruangan dan menatap Dila dengan khawatir.

“Tidak. Tidak sepenuhnya baik. Dia masih demam. Har, gue mau ke WC dari tadi. Karena lo sudah di sini, jadi lo ngomong aja sama sahabat lo yang nggak tahu terima kasih ini.” jawab cowok itu.

Harry mengangguk sambil berterima kasih pada cowok itu. Cowok itu kemudian melenggang pergi begitu saja.

Saat Harry berbalik menatap Dila, ekspresi wajah rapuh Dila tiba-tiba membuatnya cemas. Firasat buruknya menjelma jadi nyata.

“Benar ini karena Joshua? Dia benar-benar keterlaluan! Masa hanya karena foto doang lo jadi begini?” tanya Harry yang menggantikan cowok tadi duduk di samping ranjang Dila.

“Bukan hanya sebuah foto, Harry. Masalahnya Bunda bakalan marah banget kalau lihat foto itu dan tau kalau gue ternyata pacaran. Lo tau sendiri kan Bunda gue ngelarang gue pacaran apalagi Ayah. Gue mungkin bakal dihabisi seketika.” Jawab Dila dengan nada lemah.

Sementara itu, Joshua sibuk mencari Dila kemana-mana hingga akhirnya bertemu dengan cowok yang tadi menolong Dila.

“Lo cari cewek yang lo jadiin budak itu kan, Josh?” tegur cowok itu.

Joshua menatapnya dengan tajam.

“Apa yang lo lakukan ke dia?” tanya Joshua.

“Gue juga nggak tahu, gue nggak ingat apa-apa soalnya. Oh iya, Tuan Joshua yang ganteng, gue fans banget loh sama lo.” jawab cowok itu dengan santainya.

Semicolon ; MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang