5- Tunggu Satu Bab Lagi Setelah Ini,Maka Cerita Yang Mulia Ini Sudah Selesai.

2.2K 235 66
                                    


"Lihat WanNing,mereka menjual lentera."

"...masih siang,kau ingin lentera?"

"Tidak,kukira kau ingin lentera."

"..."

"Tunggu,kue osmanthus itu kau pasti suka!"

Chu WanNing mendesah lelah saat ketiga kalinya TaXian-Jun membeli sesuatu diluar daftar barang yang mereka ingin beli. Ia menunggu dengan sabar sementara sang Mantan Kaisar dengan antusias memilih-milih beberapa kue.

Setiap kali turun ke desa,TaXian-Jun nampaknya selalu lupa kalau ia bukan Kaisar yang kaya raya seperti dulu. Saat pertama kali ia dan WanNing turun ke desa,ia nyaris membeli seisi toko yang menjual kue teratai renyah. Chu WanNing hampir menyerah dan tidak ingin lagi TaXian-Jun mengikutinya berbelanja saat ia menyadari semua yang dibeli TaXian-Jun adalah hal-hal yang disukai WanNing alih-alih yang disukai dirinya sendiri. 

Chu WanNing akhirnya memahami bahwa Yang Mulia Ini bisa lebih baik dari Mo-zongshi  hanya berarti  Aku ingin memperbaiki sikapku padamu agar tidak seperti di masa lalu. 

Jauh di dalam hatinya,TaXian Jun tetaplah seorang anak laki-laki yang meminta perhatiannya dibawah pohon haitang di Puncak SiSheng bertahun-tahun lalu.

Chu WanNing baru saja hendak menghampiri TaXian-Jun saat seseorang memanggilnya dari belakang,

"Chu-xianjun."

---

TaXian-Jun dengan hati-hati memilih beberapa kue osmanthus yang masih hangat,dan menambahkannya dengan beberapa kue teratai renyah. Sang pemilik toko yang mengenali wajah pelanggannya itu tersenyum, "Ada lagi?" tanyanya. TaXian-Jun bimbang sesaat sebelum teringat sesuatu.

"Apa masih ada permen susu?"

"Ada,"

TaXian-Jun merogoh kantung qiankun-nya yang masih tersusun rapi setelah digunakan Mo-zongshi semalam sebelumnya. Ia mengeluarkan beberapa koin uangnya. "Itu saja,sisanya untuk permen susu." ujarnya cepat. Sang pemilik toko mengangguk dan membungkus pesanan TaXian-Jun. Tidak sampai 5 menit kemudian,sang Mantan Kaisar keluar dari toko itu dan mendekati Chu WanNing yang berdiri di depan toko.

Dia nampak agak pucat.

"WanNing? Kau baik-baik saja?" heran TaXian-Jun. WanNing mendongak,ia nampak tidak sadar sesaat sebelum berdeham dan mengerjapkan matanya. "Ya,aku baik-baik saja. Kau sudah selesai?" balasnya.

TaXian-Jun mengernyitkan dahinya. Ia meraba kening kekasihnya dengan lembut,namun tidak merasakan suhu yang tidak normal. Biasanya,Chu WanNing terserang demam saat musim dingin dimulai,dan meskipun sekarang sudah mendekati akhir musim panas,cuaca masih terasa panas dan agak lembab alih-alih dingin. Namun,WanNing tidak demam. Lalu apa yang membuatnya sepucat itu di tengah hari?

"Cuacanya terlalu panas?"

Chu WanNing menggeleng.

TaXian-Jun menghela nafas melihat kekeras kepalaan Chu WanNing dan menarik tudung dari bagian belakang jubah kekasihnya,memasangkannya tanpa suara. "Jubahmu punya tudung kenapa tidak dikenakan?" omelnya. Ia mengambil sepotong kue teratai dari bungkusan yang dipegangnya.

"Makan dulu,isi perutmu."

Anehnya,kali ini Chu WanNing tidak protes. Ia menatap TaXian-Jun dengan tatapan yang sulit diartikan,meraih kuenya dan memakannya diam-diam. TaXian-Jun menyeka remah-remah dari bibir shizun-nya menggunakan ibu jarinya. "Ayo kita berjalan lewat jalur pintas. Dengan kondisi begini kukira kau tidak akan kuat mengendarai pedang." Digandengnya Chu WanNing,membawanya menjauhi pasar yang ramai seperti biasa.

Word's Unspoken (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang