❥ two

2.5K 470 160
                                    

Perempuan itu menyisir rambutnya lalu ia sampirkan ke kiri. Ia menatap cerminan dirinya di kaca. Gadis itu mengoleskan tint pada bibir ranumnya.

Ia tersenyum tipis.

Ketukan di pintu kamar membuyarkan segalanya. Ia merapikan barang-barang lalu memasukkanmya ke dalam tas tangan yang tak terlalu besar.

"Boleh aku masuk?"

"Masuk saja, Shinobu-nee,"

Seorang perempuan berusia dua puluh dua tahun itu membuka pintu dan melangkah masuk.

"Eh? Kau berdandan?"

Shinobu menatap heran gadis di hadapannya.

"Ya,"

"Jarang sekali. Apa kau mau mengunjungi suatu tempat?"

Tepat sasaran.

"Ya,"

Shinobu melangkah mendekat. Ia melepas hiasan kupu-kupu di kepalanya, lalu memasangkannya pada gadis itu. Ia menatanya dengan rapi.

"Eh? Apa yang kau lakukan, Shinobu-nee?"

Rambut panjang Shinobu kini tergerai. Perempuan itu tersenyum-bukan senyum misterius, melainkan senyum lembutnya.

"Sepertinya aku tahu kau akan pergi kemana,"

Gadis di hadapan Shinobu mengernyit bingung.

"Itu tak mungkin. Aku belum memberitahu apa-apa,"

"Taman Wisteria,"

"..."

"Apa aku salah?"

Gadis di hadapannya menatap Shinobu tak percaya.

"Bagaimana bisa ... ?"

Shinobu mengangkat tangan kanannya. Ia mengelus lembut pipi sisi kiri si gadis.

"Jika aku tak salah ... apa kau ingin mencari bagian dirimu yang hilang?"

"Ya,"

"Kalau begitu, pergilah,"

Gsdis itu mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia mendongak. Menatap iris ungu gelap Shinobu.

"Shinobu-nee tidak akan melarangku?"

"Tentu tidak. Untuk apa aku melarangmu?"

"Nee-san juga pasti akan berkata hal yang sama kan?"

Gadis di hadapannya tersenyum lebar.

"Baiklah! Shinobu-nee, aku berangkat!"

"Eh-chotto, biarkan aku mengantarmu!"

Gadis itu sampai di ambang pintu rumah. Ia berbalik. Matanya menangkap dua sosok yang telah merawatnya selama ini berdiri dengan senyuman-kecuali pria dengan wajah datar bak tembok itu.

"Shinobu-nee, Giyuu-nii, aku berangkat!"

Giyuu mengangguk singkat. Ia mengelus pelan rambut gadis itu.

"Hati-hati,"

Gadis itu mengecup singkat pipi Giyuu dan Shinobu secara bergantian.

"Ittekimasu!"

Gadis manis itu menjauh. Punggungnya perlahan mengecil. Kaki jenjang yang tertutupi stocking itu berlari kecil memperlebar jarak di antara mereka.

Shinobu tersenyum. Wanita itu menyandarkan kepalanya pada dada Giyuu. Pria itu balas memeluknya. Tangan kirinya ia gunakan untuk merengkuh tubuh mungil itu.

"Itterashai ... "































Omake

"Muichiro-kun, kejar aku!"

"(Name)- hei, jangan lari!"

Muichiro- anak yang kini menginjak usia enam belas tahun itu berlari kecil, mengikuti jejak si gadis yang berlarian ke sana ke mari.

Langkah gadis itu terhenti. Ia berbalik, menatap Muichiro yang semakin mengikis jarak di antara mereka.

"Muichiro-kun,"

"Hm?"

Gadis itu melangkah maju. Rona merah menjalar ke seluruh wajah, bahkan ke telinganya. Gadis itu mengulum bibirnya, matanya bergerak ke sana ke mari.

Satu langkah.

Jarak di antara mereka begitu dekat. Gadis itu menaruh kedua tangannya di kedua pundak Muichiro. Ia berjinjit.

"Apa yang kau-"

Cup!

Benda kenyal tersebut bersatu. Lembut, hangat, dan manis. Itu yang Muichiro rasakan. Gerakan tangannya yang hendak menurunkan tangan si gadis terhenti.

Matanya membelalak, menatap tak percaya gadis yang tengah memejamkan matanya tersebut.

Muichiro tak menolak. Tak membalas juga. Dirinya masih terpaku. Tubuhnya membeku.

Ribuan kupu-kupu beterbangan di dalam perutnya, perasaan hangat timbul dihatinya, semburat merah menghiasi pipinya.

Perasaan ini, perasaan yang selalu muncul ketika Muichiro bersama gadis ini.

Muichiro mengulas senyum tipis. Laki-laki tersebut memejamkan matanya, kedua tangannya ia lingkarkan pada pinggang gadis itu. Bibirnya membalas lembut ciuman tersebut.

Gadis itu tak lagi berjinjit. Ia mendongak. Menatap manik kabut yang balas menatapnya dengan hangat.

"Otanjoubi omedeto, Tokito Muichiro ...










































watashi no koibito,"

𝐌𝐄𝐌𝐎𝐑𝐈𝐄𝐒! tokitoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang